Yan Ruyin, nama yang membuat semua orang di Kediaman Shen jijik. Wanita genit, pengkhianat, peracun… bahkan tidur dengan kakak ipar suaminya sendiri.
Sekarang, tubuh itu ditempati Yue Lan, analis data abad 21 yang tiba-tiba terbangun di dunia kuno ini, dan langsung dituduh melakukan kejahatan yang tak ia lakukan. Tidak ada yang percaya, bahkan suaminya sendiri, Shen Liang, lebih memilih menatap tembok daripada menatap wajahnya.
Tapi Yue Lan bukanlah Yan Ruyin, dan dia tidak akan diam.
Dengan akal modern dan keberanian yang dimilikinya, Yue Lan bertekad membersihkan nama Yan Ruyin, memperbaiki reputasinya, dan mengungkap siapa pelaku peracun sebenarnya.
Di tengah intrik keluarga, pengkhianatan, dan dendam yang membara.
Bisakah Yue Lan membalikkan nasibnya sebelum Kediaman Shen menghancurkannya selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arjunasatria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
Kereta kuda melaju melewati jalan-jalan kota yang ramai. Yue Lan tidak bisa menahan rasa takjubnya melihat pemandangan yang begitu berbeda dari dunia modern yang ia kenal. Pedagang berteriak menawarkan dagangan, anak-anak berlarian di antara kerumunan, aroma rempah-rempah dan makanan jalanan tercium dari berbagai sudut.
Ini adalah dunia yang hidup begitu berbeda dari kediaman Shen yang dingin dan penuh intrik.
Setelah hampir setengah jam perjalanan, kereta kuda akhirnya berhenti di depan sebuah gerbang besar yang megah. Papan nama dengan tulisan kaligrafi indah terpampang di atasnya. Kediaman Lin
"Kita sudah sampai," kata Shen Liang sambil turun lebih dulu dari kereta. Ia berbalik dan mengulurkan tangannya, sesuatu yang tidak pernah ia lakukan sebelumnya.
Yue Lan menatap tangan itu sejenak, lalu menerimanya dengan hati-hati. Tangan Shen Liang terasa hangat dan kuat. Ia turun dari kereta dengan bantuan suaminya, merasakan tatapan beberapa pelayan kediaman Lin yang berdiri di pintu gerbang.
"Tuan Muda Shen, kami sudah menunggu," sapa seorang pelayan tua dengan hormat. Namun matanya sempat melirik ke arah Yue Lan dengan tatapan yang penuh... penilaian.
Yue Lan langsung mengerti. Reputasi Yan Ruyin sudah tersebar kemana-mana.
"Silakan masuk," kata pelayan itu sambil membukakan pintu.
Mereka berdua berjalan memasuki halaman luas kediaman Lin. Taman yang tertata rapi, kolam dengan ikan koi, dan paviliun-paviliun kecil yang indah membuat Yue Lan semakin yakin keluarga Lin adalah pedagang kaya yang memiliki pengaruh besar.
Shen Liang berjalan dengan langkah mantap, namun Yue Lan bisa merasakan sedikit ketegangan dari cara ia menggenggam tangan kipasnya yang terlipat di sisi tubuh.
Mereka dipandu menuju ruang tamu utama yang besar. Di dalam ruangan itu, seorang pria paruh baya dengan jenggot tipis dan pakaian mewah sudah duduk di kursi utama. Di sampingnya, seorang pemuda tampan dengan senyum ramah juga duduk dengan santai.
"Tuan Muda Shen, selamat datang," sapa pria paruh baya itu dengan suara yang berat namun berwibawa. "Saya Lin Feng, kepala keluarga Lin."
Shen Liang membungkuk hormat. "Terima kasih atas sambutannya, Tuan Lin. Saya Shen Liang, mewakili keluarga Shen untuk membahas kerjasama perdagangan kain."
Lin Feng mengangguk, namun matanya kini tertuju pada Yue Lan yang berdiri sedikit di belakang Shen Liang. "Dan ini...?"
"Ini istri saya, Yan Ruyin," jawab Shen Liang dengan nada datar namun tegas.
Ruangan itu tiba-tiba menjadi hening.
Yue Lan merasakan tatapan tajam dari Lin Feng dan putranya. Bahkan para pelayan yang berdiri di sudut ruangan saling berbisik pelan dengan ekspresi terkejut.
Mereka tahu. Mereka semua tahu tentang reputasi Yan Ruyin.
Lin Feng tersenyum tipis, senyum yang tidak mencapai matanya. "Ah, Nyonya Shen. Saya pernah mendengar tentang Anda."
Nada bicaranya sopan, tapi ada sesuatu yang tajam di balik kata-kata itu.
Yue Lan menarik napas dalam-dalam. Ia membungkuk dengan sopan, menjaga sikap setenang mungkin. "Terima kasih atas sambutannya, Tuan Lin. Saya hanya menemani suami saya hari ini."
"Menemani suami?" Pemuda di samping Lin Feng yang belum memperkenalkan diri, tiba-tiba tertawa kecil. "Jarang sekali mendengar seorang istri menemani suaminya dalam urusan bisnis. Apalagi..." Ia menatap Yue Lan dengan pandangan yang menilai. "...istri dengan reputasi yang begitu... terkenal."
Yue Lan merasakan darahnya mendidih. Namun sebelum ia bisa merespons, Shen Liang sudah melangkah sedikit ke depan, menghalangi pandangan pemuda itu ke arah Yue Lan.
"Tuan Muda Lin Hao, saya rasa kita sebaiknya fokus pada urusan bisnis," kata Shen Liang dengan nada dingin yang jarang ia gunakan. "Urusan rumah tangga saya bukan topik yang perlu dibahas di sini."
Lin Hao putra Lin Feng tersenyum miring, namun tidak melanjutkan. Ia hanya bersandar di kursinya dengan sikap santai yang agak meremehkan.
Lin Feng mengetuk meja pelan. "Baiklah. Mari kita mulai pembicaraan." Ia melambaikan tangan pada seorang pelayan. "Siapkan teh untuk tamu kita."
Mereka semua duduk Shen Liang di kursi di hadapan Lin Feng, sementara Yue Lan duduk di kursi samping, sedikit di belakang. Ini adalah posisi yang tepat untuk seorang istri yang menemani suami dalam pertemuan formal.
Pelayan membawa teh dan menaruhnya di atas meja. Aromanya harum, namun Yue Lan tidak menyentuhnya. Ia duduk dengan tenang, tangan terlipat di pangkuan, mata menatap lurus ke depan dengan sikap yang sopan namun tidak lemah.
Lin Feng mulai berbicara. "Tuan Shen, saya mendengar keluarga Anda tertarik untuk bekerja sama dalam perdagangan kain sutra dari utara. Ini adalah bisnis yang menguntungkan, namun... tidak mudah."
Shen Liang mengangguk. "Saya mengerti. Itulah sebabnya kami ingin bekerja sama dengan keluarga Lin yang memiliki jalur perdagangan yang sudah mapan."
"Benar," kata Lin Feng. "Namun, kerja sama membutuhkan kepercayaan. Dan kepercayaan..." Ia melirik sekilas ke arah Yue Lan. "...dibangun dari reputasi."
Yue Lan mengepalkan tangannya di bawah meja. Ia tahu kemana arah pembicaraan ini.
Shen Liang juga tahu. "Keluarga Shen memiliki reputasi yang baik dalam bisnis selama bertahun-tahun, Tuan Lin. Saya yakin Anda sudah mendengar tentang integritas ayah saya dalam setiap transaksi."
"Memang," jawab Lin Feng. "Tapi saya bukan hanya berbicara tentang Tuan Shen senior." Ia menatap Shen Liang dengan tajam. "Saya berbicara tentang Anda, Tuan Muda. Dan... keluarga Anda."
Lin Hao kembali menyeringai. "Ayah, mungkin Tuan Muda Shen tidak menyadari bahwa dalam dunia bisnis, reputasi istri juga mempengaruhi reputasi suami. Apalagi jika istri itu... bagaimana ya mengatakannya... sering menjadi bahan pembicaraan."
Kali ini, Yue Lan tidak bisa diam lagi.
"Tuan Muda Lin Hao," kata Yue Lan dengan suara yang tenang namun tegas. Semua mata langsung tertuju padanya. "Anda benar. Reputasi seseorang memang penting dalam bisnis. Namun, lebih penting lagi adalah kemampuan untuk melihat masa depan, bukan hanya terpaku pada masa lalu."
Lin Hao menaikkan alis, tampak tertarik. "Oh? Apa maksud Anda, Nyonya Shen?"
Yue Lan menatapnya langsung. "Orang berubah, Tuan Muda. Kesalahan masa lalu bisa diperbaiki. Tapi jika seseorang hanya terus melihat ke belakang, ia tidak akan pernah melihat peluang yang ada di depan mata."
Ruangan itu terdiam.
Lin Feng menatap Yue Lan dengan pandangan yang berubah bukan lagi meremehkan, tapi... penasaran.
Shen Liang juga melirik ke arah istrinya, ekspresinya sulit dibaca.
Lin Hao tertawa pelan. "Menarik. Sangat menarik." Ia mengetuk jari di atas meja. "Baiklah, Nyonya Shen. Katakanlah saya percaya pada Anda. Tapi kepercayaan bukan hanya soal kata-kata."
"Saya setuju," jawab Yue Lan. "Kepercayaan dibangun melalui tindakan."
"Kalau begitu..." Lin Hao bersandar dengan senyum penuh tantangan. "Tunjukkan."
Yue Lan dan Lin Hao saling menatap sebuah pertarungan diam yang dipenuhi ketegangan.
Dan Shen Liang, untuk pertama kalinya sejak menikah, merasakan sesuatu yang aneh dalam dadanya.
Kebanggaan.
BERSAMBUNG
semangat thor jangan lupa ngopi☕️