NovelToon NovelToon
LUKA BUNGA (AKIBAT HAMIL DI LUAR NIKAH)

LUKA BUNGA (AKIBAT HAMIL DI LUAR NIKAH)

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Nikahmuda / Lari Saat Hamil / Single Mom
Popularitas:1.7M
Nilai: 5
Nama Author: D'wie

Masa putih abu-abu adalah masa paling indah setiap remaja begitu pula yang dialami Bunga. Cinta yang membara dan menggebu serta pengaruh darah muda yang bergejolak membuatnya dan sang kekasih terhanyut dalam pusaran dosa manis yang akhirnya membuat hidupnya penuh luka.

Bunga hamil. Kekasihnya pergi. Keluarga kecewa dan membenci lalu mengusirnya. Terlunta-lunta di jalanan. Kelaparan. Dicaci maki. Semua duka dan luka ia hadapi seorang diri. Ingin menyerah, tapi ia sadar, dosanya sudah terlampau banyak. Ia tak mungkin mengabaikan permata indah yang telah tumbuh di rahimnya. Tapi sampai kapankah ia sanggup bertahan sedangkan semesta sepertinya telah terlampaui jijik kepadanya?

Inilah kisah Bunga dan lukanya.

Jangan lupa tap love, like, komen, vote, dan hadiahnya ya biar othor makin semangat update!

Bacanya jangan skip, please! Jangan boom like juga! soalnya bisa menurunkan kualitas karya di NT! Terima kasih. 🥰

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon D'wie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. XVI Penjelasan

Sudah hampir satu jam Nathan duduk seperti orang bodoh di bawah pohon di tepi jalan. Tapi selama itu juga, Nathan belum melihat tanda-tanda kemunculan adik dari Bunga. Waktu jam makan siang telah selesai dan ia harus segera kembali ke kantor. Nathan pun segera berdiri dari duduknya dan berjalan gontai menuju mobil yang ia parkir tak jauh dari tempatnya.

Tepat saat Nathan membuka pintu mobilnya, ia melihat sebuah motor menurunkan seorang gadis di depan gerbang rumah Bunga. Mata Nathan membulat lalu ia segera membanting pintu dan mengejar Kia yang baru saja hendak masuk ke dalam gerbang rumahnya.

"Tunggu," panggil Nathan menghentikan pergerakan Kia yang baru saja membuka gerbang rumahnya.

Mata Kia memicing tajam saat melihat sosok yang memanggilnya itu.

"Kau ... Mau ngapain lagi kau datang ke mari, hah?" desis Kia saat melihat kedatangan Nathan. Sorot mata penuh amarah dan kebencian tergurat jelas di netra Kia yang berwarna coklat. Rahang mengerat, tangan mengepal, ingin sekali Kia memukul wajah Nathan yang terlihat frustasi itu, tapi ia tak ingin orang-orang melihat hal itu yang mungkin akan berbuntut kekacauan.

"Bisa saya bicara sebentar dengan kamu? Please! Banyak yang ingin saya tanyakan. Kamu boleh marah, benci, memakai, atau memukul saya asal kamu puas, tapi izinkan saya bicara sebentar. Banyak hal yang ingin saya tanyakan tentang Bunga. Saya mohon, sekali ini saja!" mohon Nathan dengan wajah memelas dan kedua telapak tangan tangan menangkup di depan dada.

Kia berdecih sinis, raut wajahnya seakan ingin menolak. Tapi ia justru mengiyakan karena ia pun sebenarnya ingin tahu, benarkah laki-laki ini yang telah menghancurkan hidup kakaknya. Ia hanya takut ternyata salah menduga sehingga berakhir fitnah.

"Baiklah!" ucapnya datar.

Lalu Nathan pun mempersilahkan Kia mengikuti langkahnya dan masuk ke dalam mobil. Mereka butuh tempat yang lebih privasi untuk membahas hal ini. Lalu Nathan membawa Kia ke sebuah coffee shop yang tak begitu jauh dari tempat tinggal Kia. Ia mencari tempat duduk yang sedikit menyudut dan aman agar tidak ada yang mencuri dengar obrolan mereka.

Setibanya di sana, keduanya bungkam. Belum ada yang memulai pembicaraan. Barulah setelah pramusaji meletakkan pesanan mereka, Nathan pun mulai membuka suaranya.

"Sebelumnya, boleh saya tahu nama kamu?" tanya Nathan yang memang belum tahu nama Kia. Sedangkan namanya, sudah Kia ketahui lebih dahulu saat mereka pertama kali bertemu.

"Kia, keluargaku memanggilku Kia. Jadi, apa yang ingin kau tanyakan?" desak Kia agar Nathan segera mengutarakan tujuan mengajaknya bicara.

Nathan menghela nafas panjang, "sebenarnya ... apa yang terjadi dengan Bunga 6 tahun yang lalu? Dari kata-katamu tempo hari, aku menarik kesimpulan kalau Bunga telah diusir dari rumah. Tapi kenapa? Apa alasannya? Tolong jelaskan padaku!" ucap Nathan dengan penuh permohonan. Ia sudah tak sanggup lagi menduga-duga. Rasa penasaran begitu menyiksa relung batinnya. Ia harus tahu dulu duduk persoalannya agar ia bisa memikirkan langkah apa yang akan ia ambil selanjutnya.

"Mbak Bunga ... hamil," ucapnya dengan bibir bergetar dan mata berkaca-kaca. Sontak saja, hak tersebut membuat tubuh Nathan menegang. Tangannya bahkan sampai bergetar dengan jantung yang bergemuruh hebat.

Mata Kia menerawang ke peristiwa 6 yang lalu. Ia sangat ingat, hari itu Bunga diantar Bela dalam keadaan basah kuyup sehingga besoknya Bunga oun terserang demam. Bunga yang begitu lemah, pucat pasi, mual setiap melihat makanan, dan terus muntah-muntah, membuat keluarganya panik.

Keluarganya pikir, Bunga mungkin masuk angin akibat kehujanan. Namun, setelah beberapa hari, Bunga masih saja sakit. Walaupun demamnya sudah turun, tapi mual muntahnya tak kunjung hilang. Hingga beberapa hari kemudian, ibunya mendapati testpack yang terjatuh dari tas Bunga yang hendak ia pindahkan.

Orang tua mana yang tak terkejut saat menemukan alat test kehamilan di dalam tas putrinya yang masih berstatus gadis. Bila Bunga telah menikah, mungkin ini akan jadi kabar bahagia bagi keluarga itu, tapi tidak. Mereka tidak bahagia sebab Bunga baru saja lulus dari sekolah menengah atas. Statusnya juga belum menikah, tentu mereka murka mengetahui kalau putri mereka tengah berbadan dua.

Hingga akhirnya, semua anggota keluarga berkumpul dan menghakimi Bunga. Bunga yang bungkam, tidak memberi tahu siapa pria yang sudah menghamilinya, membuat sang ayah dan kakaknya naik pitam. Tanpa banyak kompromi, ayahnya mengusir Bunga dari rumah itu. Ibunya sudah berusaha mencegah, tapi ayahnya justru kian murka membuat mereka hanya bisa pasrah melihat kepergian Bunga yang hingga kini tak pernah mereka temui lagi.

Pernah, beberapa bukan setelahnya Bunga kembali datang, berharap keluarganya tak lagi marah dan mau memaafkannya. Namun, kenyataan tak sesuai ekspektasi. Kebencian keluarganya sepertinya telah mendarah daging sehingga tak ada lagi kata maaf untuk dirinya.

Kia lagi-lagi terisak pilu mengingat bagaimana Bunga pergi dengan wajah pucat pasi bak tak dialiri darah. Langkahnya begitu gontai, seakan bila angin berhembus sedikit kencang, bisa menerbangkannya.

Nathan yang mendengar cerita tersebut tak urung meneteskan air matanya. Ia tergugu membayangkan bagaimana keadaan Bunga saat itu. Mengapa ia begitu egois dan mengira Bunga hendak menghalangi dirinya pergi meraih mimpi, sehingga tidak mempercayai apa yang disampaikan Bunga. Ia menyesal. Sangat menyesal. Ia benar-benar menyesal membiarkan Bunga berjuang sendiri tanpa dirinya. Ia mengatakan mencintainya, tapi ia justru menjadi seseorang yang menorehkan luka begitu mendalam pada Bunga.

Mungkinkah ia akan mendapatkan maaf dari Bunga?

Kalaupun ia harus menebus dengan nyawa demi satu kata maaf dari Bunga, ia bersedia.

"Maaf, maafkan aku. Aku memang benar-benar pecundang. Aku ... memang laki-laki brengsekkk yang tidak bertanggung jawab. Demi meraih mimpiku sendiri, aku sampai menyakiti Bunga. Maaf, maafkan aku," lirih Nathan yang sudah bersimbah air mata.

Kia tersenyum sinis sambil menyeka air matanya kasar.

"Tak ada gunanya minta maaf padaku karena dosa-dosamu itu bukan padaku!"ujarnya sinis. "Namun bila kau memang merasa bersalah, tolong ... temukan mbak Bunga. Aku dan ibu sangat merindukannya. Aku mohon kak. Aku ... benar-benar mengkhawatirkan keadaannya. Tolong temukan, bagaimana pun keadaannya, tolong temukan! Aku mohon!" mohon Kia yang sudah memasang wajah memelas.

Siapa lagi yang bisa ia harapkan untuk membantunya kalau bukan Nathan, pikirnya. Ayah dan kakaknya tampaknya benar-benar tak peduli. Ibunya kini sakit-sakitan semenjak kepergian Bunga. Sedangkan dirinya, ia tak memiliki kemampuan apapun untuk menemukan Bunga. Ia pernah mencoba mencari ke setiap kontrakan dan jalanan, berharap bisa menemukan Bunga, tapi hasilnya nihil. Ia harap, dengan bantuan Nathan, bisa membantunya menemukan Bunga, kakaknya yang hilang.

Nathan mengusap kasar air matanya yang menggenang di pelupuk matanya, kemudian mengangguk.

"Aku akan berusaha semaksimal mungkin untuk menemukan Bunga. Tolong doakan agar aku bisa segera menemukan mereka," ucap Nathan. Sengaja Nathan menyebut kata mereka sebab ia yakin, Bunga berhasil melahirkan anaknya dengan selamat.

...***...

1
Nur Halima
Luar biasa
Nur Aini
sy baca 2x novel ini,tetep aj mewek
Raja Rosnenty
Luar biasa
Sri Wahyuni
keren
Endah Setyati
Udah beberapa bab terakhir isinya bawang terus,,air mata ngalir aja sendiri padahal ga di undang thor 😭😭😭😭😭
Endah Setyati
Kia adiknya Bunga kah yg datang??🤔🤔
Nartadi Yana
haduh baru pacaran dah nyosor² aja ntar minta lebih dan hamidun trus ditinggal
Vibi22904259
apakah ibunya bunga kembaran ibunya yg skrng
Vibi22904259
lilya sama bela pasti
Mochi 🐣
Jahat lu Thor buat kita nangis 😭
Mochi 🐣
Thor tanggung jawab ya kirimin tisu Napa Thor
Merica Bubuk
Beni sisa nandur ya Ko ? 🤣🤣🤣
Merica Bubuk
Bay, emg dgn mukul mmbabi celeng bisa membalikan keadaan ?
Jgn sok paling bener, sapa tau suatu saat km jg akan mlakukan kesalahan versi yg berbeda... betul ga reader ?
Merica Bubuk
Maasya Allah, bijak banget Bunga ❤️❤️❤️
Merica Bubuk
Nah tuh tau, tp jodoh, maut & rajekimu dah tertulis d Noveltoon, Nga.. 🤭🤭🤭
Merica Bubuk
Sabar bro, smua sudah kehendak Author 😁
Kamu punya rencana tp Author yg menentukan 🤭🤭🤭
Merica Bubuk
Jiaaahh... 🤨🤨🤨
Hurul Fatmi
Luar biasa
unique
baca maraton dari kemarin nangis teroosss
Erni Nofiyanti
aku bacanya sampe nangis.ampe ngga bisa napas.air mata keluar terus.nyesek bget
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!