NovelToon NovelToon
Meet You In Korea

Meet You In Korea

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duniahiburan / Keluarga / JAEMIN NCT
Popularitas:630
Nilai: 5
Nama Author: Prepti ayu maharani

Ini bukanlah tentang idol Kpop yang memerankan sebuah cerita. Bukan juga cerita fiksi yang berakhir dengan idola. Namun cerita ini terus mengalir bak realita. "Kalian yakin kita bisa nonton konser NCT dan ngelanjutin kuliah di Korea?" "Gue yakin kita bisa! Lagipula kita punya banyak waktu. Kita bisa nabung buat nonton konser. Dan belajar buat ajuin beasiswa ke Korea! Gak ada yang gak mungkin kalau kita mau berusaha!" ucap Yerika yang terus yakin akan mimpi mereka. Elina mengangguk. "Lagipula, kita juga gak bego-bego amat." Yerika tersenyum. "Mulai besok, kita harus giat belajar! Dan kita manfaatin untuk nabung dari sekarang!"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Prepti ayu maharani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 4 [1]

4 : 말다툼 [Pertengkaran]

^^^"Kamu bisa buruk dalam suatu hal. ^^^

^^^Kamu bisa untuk tetap aneh. ^^^

^^^Itulah kamu. ^^^

^^^Itulah dirimu apa adanya dan itu keren." ^^^

^^^- Lee Taeyong.^^^

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Suasana riuh memenuhi ruangan yang memiliki nama 12 IPA 3 tersebut. Setelah guru yang mengajar meninggalkan kelas, baik siswa maupun siswi mulai membuat gerombolan masing-masing. Ada yang membicarakan tugas sekolah, game, bahkan dunia per-Kpop-an.

"Ayana kenapa sih?" tanya Vania yang bingung dengan sikap sahabatnya pagi ini.

Sejak sampai di sekolah hingga sekarang, Ayana hanya mengeluarkan satu dua kata saja. Tak seperti biasanya yang selalu heboh bahkan membuat sahabat-sahabatnya kesal.

Yerika menghela napas kasar menyikapi hal tersebut. Ia sudah lelah membujuk Ayana. Bahkan ucapannya sudah tak lagi di dengar oleh Ayana.

"Pacar Doyoung, jangan sedih dong," lirih Vania membuat senyum Ayana sedikit merekah, namun kembali seperti semula.

"Bener tuh, masa pacarnya Doyoung sedih, sih?" ucap Yerika.

Ayana menghela napas. "Lo liat 'kan cowok yang kemaren? Lo juga tahu 'kan, gimana gue terpesona sama dia? Sampai-sampai gue lupa tujuan awal gue ke toko itu untuk Doyoung," ucap Ayana. "Tapi kenapa gue harus lihat tuh cowok pegang tangan musuh gue? Kenapa?"

"Memang seganteng apa sih, sampai lo kesel gini?" ucap Vania.

"Ganteng banget!" ucap Ayana kesal lalu bangkit dari duduknya dan berjalan pergi.

"Susul sono, Yer," ucap Vania pada Yerika.

Yerika mengedikkan bahu. "Udah ah, biarin. Siapa tahu dia mau cuci mata di luar." Yerika meraih ponselnya. "El, Van, sini dong! Liat, gue kemaren moto ABS-nya Johnny!"

"Ih, mesum banget sih lo, Yer!" pekik Vania melihat gambar di ponsel Yerika.

"Eh, apaan? Apa yang mesum?" tanya salah satu teman sekelas mereka yang bernama Riana. Riana juga merupakan salah satu penggemar NCT.

"Liat ini, Ri," ucap Yerika menunjukan ponselnya pada Riana.

"Ahhhh, Gila! Astaga, nggak kuat gue. Yer, bagi dong! Please," pinta Riana.

Yerika tersenyum sombong, "Makanya nonton dong. Katanya lo istrinya Johnny, masa nggak nonton suaminya konser."

Riana menatap Yerika malas, "Kalau gue ada duit mah, gue udah nonton Yer."

Yerika tertawa, "Iya, iya, sini sini. Gue kasih."

Vania memutar bola matanya malas melihat sekelilingnya yang membahas perihal anggota boyband asal negeri ginseng tersebut. Ia pun beralih pada Elina yang tengah bermain ponsel. "Mau kantin nggak, El?"

Elina menoleh. "Kantin? Yaudah yuk," ujarnya lalu bangkit dari kursi.

Sadar kedua sahabatnya bersiap pergi, Yerika pun menoleh, "Eh, mau kemana?"

"Kantin. Mau ikut?" tanya Vania.

Yerika mengangguk lalu menyerahkan ponselnya pada Riana. "Nih, pegang hp gue. Kirim sendiri. Inget, jangan buka-buka chat gue sama Bubu." Yerika bangkit dari duduknya dan berjalan mengimbangi kedua sahabatnya.

"Nanti ke toko buku ya?" ucap Yerika pada kedua sahabatnya tersebut.

"Udah bilang juga sama Ayana?" tanya Elina memastikan.

Yerika mengangguk. "Malah Ayana yang ngajak. Mau beli novel Dear Doyoung, katanya."

"Memang ada ya novel Dear Doyoung?" ucap Elina bingung.

Yerika mengedikkan bahu. "Tahu tuh, Ayana. Berasa dia kali, penulisnya. Ngarang-ngarang judul."

"Gue nemein kalian aja, deh. Gue nggak ada yang mau di beli soalnya. Duit gue abis buat konser kemaren," ujar Elina.

Vania menganggung. "Iya, gue juga nemenin kalian aja. Bingung mau beli apa. Mau beli buku pelajaran, pasti juga nggak di baca. Mau beli novel, gue lebih seneng nonton."

"Gimana kalau abis dari toko buku, kita nonton?" usul Elina.

Vania mengangguk setuju. "Boleh, boleh. Nonton film Marirasa aja, gimana?"

"Emang Marirasa udah tayang? Marirasa yang dari novel itu 'kan?" ucap Elina.

Vania mengangguk.

"Boleh deh," ucap Elina dengan senyuman.

"Ngomongin film Marirasa, gue jadi keinget Ayana," ujar Yerika.

Kedua sahabatnya menoleh. "Kenapa?"

"Lo inget 'kan dulu waktu SMP gimana Ayana ngejer-ngejer Dimas. Dah kaya Ici aja gitu kelakuannya."

Ici sendiri adalah tokoh dalam film Marirasa.

Vania mengangguk. "Iya, iya, gue inget banget. Udah di tolak mentah-mentah, masih aja suka. Di saat Ayana ikhlasin Dimas, eh Dimas yang suka. Tapi untung aja mereka sempet jadian, seenggaknya cinta Ayana kesampaian gitu."

Yerika mengangguk membenarkan. "Tapi, jujur, gue masih nyayangin keputusan Ayana buat putus dari Dimas."

"Dimas posesif, Yer. Wajar dong kalau Ayana putusin Dimas," ujar Elina. "Dimas tuh tipe cowok yang apa-apa harus kirim pap. Pergi kemana kirim pap, lagi ngapain kirim pap, untung Ayana lagi boker gak disuruh pap."

Yerika dan Vania tertawa mendengar ucapan Elina.

"Tapi Dimas sama Kak Arkan posesifan siapa, El?" tanya Vania terkekeh.

"Dimas sama Arkan beda! Dimas posesif, kalau Kak Arkan—"

"Apa?" tanya Yerika ingin mendengar jawaban Elina.

Elina berdecak. "Cowok nggak tau di untung. Udah gue kasih sayang, malah gue di buang," jawab Elina membuat kedua sahabatnya tertawa terbahak-bahak.

Arkan adalah mantan kekasih Elina yang pergi tanpa kejelasan.

"Denger-denger dia pergi ke Amerika ya?" celetuk Yerika.

Elina melebarkan matanya. "Seriusan? Lo kata siapa?"

Yerika mengangguk. "Lo orang tahu Kak Angga, nggak?"

Vania menyipitkan matanya. "Kak Angga depan rumah lo itu?"

Yerika mengangguk.

"Oh, tau-tau, gue. Yang dahinya ada tompelnya itu bukan sih?" tanya Elina membuat kedua sahabatnya tak kuasa menahan tawa.

"Nggak usah disebutin tompelnya juga bisa 'kan, El?" ucap Vania yang masih tertawa. "Ngakak gue kalau nginget tompelnya."

"Ihh, lo orang malah ngatain tetangga gue. Gue laporin nyokapnya tahu rasa lo pada!"

"Iya-iya, sorry! Terus apa kata Kak Angga?" tanya Elina yang masih penasaran dengan mantan kekasihnya tersebut.

"Dia 'kan kuliah di Amerika, sih. Nah, dia bilang ketemu Kak Arkan di sana."

"Maksud lo Kak Arkan kuliah di Amerika?" tanya Elina lagi.

Yerika mengedikkan bahu. "Mungkin aja."

Elina berdecak. "Ih lo mah ngasih tahu setengah-setengah. Kesel gue."

"Emangnya lo masih cinta ya El sama dia?" tanya Vania kali ini.

Elina merengut sedih. "Di bilang cinta, iya. Di bilang benci, iya juga. Ahh, entahlah pokoknya gue benci sama dia. Kenapa dia ninggalin gue tanpa kejelasan? Bilang putus aja, enggak! Sakit Yer, Van."

Yerika dan Vania mengelus pundak Elina dengan lembut. "Sabar ya? Lo pasti bisa nemuin penggantinya."

Tanpa sadar, air mata Elina lolos begitu saja. Ia berjongkok dan menangis.

"El, jangan nangis disini! Malu," ujar Vania yang ikut jongkok.

Elina menutup wajahnya dengan kedua tangan. "Gue kangen Kak Arkan, Van."

"El, bangun. Jangan kaya gini. Nggak enak di liat orang," bisik Yerika dan membantu Elina untuk bangkit.

Elina menyeka air matanya. "Udah, ah. Yuk ke kantin aja. Gue laper kalau nangis gini. Gue mau makan banyak, gue mau lupain Kak Arkan!"

Vania dan Yerika tersenyum lalu mengimbangi langkah Elina untuk menuju kantin.

"AYANA! AYANA! AYANA!" Terdengar suara riuh membuat ketiga sahabat itu menghentikan langkahnya.

"Kok, kaya suara orang nyebut Ayana ya?" tanya Vania pada kedua sahabatnya.

"Mungkin lagi berantem kali ya?" ujar Elina membuat kedua sahabatnya ikut tertawa. Detik setelahnya, ketiganya terdiam dan saling menatap. "Hah? Ayana berantem?!"

Ketiganya langsung bergegas menuju sumber suara dimana terdapat keributan di sana. Dan benar apa yang ketiganya pikirkan, Ayana tengah berkelahi dengan adik kelasnya yang bernama Daniela tersebut.

Daniela menjambak rambut Ayana membuat rambut Ayana acak-acakan. Begitu pun sebaliknya, keduanya saling menjambak. Bahkan tak ada satu orang pun di sana yang menghentikan. "HAJAR! HAJAR!"

Ayana semakin kalut, ia mempererat jambakannya pada rambut Daniela. Daniela pun tak tinggal diam, ia menonjok wajah Ayana membuat sedikit darah keluar dari bibir Ayana.

"Kurang ajar!" umpat Ayana lalu mendorong Daniela hingga terhuyung ke bawah.

Melihat hal tersebut, Yerika mendekat dan menarik tangan Ayana untuk segera pergi.

"Eh, urusan lo belum selesai ya sama gue!" teriak Daniela saat Ayana di bawa pergi.

"Huuuu!" teriak para siswa yang menonton hal tersebut. Mereka kecewa karena pertunjukan yang mereka anggap seru telah berhenti.

"Ay, lo nggak punya otak apa gimana sih?!" bentak Yerika begitu ia berhasil membawa Ayana pergi dari keramaian. Kini Tinggallah Ayana, Yerika, Elina dan juga Vania. Mereka bertiga membawa Ayana ke UKS.

"Gue nggak ada niat buat ngehajar tuh orang," ucap Ayana sembari memegang bibirnya yang sedikit mengeluarkan darah.

"Tapi tetep aja, yang udah lo lakuin itu salah Ay! Lo cewek! Dan lo berantem di sekolah?"

"Gue nggak bisa ngontrol emosi gue Yer!"

"Kenapa harus pake emosi? Lo fikir, masalah akan kelar dengan lo pake emosi?"

"Udah, udah, obatin dulu," ucap Elina lalu meraih kotak P3K.

"Sini gue yang obatin," Vania meraih kapas beserta obat merah.

"Aw, sakit!" pekik Ayana saat obat merah itu mengenai bibirnya.

"Iya, ini pelan-pelan," ujar Vania kembali mengobati luka pada bibir Ayana.

Yerika menatap sahabatnya itu dengan tatapan iba. Namun ia juga kesal dengan apa yang sudah Ayana lakukan. Ia tidak pernah berpikir jika Ayana akan berkelahi dan membuat kegaduhan seperti tadi. "Denger, ya Ay? Gue nggak suka sama cara lo tadi. Cara lo tadi bisa ngerugiin diri lo sendiri. Lo bisa Diskors dari sekolah!"

"Gue tahu."

"Kalau lo tahu, kenapa lo berantem? Kenapa lo harus ngotorin nama lo? Kalau lo di panggil guru BK, lo bisa apa? Lo bisa diskors, bego! Masih untung kalau cuma diskors, kalau lo dikeluarin? Lo mau apa?!" bentak Yerika.

"Yerika, udah," lirih Elina mencoba menenangkan suasana.

Tok! Tok! Tok!

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!