NovelToon NovelToon
Dendam Si Kembar

Dendam Si Kembar

Status: tamat
Genre:Anak Kembar / Identitas Tersembunyi / Cinta Murni / Romansa / Tamat
Popularitas:146.7k
Nilai: 4.9
Nama Author: Freya Alana

Gadis dan Dara adalah sepasang gadis kembar yang tidak mengetahui keberadaan satu sama lain.

Hingga Dara mengetahui bahwa ia punya saudara kembar yang terbunuh. Gadis mengirimkan paket berisi video tentang dirinya dan permintaan tolong untuk menyelidiki kematiannya.

Akankah Dara menyelidiki kematian saudaranya? Bagaimana Dara masuk ke keluarga Gadis?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Freya Alana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mulai Membalas

Darius menggeserkan tubuh karena kesempitan di kursi pesawat kelas ekonomi. Pulang dengan memakai maskapai berbujet murah bukanlah pilihan utamanya.

Setelah memastikan Arum tertangani dengan baik dan ayahnya tempat tinggal ayahnya, Dara pulang ke Jakarta bersama Darius.

Dara bersikeras tidak mau naik pesawat jet pribadi seperti waktu berangkat. Dengan uang tabungannya ia membeli tiket pesawat termurah.

Ia mempersilakan Darius untuk pulang dengan jet hingga akhirnya orang tua itu mengalah dan membeli tiket yang sama.

Sementara Dara menikmati mie instan yang dibelinya, Darius berusaha meluruskan kakinya yang kesempitan. Ia menoleh ke arah empat bodyguard bertubuh besar yang nampak lebih tersiksa. Semua balik memandangnya dengan tatapan memelas.

Dara menikmati penerbangannya. Bukannya ia ingin senang-senang, tapi ayah dan bundanya selalu mengajarkan untuk menikmati apa yang ada. Membeli tiket pesawat dengan uang tabungan menjadi suatu kebanggaan tersendiri.

Perjanjian kerja dan hutang piutang telah ditandatangani kedua belah pihak. Dara berniat akan bekerja sebaik mungkin. Dirinya tahu akan menerima cemoohan karena dia hanyalah gadis dari kampung Bali yang tidak tahu bisnis. Banyak orang yang akan menganggapnya memanfaatkan aji mumpung.

“Semoga pikiran burukku tidak terjadi,” gumam Dara tak sadar jika Darius bisa mendengar.

“Pikiran buruk apa, Dara?” Tanya Darius ingin tahu.

“Banyak, Tuan. Bagaimana karyawan akan bertanya tentang asal-usul Dara, kemungkinan aji mumpung, belum lagi cemooh tentang orang kampung yang coba-coba kerja di kota.”

“Bilang sama Opa kalau ada yang ngomong gitu. Nanti Opa bereskan.”

“Nggak usah, Tuan. Kalau pun ada, Dara akan bereskan sendiri. Bukannya sok kuat, tapi bukankah campur tangan Tuan malah akan memperburuk keadaan jika diketahui orang lain?”

“Sialan! Bener juga dia …” Sungut Darius dalam hati, niatnya ingin menunjukkan rasa melindungi terhadap Dara sirna sudah.

“Paling tidak kamu bisa diskusi tentang apapun sama Opa, ya?”

“Nah, kalau itu Dara setuju. Tapi semua keputusan ada di Dara, gimana?”

“Deal!”

“Tuan, Dara sudah browsing tentang Anantara Group. Maukah Tuan menceritakan apa yang tidak ada di internet?”

“Mungkin tentang para bos di sana. Anwar bertanggung jawab untuk legal dan relasi ke pemerintah. Dia orang yang sangat setia. Sahabat Opa dari SMA. Dia pindahan dari Jakarta ke Padang. Anak orang kaya.”

“Horang kaya ketemu sama horang kaya,” sahut Dara sambil menyeruput kuah mie instan dengan sisa bumbu yang mengental.

“Enak banget, ya?” Sindir Darius melihat kelakuan cucunya.

“Enak, mau Dara beliin?” Alis Dara terangkat.

“Opa udah nggak makan yang instan-instan. Anyway, Opa dulu dari keluarga miskin. Orang tua Opa petani. Opa sekolah ke Jakarta aja, ayah harus jual motor. Tapi Opa kerja pintar. Opa dulu seperti Dara, suka menang lomba. Uangnya Opa pakai beli saham. Waktu booming, Opa jual sebagian lalu dibelikan rumah kecil. Opa renovasi lalu dijual. Flipping istilahnya. Eh laku dan untung besar. Terus dibelikan lagi dan dijual lagi.”

“Makanya cikal bakal Anantara Group di perumahan kecil, ya?”

“Betul. Opa ingin semua orang punya rumah di lingkungan yang layak dengan harga terjangkau. Program Opa terus banyak diminati pemerintah sehingga hampir seluruh propinsi ada perumahan sederhana dari Anantara Group.”

“Kalau pembangunan kota satelit?”

“Ya itu juga kerja sama dengan pemerintah untuk mengurai kemacetan. Jadi Opa bikin perumahan plus sentra bisnis. Jadi orang nggak perlu ke kota lagi untuk kerja.”

“Sekarang lagi bangun ibu kota yang baru?”

“Kalau itu konsorsium. Banyak pihak terlibat. Untuk proyek itu, kita melibas keluarganya Jadden.”

“Melibas? Kedengarannya jahat …”

“Bisnis itu nggak selalu polos. Syailendra sering main curang, jadi sama Adrian dan Askara, jalan mereka justru dibuka ke publik. Syailendra Group langsung didepak dari proyek ini.”

“Tapi kenapa Gadis malah dinikahkan dengan Pak Jadden? Udah tahu sekeluarga licik.”

“Mike berbeda dari ayahnya. Mike lebih jujur. Terlebih lagi saat kekuatan Anantara dan Syailendra bergabung ternyata hasilnya luar biasa. Kami berhasil mengembangkan perumahan di beberapa pulau dan sedang membangun jembatan sepanjang 100 km dari pulau ke Jakarta.”

“Syailendra jago di pembangunan jalan, ya?”

“Nah betul sekali. Berikutnya, kita akan bangun perumahan dan infrastruktur di Papua. Ijin sudah turun tinggal green light dari investor.”

“Siapa aja investornya?”

Darius menepuk dadanya, sambil terkekeh. “Perusahaan Opa yang lain, lalu ada perusahaan dari Cina dan Taiwan.”

“Kak Askara jadi Direktur di sana?”

“Ya, Askara adalah salah satu direktur. Kenapa tiba-tiba nanya Askara. Jangan bilang kamu naksir.”

“Eh naudzubillah. Nggak, Tuan. Dara nggak mau dapet orang tajir melintir. Mereka cenderung melibas orang dengan garis misqueen seperti Dara.”

Darius menelan saliva merasa tertohok. Pria tua itu tidak bisa berkata apa-apa lagi. Memang betul jika ada pepatah kacang lupa kulit. Darius begitu menikmati gelimang harta sehingga lupa bahwa dulu ia ke sekolah hanya memakai sandal jepit.

Begitu terbuai Darius dengan kekayaan hingga ia tega menghina Sekar sebagai orang kecil.

Ingatan buruk dimana Riza memilih pergi dan mempertahankan cintanya menjadi hukuman tak berujung. Gelombang penyesalan terus menghajar kalbunya.

Diliriknya Dara yang mulai mengantuk. Cucunya menyender ke dinding pesawat dan matanya mulai terpejam.

“Tidur yang enak, Dara. Nanti Opa bangunkan.”

Darius melepas jaket lalu menjadikannya selimut untuk Dara yang kini sudah terlelap.

***

Ruangan-ruangan di kantor Anantara Group sudah gelap, hanya menyisakan lampu-lampu di sepanjang koridor utama.

Seseorang berjalan dalam kegelapan lalu berhenti. Dari kejauhan menatap cubicle yang disiapkan untuk Dara Anantara.

Seorang laki-laki mengikuti dari belakang.

“Pastikan tidak ada lagi Anantara selain Dara yang masih berkeliaran di luar sana.”

“Siap!”

Laki-laki itu berbalik lalu masuk ke dalam elevator. Tertutup topi pet berwarna hitam, wajah dengan sepasang mata berbentuk almond dan bekas luka di pipi kiri menunduk ketika beberapa karyawan yang baru menyelesaikan lemburan ikut masuk.

***

“Ayah, bagaimana kondisi Bunda?”

“Alhamdulillah, Nak, tadi Bunda mulai bisa membuka mata. Hanya sebentar tapi sempat tersenyum pas liat Ayah.”

“Maa syaa Allah,” Dara mengucap syukur. Ia berharap keputusan membawa Bundanya ke Penang bisa membawa kesembuhan.

“Ayah, besok Dara mulai ke kantor. Hari ini Tuan Darius akan mengajak Dara belanja pakaian kantor. Kata Tuan, pakaian ART di sini lebih bagus dari yang Dara punya. Ayah, dosa nggak sih melempar orang tua. Pakai bantal aja kok. Dara kesel banget. Padahal Dara udah pilih baju-baju yang paling bagus.”

“Mungkin maksudnya Tuan nggak sesuai dengan pakaian kerja orang-orang di kota besar. Dara, jangan cepet emosi dan harus pintar jaga diri.”

“Abis Tuan Darius nyebelin. Ayah, Dara katanya nggak usah bayar buat makan di sini. Jadi nanti gaji Dara kan setengah buat bayar hutang, yang setengah mau Dara tabung buat beli tiket sama buat uang saku Ayah dan Bunda.”

“Maafin Ayah dan Bunda yang jadi beban,” lirih Fauzan berucap.

“Iih Ayah apa sih. Apa yang Dara kasih dibanding dengan semua yang Ayah dan Bunda korbankan itu nggak sebanding. Biar ini jadi bakti Dara buat Ayah dan Bunda.”

Dara menatap wajah Fauzan yang terlihat lelah. Ia ingin berada di Penang agar bisa gantian menjaga Arum.

“Ayah udah makan?”

“Udah tadi makan nasi lemak sama oseng kangkung.”

“Ayah nanti malam tidur di apartemen, kan?” Darius menyediakan tempat tinggal untuk Fauzan dan jika Dara menginap tak jauh dari rumah sakit.

“Ayah tidur di ruang tunggu driver aja di basement. Biar deket sama Bunda.”

“Ayah jangan gitu. Nanti Ayah sakit. Janji Ayah tidur di apartemen. Besok pagi-pagi sarapan dulu sebelum ke rumah sakit.”

Fauzan tersenyum, Dara memang tukang maksa. Tapi semua dilakukan karena sayang.

“Ya udah, Ayah janji. Dara, besok kerja yang rajin, ya. Jika ada kesulitan, jangan menyerah. Ayah tau Dara masih belum sepenuhnya menerima Tuan Darius sebagai kakek, tapi beliau sudah membantu supaya Bunda cepat sembuh. Berusahalah sebaik mungkin.”

“Eyes on the prize, ya, Yah,” balas Dara sambil mengepalkan tangan tanda semangat.

“Ayah, Dara dipanggil Tuan, kayaknya mau berangkat. Cium Bunda buat Dara ya… Ayah juga jaga kesehatan.”

Setelah menutup telepon, Dara keluar kamar menghampiri kakeknya yang sudah siap.

“Ya Allah Tuan, keren amat, nanti Dara disangka jalan sama sugar daddy.”

“Hush, yang ada sugar opa. Dara yakin mau pake baju itu?” Darius mengernyit menatap celana panjang belel dan kemeja panjang flanel.

“Jelek, ya? Padahal ini baju andalan Dara,” balasnya kecewa.

“Ya udah, nanti kita beli juga baju santai.”

“Secukupnya uang Dara aja, Tuan.”

“What? Hmmm, ya sudah, ayo berangkat,” sahut Darius yang malas berdebat dengan cucunya yang keras kepala.

Setibanya di pusat perbelanjaan, mata Dara terbelalak. Ia mengambil hape, memeriksa saldo tabungannya setelah dipotong beli tiket.

“Tuan, Dara nggak sanggup belanja di sini. Kita ke pasar aja. Atau belanja online malah lebih gampang, pilihannya banyak dan harganya miring.”

“Dara Anantara, sudah, kali ini jangan banyak membantah. Kamu cukup tunjuk, coba, lalu Opa yang bayar.”

“Nggak mau.”

“Ya Allah, berikan hamba kesabaran.”

Pengawal yang mendengar perdebatan kakek dan cucu itu mau tidak mau tersenyum. Mereka sudah mengenal sifat Dara yang kekeh pakekeh untuk sesuatu yang diyakini benar.

“Dara, kamu nurut atau Opa suruh para bodyguard ini angkut kamu ke dalam.”

“Tuan berniat melanggar perjanjian kita. Tertulis jelas tidak ada pemaksaan. Tuan, Dara biar adil, kita duduk di sana, Dara buka aplikasi shopping online. Tuan yang pilihin deh, mungkin style Dara masih Bali banget gitu.”

Dara berjalan menuju bangku di depan lobby pusat perbelanjaan. Darius memijit pucuk hidungnya, mau tak mau mengekor di belakang cucunya.

Setelah beberapa saat mereka memilih. Dua potong baju akan diantar hari itu juga supaya Dara bisa pakai besok.

“Ada kan, baju bagus yang murah,” celetuk Dara penuh kemenangan.

“Ya.” Darius tidak mau berdebat panjang yang mana akhirnya dia akan kalah.

“Tuan, Dara bukan anti barang mahal. Hanya untuk saat ini, Dara nggak punya dana sebesar itu. Dara ngerti Tuan akan belikan, tapi maaf, bukan seperti itu Ayah dan Bunda mengajarkan Dara. Semoga Tuan mengerti.”

Darius semakin mengagumi cucunya serta bagaimana Fauzan dan Arum mendidik.

“Dara, boleh Opa peluk kamu? Dari pertama kita ketemu Opa belum pernah memeluk.”

“Aaah jangan, Dara masih gembel. Nanti viral lagi, Darius Anantara memeluk wanita muda misqueen.”

Darius tak sanggup menahan lalu merengkuh Dara ke pelukannya.

“Dara, maafin Opa. Jangan marah lagi sama Opa.”

Para bodyguad langsung membentuk barikade menghalangi pandangan pengunjung mall ke arah Darius dan Dara.

Dara yang tak menyangka, tidak bisa berkata-kata. Namun membalas pelukan kakeknya pun ada rasa belum rela dan rikuh.

“Tuan …”

Dara tiba-tiba tercekat. Entah apa tapi bayangan Riza berkelebat di benaknya.

“Tuan … maafin Dara yang masih marah. Bunda selalu menasihati Dara supaya menerima takdir. Tapi sulit bagi Dara. Banyak skenario ‘kalau saja’ di kepala Dara dan semua berujung ke Tuan. Kalau saja Tuan nggak mengusir Papa, mungkin Dara masih punya orang tua kandung dan saudara kembar.”

“Opa mengerti. Kalau saja Opa menerima Riza dan Sekar, mungkin kalian selalu bersama. Kalau saja Opa nggak keras kepala, mungkin Riza masih hidup. Dan semua berujung pada penyesalan. Opa nggak bisa memutar balik waktu. Dengan Gadis, Opa berusaha memperbaiki, kepergiannya adalah pukulan bagi Opa. Kini, ijinkan Opa menjaga kamu, Dara.”

Dara menggigit bibir. Berada di persimpangan, ingin terus menyalahkan kakeknya atau menerima dan mencoba membuka lembaran baru. Matanya terpejam. Bulir air mata jatuh ke wajah ayunya.

“Opa …” Dara membalas pelukan kakeknya melepas kerinduan yang sesungguhnya ia pendam dengan sikap dingin dan acuh.

“Ya Allah, alhamdulillah. Dara, Sayang … terima kasih, terima kasih.” Suara Darius bergetar menahan emosi bahagia dan rasa syukur.

“Cucu Opa,” ucapnya lagi sambil mengelus belakang kepala Dara.

“Opanya Dara,” balas Dara yang tidak mau lama-lama mellow.

“Harus banget ya merusak momen haru? Hmm?”

“Harus dong, namanya juga Dara Anantara.” Dara mengurai pelukan lalu menghapus air mata.

“No more sedih-sedih ya Opa.”

“No more. Kamu tau nggak, kalau kayak gini kamu bener-bener mirip Oma Diandra. Penggembira dan suka bercanda.”

“Kalau Gadis?”

“Gadis lebih lemah lembut. Kamu tau nggak, ternyata Gadis sempat gagal napas waktu lahir.”

“Dara udah denger dari Irsad. Makanya Dara lahir duluan buat jagain Gadis. Sekarang tugas Dara adalah jagain Ara dan Opa.”

“Ya Allah, alhamdulillah.” Darius ingin sekali lagi memeluk cucunya.

“Opa, udah ah. Nanti beneran Dara dibilang simpenan Darius Anantara. Bisa rusak reputasi. Mana jodoh belum keliatan hilalnya …” Dara menghindar dan menerobos barikade pengawal yang hanya bisa terbengong melihat kelakuan Nona Muda mereka yang baru.

Darius tertawa terbahak. Sudah lama pria tua itu tidak tertawa keras.

“Opa, mau jajan nggak? Di samping tadi Dara liat ada yang jual gorengan.”

“Ya Allah, sini ikut Opa.”

Darius menggeret Dara yang siap kabur namun terhalang pengawal yang sudah tahu gelagat bulus Nona Dara.

Dalam beberapa menit, mereka sudah duduk di sebuah kafe kesukaan Gadis. Memesan salted caramel eclair dan secangkir teh strawberry.

“Dara, nanti malam, Kakek mengundang semua yang kamu temui malam itu untuk makan malam. Ini hal rutin yang biasa dilakukan.”

Dara menggigit bibir. Berada di antara mereka membuatnya jengah. Apalagi kini dirinya sendiri tidak ada Fauzan, Arum, dan Irsad.

“Canggung, ya?”

“Iya.”

“Nggak apa, mereka adalah keluarga. Dara harus kenal mereka seperti mereka juga harus mengenalmu.”

***

Dara memakai pakaian yang dibelikan Darius seusai dari ngeteh sore di kafe. Tunic berwarna biru muda dipadu dengan rok plisket nuansa ombre lalu kerudung senada.

Kali ini Dara yang memilih model berdasarkan harga. Meski tidak sesuai dengan standard pakaian Anantara, akhirnya Darius mengalah.

Mata Jadden membola setiap melihat Dara seolah menatap mendiang istrinya. Melati diam-diam mendengus kesal, merutuki keputusannya untuk meneruskan pernikahan yang tidak diakui.

Jika Gadis dulu adalah jalan keluar, baginya Dara adalah ancaman. Apalagi Ara yang langsung berbinar-binar menyambut Mommy Dara.

Darius mengagumi cucunya yang walau dibesarkan di desa memiliki aura anggun yang muncul secara natural. Walau berada di antara orang-orang yang membuatnya rikuh, Dara tetap tenang dan menyapa sopan.

Ara langsung menempel pada Dara. Gadis kecil itu membawa album aneka stiker lalu mengajak Dara bermain. Sambil ngobrol, Dara terus bermain dengan Ara. Lagi-lagi membuat Melati keki.

Ketika Dara ke pantry hendak mengambil piring kecil, Melati mengikutinya.

“Jangan berharap untuk menikah dengan Jadden karena kali ini aku nggak akan tinggal diam,” ucap Melati dengan ketus ketika mereka berdua di pantry.

“Laa haula wa laa quwwata. Ya Allah, kaget. Duh Mel, laki-laki di dunia itu nggak cuma Jadden Syailendra. Kalau di dunia, tinggal dia seorang aja mending aku jadi perawan tua deh.”

Melati menghalangi jalan. Dara menatapnya tak sabar.

“Aku serius, Dara.”

“Lha aku juga. Permisi.” Tak gentar, Dara menabrak Melati yang tetap tak mau memberi jalan.

“Dia nggak tau aku pernah berantem sama tukang palak. Cewek model pulen gini mah disentil juga minggir,” ucap Dara dalam hati sambil mendengus kesal.

Obrolan basa-basi membuat Dara semakin jengah. Sesekali ia membalas telak sindiran yang dilontarkan Adrian dan istrinya. Malam itu Askara irit kata-kata. Ia hanya mengamati gerak-gerik Dara.

Semakin larut Ara mengantuk, Dara hendak menidurkan di kamar ketika tiba-tiba Melati menyentak.

“Nggak usah sok jadi ibunya. Suruh aja pengasuh yang urus.”

Jadden mendelik. Baginya kehadiran Dara yang bisa mengembalikan keceriaan putrinya. Ia sama sekali tidak keberatan.

“Mel …”

“Kak, sampai kapan aku harus mengalah?” Tak terima dengan teguran Jadden, Melati mulai mengamuk.

“Mel, jangan di sini, jangan sekarang, please.”

Orang tua Jadden memandang heran pada Mel.

“Biarin! Biarin semua harus tau, termasuk Ara.”

Kini mata Ara sudah terbuka lebar. Menatap perdebatan antara ayahnya dan Melati. Dara merangkul erat keponakannya.

“Tidak bisakah kalian lebih dewasa menghadapi ini semua? Apakah kalian benar-benar ingin Ara tau dengan cara seperti ini? Luar biasa …” Sindir Dara sambil berusaha keras menahan emosi.

“Dara, bawa Ara ke kamar. Nanti biar pengasuh yang menjaga,” titah Darius yang sudah menduga lambat lauh hal ini terjadi.

Semua meneruskan makan dalam diam. Suasana berubah tegang. Dara kembali dari kamar. Matanya menatap nyalang ke arah Melati.

“Apa mau cari ribut? Kamu siapa? Baru gabung di keluarga Anantara aja udah sok.” Melati meradang.

“Melati!” Bentak Anwar dan Darius bersamaan.

“Kamu nanyea? Iya? Kamu nanyea? Saya saudara kembar Gadis Anantara. Sebelum meninggal Gadis membuat video dan minta saya menjaga Ara. Itulah yang saya lakukan. Dan lagi, saya memang TERLAHIR sebagai Anantara, bukan baru join,” balas Dara tak mau kalah sengit.

“Melati, apa-apaan ini? Cukup!” Bentak Anwar.

Melati terkesiap. Ia selalu menjadi pihak yang salah di mata kakeknya.

“Kakek nggak pernah ngerti Melati. Kakek nggak pernah belain Melati.“

“Kita pulang sekarang!” Anwar membanting serbet yang tadinya diletakkan di pangkuannya.

“Nggak! Semua harus tau! Jauh sebelum Kak Jadden menikah dengan Gadis, dia sudah menikah dan punya anak denganku. Bersama, kini kami sudah punya dua orang anak, Jingga Langit Syailendra dan Biru Laut Syailendra!”

Semua orang terdiam. Darius yang sudah tahu menatap Jadden dengan kecewa, begitu pula Dara yang memandang kakak ipar dengan jijik.

Mike Syailendra dan istrinya ternganga.

“Melati, jangan ngawur! Jadden sudah kami larang untuk meneruskan hubungan denganmu,” cetus Mike.

“Kenapa, Mike? Apa cucuku kurang pantas untuk anakmu?” Anwar balik bertanya dengan nada garang.

Makan malam yang dirancang menyenangkan berubah menjadi ajang tempur.

“Opa kecewa padamu Jadden. Kamu menjadikan Gadis sebagai kedok untuk menutupi perkawinanmu dengan Mel.”

Darius tak mau ketinggalan menghajar Jadden.

“Tapi, Opa, itu pada awalnya, lalu aku benar jatuh cinta pada Gadis.”

“Kak Jadden! Kita bercerai!”

“Mel, tolong, kita bereskan sama-sama,” pinta Jadden yang bingung kenapa semua bisa terbongkar saat itu.

Dara menunggu reaksi Mel. Apakah ia akan bertingkah gila hingga menambah kecurigaan sebagai pembunuh Gadis?

“Kakak yang harus bereskan! You know what? Aku senang Gadis Anantara meninggal. Dialah sumber ketidakbahagiaanku!” Teriak Mel penuh emosi.

“Bukan! Kembaranku tidak bersalah. Suami pengecut inilah sumber ketidakbahagiaanmu. Terlebih lagi kalian menikah tanpa restu orang tua. Mana mungkin bahagia … Dan jangan sekali pun menimpakan kesalahan pada Gadis. Dia tidak tahu bahwa suaminya sudah menikah, sedangkan kamu? Kamu hadir di pernikahan mereka. Itu tandanya kamu setuju, kan? Siapa yang bodoh?”

Jadden melotot ke arah Dara.

“Kenapa? Yang aku katakan betul atau benar? Pak Jadden adalah sumber masalah. Bahkan aku menyalahkan kematian Gadis pada Anda! Ara menjadi seorang piatu karena Anda!” Dara berkata tajam dengan sorot mata menghunus ke suami mendiang kembarannya.

Mike akhirnya membuka suara.

“Jadden, mulai detik ini, kamu bukan lagi anak Papa dan Mama.”

Jadden terkesiap.

Pusaran kenangan buruk berputar di benak Darius. Tapi bayangan Gadis yang terluka karena perilaku Jadden dan Mel lebih menyakitkan.

“Jadden, Opa sudah menyatakan kekecewaan. Gadis melihatmu berdua dengan Mel di apartemen sudah pasti membuatnya hancur. Hubungan kita hanya sebatas kamu sebagai ayah Ara. Selebihnya, kamu bukan siapa-siapa untuk Opa.”

Jadden mengusap wajah dengan kasar. Melati menatapnya dengan rasa bersalah karena tak bisa menahan emosi saat mendengar Jadden menyatakan perasaannya dulu untuk Gadis.

“Kak … “

“Nasi sudah menjadi bubur. Mel, saat ini juga kutalak kamu. Aku akan mengajukan co-parenting untuk Jingga dan Biru.”

Anwar bangkit dari kursinya lalu menuju ke tempat Jadden duduk dan menamparnya keras.

“Bedebah! Mel, malam ini kita berangkat ke Amerika, kita jemput cicit-cicit Opa. Dan kamu, aku pastikan kamu tidak bisa melihat anak-anakmu.”

Jadden mengeraskan rahang menahan sakit. Dirinya masih mencintai Mel tapi rasa bersalahnya begitu besar hingga ia memutuskan untuk lebih memilih Ara.

Melati bangkit dari tempat duduknya lalu menatap tajam ke arah Dara.

“Aku mau liat apakah kamu orang yang menepati janji tidak akan menikahi Jadden.”

Dara bergidig memilih untuk menahan diri. Dalam hati ia berkata, “Dis, mereka sudah terbongkar. Jangan khawatir, aku belum puas menyulitkan keduanya.”

***

1
Siti Arbainah
kadang yg terlihat baik blum tentu baik dan yg terlihat jahat blum tentu jahat
Siti Arbainah: iya.. mkanya kita gak bisa nilai orang cma dr covernya aja bahkan yg dekat aja bisa lbih jahat 😆
freya alana: Betul banget. Kadang yang santun justru punya niat busuk. 😍😍😍
total 2 replies
Siti Arbainah
curiga sama Adrian sih dalangnya kecelakaan itu
freya alana: Hmmm lanjut kaaak 😍😍😍
total 1 replies
shanairatih
ceritanya keren bgt 👍👍👍👍👍💕💕💕
lapak nasi khansa
👍👍👍👍
freya alana: Makasi dah mampir ya. Sila tengo juga novelku yang lain 💖💖
total 1 replies
Nana
kasian Dara 😭😭😭
freya alana: Lanjyuuut kak ☺️
total 1 replies
Nana
couple somplak 🤣🤣🤣
freya alana: 🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
Nana
😭😭😭 gemes bgt sama Dara dari awal bikin ngakak
freya alana: Xixixixi … iya kak 😍
total 1 replies
Nana
udah ada yg punya, patah hati deh Dara gue
freya alana: Hihihi lanjut dulu kaak 😍😍😍
total 1 replies
G
yah tamat
Bundanya Pandu Pharamadina
endingnya
👍👍👍👍
❤❤❤❤
semoga mbak Authornya sehat selalu, sukses dan berkah, makasih mbak Author
freya alana: Makasi kak, maa syaa Allah … met menjalankan ibadah Ramadhan ya kak … 🌹🌹🌹🌹
total 1 replies
Bundanya Pandu Pharamadina
Dara Askara
❤❤❤❤
freya alana: Sejodoh 😍
total 1 replies
Bundanya Pandu Pharamadina
iih mbak Author bikin senam jantung terus, semoga Dara selamat dan bisa membongkar kedok Anwar.
freya alana: Hehehehe 💓
total 1 replies
Bundanya Pandu Pharamadina
hantunya berwujud manusia yah mbak Author🤔
freya alana: Iyaaaah…
total 1 replies
Bundanya Pandu Pharamadina
mampir marathon👍❤
freya alana: Maa syaa Allah… makasi kakaaak 🌹🌹🌹
total 1 replies
Mak mak doyan novel
karya yg keren.
freya alana: Maa syaa Allah, tabarakallah … makasi kakak 💕💕💕
total 1 replies
Mak mak doyan novel
akhirnya selesai juga... ending yang sesuai harapan...happly ever after..
karyamu keren thor. good job
freya alana: Makasi kakak, makasi udah mampir dan kasih komen….. aku pada muh 💕💕💕💕
total 1 replies
Aisyah farhana
seriusan ini Dara mau 12 anak good job lanjutkan seruuu sekali banyak krucil deketan pula lahirnya, pak Adrian ternyata anda juga menyimpan rahasia tapi termaafkan dehh demi Dara sama Askara n anak" juga. karya yg hebat luar biasa kak ditunggu karya selanjutnya makasih sudah buat cerita yg luar biasa enak buat dibaca lanjuuuttt
freya alana: Kak… makasi ya sudah baca novel aku …. semoga selalu sehat dan bahagia…. Aamiin 😘😘😘
total 1 replies
🟡𓆉︎ᵐᵈˡ 𝐀⃝🥀sthe⏤͟͟͞R🔰¢ᖱ'D⃤
wah Dara keluarganya rameee bangeeettt
makasih yah kak
karyanya bagus
semoga nanti Makin banyak yang baca,Makin banyak yang suka
sukses selalu ❤️
freya alana: Makasi ya Kak, udah baca novel aku …. Seneng deh. Semoga selalu bahagia n sehar ya Kak … 😘😘😘
total 1 replies
Arie
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍😍
freya alana: Makasi ya Kakak ….
total 1 replies
Aisyah farhana
waaahhhh selamat Dara Anantara n Gadis happy banget samaan lahirannya baby boy pula yeyyyy
freya alana: Hihhi iyaaah. Lanjuuut kaaaak 😍😍😍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!