Tentang seorang pria yang tidak diperlakukan adil oleh ayahnya. Tapi dia bisa membuktikan bahwa dia bisa sukses tanpa mengandalkan kekayaan orang tua, sayangnya dia harus kembali jatuh ketika wanita yang dia cintai pergi begitu saja tanpa adanya alasan, membuat dia menjadi casanova.
Suatu hari dia mengalami nasib sial sehingga dia harus menikah dengan seorang gadis yang tak dia cintai, dan membuat dia menjadi menantu yang sama sekali tidak diharapkan oleh mertuanya, seakan memandang rendah pada profesinya sebagai seorang aktor.
Dan Morgan akan membuktikan bahwa dia adalah seorang pria yang patut dibanggakan, terlepas dengan semua masa lalunya yang kelam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Enam Belas
Karena tidak ada respon dari papanya, Laura terpaksa harus pergi ke kantor sang papa. Dia tidak ingin kalau sampai papanya membatalkan rencana pernikahan dia dengan Morgan.
"Pokoknya aku gak mau papa membatalkan rencana pernikahan aku dengan Morgan, aku cinta sama dia, papa." Laura memohon-mohon pada Pak Dean agar papanya itu tidak membatalkan perjodohan dia dengan Morgan.
Sebagai seorang ayah, pastinya Pak Dean tidak rela jika putrinya disakiti oleh Morgan suatu saat nanti, "Nanti papa akan mencarikan lelaki yang pantas mendampingi kamu, Laura."
"Pokoknya aku gak mau, aku hanya mau sama Morgan. Mending aku mati aja kalau sampai kehilangan Morgan." Laura malah mengancam sang papa.
Pak Dean hanya bisa menghela nafas, dia paling tidak bisa membuat putrinya sedih, "Kamu yakin akan menikah dengan Morgan?"
"Tentu saja, papa."
"Lalu bagaimana dengan skandal Morgan dengan wanita itu? Orang-orang malah mengira wanita itu calon istrinya."
"Aku tinggal bilang saja kalau aku adalah calon istrinya Morgan yang sebenarnya, beres kan?"
"Tidak segampang itu, Laura. Saat ini di media sosial merespon sangat positif skandal itu, mereka sangat merestui Morgan dengan wanita itu. Yang ada kamu yang akan kena bully."
"Lalu apa yang harus aku lakukan? Aku gak mau kehilangan Morgan, papa."
Tok... Tok... Tok...
Terdengar suara ketukan pintu.
"Masuk!" Pak Dean meninggikan volume suaranya.
Kemudian orang yang mengetuk pintu itu pun masuk ke dalam ruang presdir V Grup itu, rupanya Morgan, dia ingin segera menuntaskan masalahnya. Dia tau dirinya egois, namun dia tidak punya pilihan, dia tidak ingin karirnya hancur begitu saja dan juga tidak ingin perusahaan papanya bangkrut, hanya karena kecerobohan Zhoya.
"Morgan..." Mata Laura berbinar-binar begitu melihat orang yang dicintainya menyembul masuk dari balik pintu.
Morgan hanya membalasnya dengan sebuah senyuman, walaupun begitu, bisa cukup membuat hati Laura meleleh.
"Selamat siang om." Morgan menyapa Pak Dean, dia duduk di kursi sofa panjang.
"Hmm..." Hanya itu jawaban dari Pak Dean, kalau bukan karena Laura, mungkin dia tidak ingin melihat wajah pria itu lagi karena sudah berani mempermainkan putrinya.
Laura langsung berpindah duduk di samping Morgan, dia merangkul lengan pria itu, "Sayang, kok semalam kamu gak balas chat aku?"
"Semalam aku lagi butuh ketenangan untuk memikirkan semuanya." jawab Morgan, dia membiarkan Laura memeluk lengannya.
"Bagaimana dengan skandal itu?" Pak Dean menanyakannya dengan nada ketus, "Perusahaan papamu tidak akan maju jika bukan karena bantuan dariku. Bahkan aku bisa menghancurkannya dalam sekejap, tapi aku masih berusaha untuk bersabar demi Laura."
Morgan mencoba untuk menjelaskan semuanya, walaupun letak masalahnya ada pada Zhoya, dia menolong Zhoya saat dia lagi mabuk dan membawanya ke kamar hotel, juga Zhoya yang menciumnya di tepi pantai, namun dia tidak akan menjelekan Zhoya.
"Aku akui aku yang salah om. Tapi di kamar hotel itu kami tidak melakukan apapun. Terserah om mau percaya atau tidak, tapi begitu lah kenyataannya. Zhoya sudah aku anggap seperti adikku sendiri."
"Kenapa harus sampai berciuman kalau tidak ada hubungan apa-apa?" Pak Dean masih geram pada kelakuan pria yang sangat dicintai putrinya itu.
"Itu adalah ciuman perpisahan kami karena kami memutuskan untuk tidak dekat lagi setelah aku dan Laura menikah, aku sudah bilang pada om kalau aku akan setia, selama ini aku setia pada Laura, aku sudah berubah."
"Aku yakin banget, si Zhoya itu yang kegenitan. Iyaa kan sayang?" Laura mencoba membela Morgan dengan menjatuhkan Zhoya.
"Kami berdua yang salah." ucap Morgan, "Karena beritanya sudah menyebar, aku terpaksa harus menikah dengan Zhoya."
"Menikah?" Laura terbelalak mendengarnya. Hatinya hancur mendengar itu semua.
Pak Dean hanya menatap Morgan dengan sangat geram.
"Kami hanya menikah untuk sementara, hanya untuk meredam skandal kami sekarang. Karena itu aku harap om mau tetap bekerjasama dengan perusahaan papa, setelah kami bercerai, aku akan kembali pada Laura." Morgan mengatakannya dengan sungguh-sungguh.
Pak Dean tertawa kecil mendengarnya, "Kau pikir aku akan mempercayai kamu? Laura ku sangat berharga, aku tidak akan sudi..."
Namun Laura memotong perkataan papanya, "Aku bersedia, aku akan menunggu kamu."
"Laura!" Pak Dean membentak anaknya.
"Aku hanya ingin menikah dengan Morgan, gak mau sama yang lain. Mending aku jadi perawan tua kalau sampai papa berani memisahkan kami." Laura malah ngotot, dia dibutakan oleh cinta.
Pak Dean memegang kepalanya yang terasa pening, dia paling gak bisa melihat Laura sedih. Kemudian dia menatap Morgan dengan tatapan yang begitu tajam, "Apa saya bisa mempercayai ucapan kamu itu?"
"Iya om, pernikahan kami hanya sandiwara, aku hanya menganggap Zhoya seperti adikku sendiri."
Pak Dean terpaksa mengangguk kepala, "Terserah kalian berdua saja, papa masih ada urusan." Dia terpaksa mengalah demi kebahagiaan putrinya.
Pak Dean segera pergi meninggalkan ruang presdir itu.
Kemudian Laura terisak, wanita mana yang tak sedih jika pria yang dia cintai akan menikah dengan wanita lain walaupun hanya sebuah sandiwara. "Sebenarnya hati aku sakit banget sayang, tapi cinta aku sama kamu begitu besar, aku gak ingin kehilangan kamu."
Morgan sangat merasa bersalah pada Laura, padahal selama ini Laura tidak pernah mengecewakannya, dia menghapus air mata Laura. "Maafkan aku, Laura. Tapi aku tidak bisa kehilangan karir aku yang sudah aku bangun dari nol, aku tidak ingin kerja keras aku selama ini sia-sia begitu saja." Morgan ingin membuktikan pada papanya kalau dia bisa sukses dan bisa membeli saham perusahaan sang papa suatu saat nanti, agar papanya tidak memiliki hutang lagi pada siapapun, malah selama ini Morgan yang sudah melunasi hutang sang papa saat rumahnya nyaris di sita.
Laura langsung memeluk Morgan, "Baiklah, aku harus merelakan kamu untuk menikah sementara sama dia. Tapi ingat, jangan sampai kamu menyentuh dia. Aku sangat iri, selama ini kamu gak pernah cium aku."
Morgan enggan menjawab, dia memilih diam, menepuk-nepuk punggung Laura untuk menenangkannya.
Saat ini hati Morgan terasa hampa, dia hanya seperti robot, yang menuruti keinginan sang papa, dia sudah tidak mempedulikan rasa cinta hatinya. Hatinya sudah lama mati. Yang dia pikirkan kini hanyalah karir dan menolong perusahaan sang papa. Dia berusaha keras agar suatu saat perusahaan papanya tidak ketergantungan dengan perusahaan lain, mungkin dengan begitu bisa membuat sang papa bisa menyayanginya seperti sang papa menyayangi Ervan. Dari kecil dia ingin sekali bisa mengambil hati sang papa, namun sampai detik ini dia tidak pernah bisa membuat papanya bangga.
𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘯𝘥𝘪𝘳𝘪 𝘥𝘪 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘴𝘦𝘵𝘶𝘭𝘶𝘴 𝘩𝘢𝘵𝘪 𝘮𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘢²𝘪𝘯
𝘥𝘢𝘴𝘢𝘳 𝘣𝘰𝘤𝘪𝘭 𝘥𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘢𝘯𝘵𝘢𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘥𝘪𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘯𝘺𝘦𝘳𝘢𝘩
emang enak vin