NovelToon NovelToon
Godaan Pelakor

Godaan Pelakor

Status: sedang berlangsung
Genre:Ibu Mertua Kejam / Pelakor / Pelakor jahat / Poligami / Penyesalan Suami / Selingkuh
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: Bollyn

Aini adalah seorang istri setia yang harus menerima kenyataan pahit: suaminya, Varo, berselingkuh dengan adik kandungnya sendiri, Cilla. Puncaknya, Aini memergoki Varo dan Cilla sedang menjalin hubungan terlarang di dalam rumahnya.

Rasa sakit Aini semakin dalam ketika ia menyadari bahwa perselingkuhan ini ternyata diketahui dan direstui oleh ibunya, Ibu Dewi.

Dikhianati oleh tiga orang terdekatnya sekaligus, Aini menolak hancur. Ia bertekad bangkit dan menyusun rencana balas dendam untuk menghancurkan mereka yang telah menghancurkan hidupnya.

Saksikan bagaimana Aini membalaskan dendamnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bollyn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15: Pengakuan di Balik Pintu

"Jadi, sekarang langkah lo gimana, Ai? Nggak mungkin kan lo cuma diam aja setelah tahu semua ini?" tanya Siska sambil menatap Aini dengan sorot mata penuh simpati. Ia baru saja melepaskan pelukannya, namun tangannya masih menggenggam bahu Aini seolah ingin menyalurkan kekuatan.

Aini menarik napas panjang, mencoba mengusir sesak yang menggelayuti dadanya.

"Untuk sekarang, gue bakal akting jadi istri penurut kayak biasanya, Sis. Biar mereka mikir gue masih si Aini yang bodoh dan bisa diinjek-injek. Tapi, jangan harap gue bakal diam terus. Gue harus mulai tegas, terutama sama Mas Varo dan Cilla. Gue nggak mau lagi dijadiin babu di rumah sendiri."

Aini mengepalkan tangannya di atas meja cafe yang dingin itu.

"Lo tahu sendiri kan betapa manjanya Cilla? Dikit-dikit minta uang belanja tambahan, dikit-dikit minta dibeliin barang branded lewat gue. Mulai sekarang, sepeser pun nggak akan gue kasih. Cukup tenaga dan tabungan gue ludes buat biayain hidup mereka yang nggak tahu diri itu. Sekarang waktunya gue tutup keran uangnya rapat-rapat."

"Gue setuju banget, Ai! Lo harus kasih mereka pelajaran yang bener-bener bikin kapok," sahut Siska bersemangat.

"Orang modelan kayak mereka itu harus dikasih shock therapy pelan-pelan sebelum lo ledakin semuanya."

"Gue juga mau fokus besarin rumah makan'Bakti Aini Rasa', Sis. Gue mau buktiin ke mereka kalau gue bisa sukses tanpa harus ngemis-ngemis uang nafkah Mas Varo yang cuma sejuta itu. Gue mau bungkam mulut julid Ibu Sarah yang tiap hari kerjaannya cuma ngehina masakan gue dan nyebut gue menantu pembawa sial. Dia pikir gue bangga apa nikah sama anaknya yang pelitnya minta ampun? Yang ada gue malah sengsara lahir batin!"

Siska mengangguk-angguk setuju, otaknya ikut berputar menyusun strategi.

"Terus, soal bukti perselingkuhan mereka gimana? Lo nggak mungkin cuma ngandelin firasat, kan? Lo butuh sesuatu yang konkrit buat dibawa ke pengadilan nanti."

"Nggak mungkin cuma firasat, Sis. Makanya gue mau minta tolong banget sama lo. Gue yakin mereka pasti sering ketemuan atau jalan-jalan manja di luar rumah saat gue sibuk. Bisa nggak lo bantuin gue buat mantau mereka? Kalau di dalam rumah, biar gue yang urus cari bukti diam-diam. Gue bakal pasang mata dan telinga lebih tajam lagi."

Siska terdiam sejenak, menimbang-nimbang jadwalnya.

"Kalau gue sendiri yang turun tangan tiap hari kayaknya susah, Ai. Lo tahu sendiri jadwal gue di butik lagi padat-padatnya. Tapi tenang, gue punya kenalan detektif swasta atau orang yang biasa disewa buat urusan begini. Gue bakal suruh dia buat pantau gerak-gerik suami lo sama si Cilla mulai besok pagi. Apapun hasilnya, lo bakal jadi orang pertama yang tahu."

Mata Aini berbinar mendengar tawaran itu. "Serius, Sis? Makasih banyak ya! Gue bener-bener beruntung punya sahabat kayak lo." Aini kembali memeluk Siska, kali ini dengan sedikit senyuman di wajahnya.

"Santai aja, Ai. Gue nggak bakal biarin lo berjuang sendirian ngelawan ular-ular itu," balas Siska tulus.

Asyik mengobrol dan menyusun taktik, Aini baru sadar saat melirik jam di dinding cafe.

"Ya ampun, Sis! Sudah jam empat lewat! Gue harus buru-buru pulang. Bisa-bisa Ibu Sarah ngamuk lagi kalau gue telat sampai rumah dan telat nyiapin kebutuhan dia."

"Duh, Ai... lo jangan terlalu nurut-nurut banget lah sama mertua modelan gitu," cibir Siska sambil menggelengkan kepala.

"Bukan takut, Sis. Tapi gue butuh suasana tenang biar gue bisa cari bukti tanpa dicurigai. Kalau gue ajak ribut sekarang, mereka bakal waspada. Ya sudah, gue cabut dulu ya, jangan sampai kena omel lagi masalah dapur!"

Aini bergegas menyambar tasnya dan berlari kecil menuju parkiran motor. Siska menatap punggung sahabatnya itu dengan perasaan campur aduk.

"Semoga lo kuat, Ai. Gue bakal selalu ada di belakang lo."

Benar saja, begitu Aini menginjakkan kaki di rumah, sosok Ibu Sarah sudah duduk manis di depan TV dengan wajah yang ditekuk sedemikian rupa. Televisi menyala keras, namun pikirannya sepertinya tertuju pada pintu depan.

"Baru pulang kamu, Ai? Dari mana saja jam segini baru menampakkan batang hidung?" tanya Ibu Sarah tanpa menoleh sedikit pun, suaranya terdengar sangat ketus.

"Iya, Bu. Tadi ada urusan sebentar di warung," jawab Aini singkat sambil mencoba mengatur napasnya.

"Bawa apa itu? Bau martabak?" Mata Ibu Sarah langsung tertuju pada kantong plastik di tangan Aini.

"Ini martabak telur spesial, Bu. Tadi pas lewat aku lihat antreannya panjang, ingat Ibu suka banget sama martabak yang gurih begini, jadi Aini beliin biar Ibu senang," ucap Aini sengaja memberikan alasan agar mertuanya tidak melanjutkan omelannya.

Mendengar kata 'martabak telur spesial', raut wajah Ibu Sarah langsung berubah drastis. Senyum tipis yang dipaksakan muncul di wajah keriputnya.

"Wah, tumben kamu ingat selera Ibu. Ya sudah, sini biar Ibu makan sambil nonton sinetron. Bau telurnya enak juga."

Aini menyerahkan martabak itu dan segera berlalu ke dapur.

"Gampang banget disumpal makanan. Gpp lah modal martabak dikit asal kuping gue nggak budeg dengar nyinyirannya malam ini", batin Aini.

Aini mulai berkutat di dapur untuk menyiapkan makan malam. Menu kali ini benar-benar hemat Sop Ceker dan Kulit Ayam. Dengan uang satu juta sebulan untuk lima orang, Aini benar-benar harus memutar otak agar semua perut bisa terisi, meskipun tanpa daging ayam utuh.

Malam hari tiba, semua penghuni rumah berkumpul di meja makan. Varo baru saja keluar dari kamar dengan wajah yang tampak lelah namun tetap terlihat rapi.

"Masak apa malam ini, Ai? Kok baunya cuma bau merica doang?" tanya Varo yang langsung duduk dan membuka tutup saji. Wajahnya seketika berubah masam saat melihat isi panci sop.

"Loh, kok isinya ceker sama kulit semua? Mana potongan dagingnya? Mas lagi pengen makan enak lho, capek habis kerja."

Ibu Sarah ikut menimpali setelah menyeruput sedikit kuahnya.

"Iya nih, Aini... Ibu kira tadi martabaknya cuma pembuka, ternyata menu utamanya cuma begini? Mana sopnya encer banget, isinya cuma tulang begini gimana mau kenyang?"

Cilla, yang duduk di samping Varo dengan gaya manja, ikut-ikutan menyahut.

"Mbak Aini, kok pelit banget sih masaknya? Tadi di jalan aku lihat ada yang jual ayam goreng krispi, kenapa nggak beli itu aja dua kilo biar kita bisa makan bareng-bareng?"

Aini meletakkan sendoknya dengan suara denting yang cukup keras, ia menatap mereka satu per satu dengan tatapan dingin.

"Ya mau gimana lagi? Uang belanja yang ada cuma cukup buat beli bahan-bahan ini. Boro-boro mau beli ayam goreng krispi dua kilo, buat beli satu ekor ayam utuh aja uang bulanan dari Mas Varo nggak bakal cukup sampai akhir minggu."

"Kamu jangan banyak alasan ya, Ai! Apa jangan-jangan uang belanja itu kamu selewengkan buat foya-foya di warung kamu?" cerocos Ibu Sarah sinis.

Varo ikut terpancing, suaranya mulai naik. "Bener itu, Ai? Kamu pakai uangnya buat keperluan pribadi atau buat foya-foya sama teman kamu?"

Aini menarik napas panjang, menatap Varo tepat di matanya.

"Mas, coba Mas hitung lagi pake logika. Mas kasih uang bulanan berapa sebulan?"

"Satu juta. Kenapa? Kurang?" jawab Varo sangat enteng.

"Nah, itu Mas tahu! CUMA SATU JUTA!" Aini sedikit menekan suaranya.

"Coba Mas hitung; beras lima kilo sudah berapa? Minyak goreng, bumbu dapur, sabun mandi, deterjen, belum lagi bayar air sama listrik tambahan sejak Ibu sama Bapak di sini. Uang sejuta itu paling pol cuma buat SEPULUH HARI, Mas! Bukan sebulan penuh! Jadi jangan salahin aku kalau menunya begini. Syukur kita masih bisa makan tiga kali sehari dan nggak kelaparan!"

Varo terdiam seribu bahasa, ia tidak menyangka Aini bakal berani menjawab seberani itu di depan ibunya. Ibu Sarah juga tampak kaget, namun ia tetap tak mau kalah.

"Ck, kamunya aja yang nggak bisa ngatur keuangan rumah tangga. Ibu dulu uang segitu bisa buat beli emas!"

"Ya sudah, kalau gitu mulai besok Ibu saja yang pegang uang bulanannya. Ibu yang belanja, Ibu yang atur semua menu biar kita makan enak tiap hari dengan uang sejuta itu. Gimana, Bu? Berani nggak?" tantang Aini dengan nada yang sangat tegas.

Suasana hening seketika. Tak ada yang berani menjawab tantangan Aini. Namun, tiba-tiba keheningan itu pecah oleh suara yang membuat semua orang menoleh.

"Huekk... huekk..."

Semua mata tertuju pada Cilla. Adiknya itu membekap mulutnya erat-erat, wajahnya mendadak hijau. Ia langsung berlari kencang menuju kamar mandi. Tak lama kemudian, ia keluar dengan langkah gontai dan wajah yang pucat pasi.

"Kamu kenapa, Cilla? Masuk angin?" tanya Varo dengan nada yang sangat khawatir bahkan jauh lebih khawatir daripada saat Aini sakit bulan lalu.

"Nggak tahu, Mas... mual banget. Cium bau sop ini aja rasanya mau muntah lagi. Badan aku rasanya lemas banget," jawab Cilla sambil memegang kepalanya.

"Ya sudah, kamu ke kamar saja dulu. Istirahat. Nanti biar Mas yang pesan makanan enak lewat aplikasi online buat kamu. Ibu sama Bapak juga sepertinya nggak selera makan sop tulang ini, kan?" ucap Varo sambil melirik ibunya. Ibu Sarah mendadak jadi sangat perhatian, ia mengusap punggung Cilla dengan lembut.

Aini hanya diam mematung, memperhatikan pemandangan itu. Kenapa Ibu Sarah mendadak jadi selembut itu sama Cilla? Ada yang nggak beres di sini, batin Aini penuh curiga.

Tengah malam, saat seluruh rumah seharusnya sudah terlelap, Aini terbangun karena merasa ada pergerakan di sampingnya. Ia melirik, Varo tidak ada di tempat tidur. Dengan detak jantung yang mulai berpacu cepat, Aini bangkit dan berjalan tanpa suara keluar kamar.

Ia mencari ke dapur dan ruang tamu, namun hasilnya nihil. Langkah kakinya kemudian membawanya ke depan kamar mertuanya. Pintu kamar Ibu Sarah tidak tertutup rapat, menyisakan celah kecil yang memancarkan cahaya lampu remang.

Aini mendekat perlahan, menahan napas agar tidak terdengar. Ia menyiapkan ponselnya, mengaktifkan mode rekam video dengan tangan yang sedikit gemetar.

"Jadi... kalian sudah lama menjalin hubungan gelap di belakang Aini?" Terdengar suara Ibu Sarah yang sedang bicara serius di dalam kamar.

Aini mengintip dari celah pintu. Ia melihat Varo dan Cilla sedang duduk berdampingan di depan Ibu Sarah dan Bapak Wijaya yang duduk di tepi kasur.

"Iya, Bu. Aku sama Cilla sudah menjalin hubungan hampir setahun terakhir ini," jawab Varo tanpa nada penyesalan sedikit pun di suaranya.

Aini hampir jatuh terduduk.

"Setahun? Jadi Selama ini mereka mengkhianatiku?! Gumam batin Aini

"Terus, apa benar yang dikatakan Cilla sore tadi ke Ibu? Kalau dia sekarang... sedang mengandung anak kamu, Varo?" tanya Ibu Sarah dengan suara yang lebih pelan namun terdengar jelas di telinga Aini.

JEDARRRR! Jantung Aini rasanya seperti diledakkan paksa.

"Iya, Bu. Cilla hamil. Usia kandungannya sudah masuk minggu keempat. Kami juga baru yakin seminggu yang lalu," ucap Varo lagi, kali ini nadanya terdengar sedikit bangga.

Air mata Aini mengalir deras tanpa bisa dibendung, namun ia segera menyekanya dengan kasar. Ia harus tetap tenang agar rekaman ini tidak goyang.

"Kenapa kalian bisa sampai sejauh ini, Varo? Cilla itu adik iparmu!" tanya Bapak Wijaya dengan suara yang berat dan kecewa, namun anehnya ia tidak membentak.

"Nggak tahu, Pak. Aku cuma ngerasa nyaman banget kalau lagi sama Cilla. Dia ngertiin aku, nggak kayak Aini yang makin hari makin membosankan dan sibuk terus sama rumah makan sepi itu. Mungkin ini juga salah Aini yang nggak bisa kasih aku keturunan sampai sekarang, jadi aku khilaf cari kebahagiaan lain," Varo dengan tega menyalahkan istrinya yang selama ini sudah banting tulang demi dia.

"Mbak Aini itu sepertinya emang mandul, Bu. Makanya Mas Varo cari pelarian ke aku. Aku kan lebih muda dan lebih subur," sahut Cilla dengan nada bicara yang sangat jahat dan sombong.

Aini meremas ponselnya hingga buku-buku jarinya memutih.

"Gue nggak mandul, ulat! Gue sudah periksa ke dokter dan semuanya normal! Kalian yang iblis! maki Aini dalam hati.

"Iya juga ya... sudah bertahun-tahun nikah tapi rahimnya kosong terus. Mungkin memang Aini pembawa sial di keluarga ini," Ibu Sarah malah ikut menyetujui ucapan Cilla.

"Terus sekarang mau kalian gimana? Nggak mungkin kan Cilla melahirkan tanpa suami?"

"Rencananya kami mau nikah secara diam-diam dulu, Bu. Kita nikah di kampung aja biar Aini nggak curiga," ujar Varo mantap.

Ibu Sarah menghela napas panjang.

"Ya sudah, mau gimana lagi. Ibu juga sudah pengen banget nimang cucu. Secepatnya kalian urus pernikahan itu sebelum perut Cilla makin kelihatan menonjol."

Aini menutup mulutnya rapat-rapat agar isak tangisnya tidak meledak. Di rumah yang ia bangun dengan keringatnya sendiri, di depan mertua yang selama ini ia hormati, pengkhianatan yang paling menjijikkan ini justru mendapat restu.

Kalian semua benar-benar manusia tanpa nurani. Nikmati saja kemenangan semu kalian ini, karena sebentar lagi gue bakal bikin kalian membusuk di neraka yang gue buat sendiri! gumam Aini dalam hati dengan dendam yang sudah mengkristal.

BERSAMBUNG...

...****************...

1
rian Away
MAMPUS JALANG
Dede Azwa
kejutan Mulu thorrr..bosen denger ny,,,harus ny langsung ke inti ny....bikin darting liat ny😡
Dede Azwa: iya kak othor sama"🤭semoga kedepannya lebih gacorrr lagi...bagus ceritanya pemeran utama ny gak menye" pertahan kan KK..sukses selalu kak othorr buat novel ny👍💪🥰
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!