NovelToon NovelToon
Sekretaris Idaman Bos Perfeksionis

Sekretaris Idaman Bos Perfeksionis

Status: tamat
Genre:Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor / Tamat
Popularitas:13.1k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Laras Sagita, gadis kampung yang polos, lucu, dan blak-blakan, merantau ke kota untuk mengubah nasib. Di hari pertamanya melamar kerja sebagai sekretaris, ia tanpa sengaja menabrak mobil mewah milik seorang pria tampan yang ternyata adalah calon bosnya sendiri, Revan Dirgantara, CEO muda yang perfeksionis, dingin, dan sangat anti pada hal-hal "tidak teratur"—alias semua yang ada pada diri Laras.

Tak disangka, Revan justru menerima Laras bekerja—entah karena penasaran, gemas, atau stres akibat energi gadis itu. Seiring waktu, kekacauan demi kekacauan yang dibawa Laras membuat hari-hari Revan jungkir balik, dari kisah klien penting yang batal karena ulah Laras, hingga makan siang kantor yang berubah jadi ajang arisan gosip.

Namun di balik tawa, perlahan ada ketertarikan yang tumbuh. Laras yang sederhana dan jujur mulai membuka sisi lembut Revan yang selama ini terkunci rapat karena masa lalu kelamnya. Tapi tentu saja, cinta mereka tak mudah—dari mantan yang posesif,

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Sudah dua minggu sejak Clara si mantan datang dan pergi seperti angin topan. Revan merasa lebih tenang. Tapi belakangan... ada yang mengganggu pikirannya. Bukan Clara, bukan masalah kerjaan. Tapi... Laras.

Sekretaris blak-blakan itu mendadak sering muncul dalam mimpi. Kadang sedang menyeduh kopi, kadang sedang nyolot soal spreadsheet yang salah format, kadang... sedang tertawa sambil makan mi ayam dengan bibir belepotan sambal.

Dan setiap kali bangun, Revan merasa... kangen.

 

Di Kantor, Jam 10:00 Pagi

“Pak Bos! Laporan meeting semalam udah saya email, lengkap dengan grafik warna-warni supaya Bapak yang gampang bosan ini bisa betah bacanya.”

Revan mendongak dari laptop. Laras berdiri di depannya, tangan di pinggang, gaya seperti presenter acara gosip.

“Kamu itu... sekretaris atau desainer grafis sih?” ujar Revan heran

“Saya sekretaris multitalenta. Bisa desain, bisa ghibah, bisa juga bikin Bapak senyum-senyum sendiri lho.”

Revan terkesiap. “Siapa yang senyum-senyum?”

“Bapak. Sejak seminggu ini. Tiap saya kasih laporan, bukannya komplain, malah senyum. Jangan-jangan... Bapak mulai kangen saya dan memimpin saya ya?”

Revan nyaris tersedak kopi.

Laras ngakak. “Santai, Pak! Saya cuma bercanda kok. Kecuali... emang bener?”

Revan mengalihkan pandangan. “Laras, kamu... suka banget ya bikin orang nggak bisa tenang?”

“Yah, hidup ini udah banyak beban. Saya pengen kerja sambil bahagia. Tapi kalau Bapak mulai ingin memperkuat hubungan kita ayo tolong kasih tahu ya. Biar saya bisa ganti parfum.” ujar Laras

 

Malam Hari, Ruang Meeting Kosong

Laras masih di kantor, mengetik laporan. Revan lewat, melihat lampu menyala.

“Kamu belum pulang?”

“Belum. Laporan investor ini panjang banget. Kalau telat kirim, Bapak bisa dimarahi bule-bule ganteng itu.”

Revan masuk dan duduk di seberangnya. “Saya temenin.”

“Hah? Bapak? Temenin saya ngetik?”

“Kenapa? Nggak boleh?”

Laras menatap Revan. Biasanya dia bisa ceplas-ceplos, tapi malam ini... lidahnya agak kelu.

“Eh... boleh, boleh banget. Tapi jangan ngopi lagi. Perut Bapak udah protes kemarin.”

Mereka pun duduk berdua. Kadang hening. Kadang ketawa kecil. Kadang saling curi pandang tanpa sadar.

Revan memperhatikan Laras yang sedang serius mengetik. Rambutnya diikat asal, matanya fokus, dan wajahnya tanpa makeup.

Tapi justru itu yang bikin Revan makin suka.

Laras apa adanya. Nggak jaim. Nggak sok lemah-lembut. Nggak manipulatif kayak Clara.

Dia nyata.

“Laras,” ujar Revan tiba-tiba.

“Hmm?”

“Kalau... saya bilang saya mau serius, apa kamu bakal ngelawak atau serius?”

Laras berhenti mengetik.

Matanya membulat.

“Bapak melamar saya?”

Revan mengangkat alis. “Saya tanya dulu. Kamu bakal ngelawak atau serius?”

Laras tersenyum. Tapi bukan senyum konyol seperti biasanya. Senyum ini... lembut. Dan tulus.

“Kalau Bapak serius... saya juga bakal serius.”

Revan tertawa kecil. “Akhirnya kamu nggak nyeletuk soal sambal atau mie ayam.”

Laras tersenyum malu.

“Revan...” katanya pelan, untuk pertama kalinya memanggil tanpa embel-embel 'Pak'.

“Aku juga suka kamu. Tapi... kamu tahu sendiri aku kayak gimana. Mulutku kadang kayak gergaji.”

“Aku justru suka kamu yang kayak gitu.”

Laras menatapnya.

“Kalau kamu suka aku apa adanya, termasuk saat aku nyinyir dan cerewet... ya udah. Deal.”

Revan tertawa. “Deal.”

Dan di ruang meeting sederhana itu, dua hati yang selama ini dekat tapi pura-pura biasa saja, akhirnya mengakui perasaannya.

Arga yang diam-diam mengintip dari balik pintu, langsung mengirim pesan ke grup WA:

“Mereka Mau nikah cuy! AAAAAAA! Si Revan akhirnya kena juga pesona mulut gergaji Laras!”

 

Hubungan Revan dan Laras resmi dimulai dengan keseriusan, tapi jangan bayangkan suasana romantis dengan bunga dan lilin. Yang ada malah salah tingkah, saling ejek, dan tawa ngakak di tengah-tengah kantor.

Dan ya, semuanya jadi tahu. Gara-gara Arga.

 

Keesokan Harinya di Kantor

“Selamat pagiii Buk Bos yang sekarang punya calon suami”

Laras baru duduk di mejanya. Arga muncul dari balik pintu seperti host acara talkshow.

“Pagi, kak Arga. Kamu kebanyakan kopi ya?”

“Saya kebanyakan rasa penasaran. Gimana rasanya pacaran sama atasan? Apalagi atasan yang dulu kamu bilang mirip jam dinding — kaku dan muter di situ-situ aja.”

Laras langsung lempar stapler (yang untungnya meleset).

Revan keluar dari ruangannya, menghela napas. “Arga, mulai hari ini kamu kerja di basement aja deh.”

“Pak Bos! Saya kan saksi cinta kalian!”

“Saksi yang terlalu banyak ngomong,” balas Laras.

Dan begitulah, satu kantor heboh. Tapi Revan dan Laras mencoba bersikap normal. Sayangnya, normal bagi mereka artinya: saling ganggu, saling ejek, dan saling bingung sendiri saat detak jantung meledak-ledak.

 

Hari Minggu, Revan mengajak Laras makan malam.

Dia datang tepat waktu. Pakai kemeja biru. Rapih. Parfum mahal. Bawa bunga.

Laras... datang pakai hoodie bergambar kartun ayam, celana jeans, dan sepatu kets.

“Loh,” kata Revan, terdiam.

“Apa? Dress code-nya formal? Nggak ada di undangan tuh,” jawab Laras santai.

“Aku kira kamu bakal dandan.”

“Aku dandan. Ini parfum marshmallow edisi BTS. Mahal tau!”

Revan tertawa, lalu menyerahkan bunga. “Ini buat kamu.”

Laras menatap buket itu, lalu...

“Duh, bunga. Gimana cara bawanya sepanjang makan? Mau aku taruh di kepala biar kayak hiasan pengantin Bali?”

Revan mengusap wajahnya. “Laras, bisakah kamu romantis... satu menit aja?”

Laras diam sebentar. Menatap mata Revan. Senyumnya berubah lembut.

“Terima kasih, Revan. Aku suka bunganya... dan kamu.”

Revan tersenyum kecil. “Tuh kan bisa.”

“Bisa sih... tapi gatal bibir dedek bang”

 

Di Restoran

Laras membaca menu.

“Wow. Harganya bisa bayar cicilan motor dua bulan.”

“Pilih aja. Jangan lihat harga.”

“Oke. Aku pilih yang ini. Steak wagyu.”

Pelayan datang dan mencatat.

Laras melirik Revan.

“Eh, tapi serius, Van. Kalau kita pacaran, kamu nggak usah sok romantis deh. Nanti kamu malah stres.” ujar Laras

“Terus maunya gimana?” tanya Revan

“Pacaran kayak kita kerja aja. Efisien, terbuka, dan ada jadwalnya.” jawab Laras

“Jadwal pacaran?” tanya Revan

“Ya, misalnya: Senin - Quality Time, Rabu - Curhat, Jumat - Cium pipi. Sabtu - debat ringan. Minggu - ghibah bareng.” jawab Laras

Revan ngakak sampe hampir tersedak air putih. “Laras, kamu itu absurd banget.”

“Tapi kamu suka, kan?” tanya Laras

Revan mengangguk. “Suka banget.”

 

Malam Itu di Mobil, Revan mengantar Laras pulang.

“Thanks for tonight,” kata Laras sambil nyengir.

Revan mendadak diam.

“Kenapa?” tanya Laras.

“Boleh... aku cium pipi kamu?” tanya Revan

Laras menatap Revan. “Sekarang hari apa?”

“Sabtu.” jawab Revan

“Oh. Hari debat ringan. Tapi... ya udah. Bonus deh.” jawab Laras

Revan mendekat. Deg-degan. Tapi baru juga mau nyium... Laras ketawa dan narik kepala Revan ke arah setir.

“Woi, belum sah! Jangan cepet amat! Minta izin ke tulang pipi saya dulu!”

Revan menggeleng. “Ya ampun. Pacaran sama kamu tuh kayak naik roller coaster sambil nyanyi dangdut.”

“Tapi seru, kan?” tanya Laras

“Banget.” jawab Revan

Hubungan mereka memang belum sempurna. Tapi penuh tawa. Dan itu yang membuat segalanya terasa benar.

Cinta tidak selalu harus manis. Kadang, cinta datang dengan suara stapler, hoodie kartun ayam, dan parfum marshmallow.

Dan Revan… tidak ingin yang lain. Dia ingin Laras. Yang blak-blakan. Yang lucu. Yang nyata.

Bersambung

1
Atik Kiswati
mksh buat ceritanya....
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒌𝒆𝒓𝒆𝒏𝒏𝒏𝒏𝒏𝒏 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 👍👍👍👏👏👏😘😘😘
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒈𝒉𝒊𝒃𝒖𝒓 𝒃𝒂𝒏𝒈𝒆𝒕 👍👍👍👏👏👏😘😘😘
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒅𝒂" 𝒔𝒂𝒋𝒂 🤣😅😅
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒑𝒐𝒑 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒘𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒌𝒂𝒉 🤣🤣
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒅𝒂𝒔𝒂𝒓 𝒃𝒊𝒃𝒊 𝑵𝒖𝒓
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒌𝒊𝒓𝒂𝒊𝒏 𝒃𝒂𝒃𝒚 𝒕𝒘𝒊𝒏𝒔
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒉𝒐𝒓𝒐𝒓 𝒃𝒂𝒏𝒈𝒆𝒕 𝒏𝒈𝒊𝒅𝒂𝒎𝒏𝒚𝒂 𝑳𝒂𝒓𝒂𝒔 😅😅
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒌𝒆𝒕𝒖𝒍𝒂𝒓𝒂𝒏 𝒈𝒆𝒔𝒓𝒆𝒌 𝒋𝒅𝒏𝒚𝒂
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓𝒏𝒚𝒂 𝑳𝒂𝒓𝒂𝒔 𝒉𝒂𝒎𝒊𝒍 𝒔𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝒃𝒂𝒃𝒚 𝒏𝒚𝒂 𝒕𝒘𝒊𝒏𝒔 𝒚𝒂 😄😄
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑳𝒂𝒓𝒂𝒔 𝒅𝒊 𝒃𝒂𝒘𝒂 𝒔𝒂𝒏𝒕𝒖𝒚
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒖𝒍𝒂𝒊 𝒑𝒆𝒓𝒂𝒏𝒈 𝒏𝒊𝒉 😅😅😅
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒅𝒂"𝒔𝒂𝒋𝒂 😏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒔𝒆𝒓𝒖 𝒃𝒂𝒏𝒈𝒆𝒕 𝒌𝒂𝒚𝒂𝒌𝒏𝒚𝒂 😁😁
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒈𝒆𝒔𝒓𝒆𝒌 𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 🤣🤣🤣
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑪𝒍𝒂𝒓𝒂 𝒈𝒂𝒌 𝒌𝒂𝒑𝒐𝒌"
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑨𝒓𝒈𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒉𝒂𝒕𝒊" 𝒍𝒉𝒐 𝒌𝒂𝒓𝒏𝒂 𝒎𝒂𝒖 𝒅𝒊𝒌𝒆𝒍𝒖𝒂𝒓𝒊𝒏 𝒅𝒊 𝒈𝒓𝒖𝒑 𝑾𝑨 😅😅
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑳𝒂𝒓𝒂𝒔 𝒌𝒆𝒓𝒆𝒏𝒏𝒏𝒏𝒏𝒏𝒏 👍👍👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑳𝒂𝒓𝒂𝒔 𝒈𝒂𝒌 𝒂𝒅𝒂 𝒕𝒂𝒌𝒖𝒕"𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒆𝒕𝒆𝒎𝒖 𝒄𝒂𝒎𝒆𝒓 😁😁
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒄𝒂𝒓𝒂 𝒍𝒊𝒃𝒖𝒓𝒂𝒏 𝒚𝒈 𝒈𝒂𝒈𝒂𝒍 𝒕𝒑 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈𝒌𝒂𝒏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!