Romance modern.
Kisah cinta Anne Halinger dengan Robert Anderson yang bertemu lewat perjodohan.
Anne yang berasal dari keluarga yang tidak menyayanginya. Dia dijodohkan dengan Robert yang hampir bangkrut dan tidak punya penghasilan tetap.
Namun, tiada yang tahu jadi diri Robert yang sebenarnya adalah pewaris dan CEO Black Diamond Group. Bagaimana kisah cinta dua insan ini? Akankah Anne dan Robert berbahagia?
Ikuti terus kisah mereka ya.
IG @cindy.winarto
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cindy Winarto, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 16
Anne POV.
Anne menyimpan gaun pesta beserta aksesorisnya di lemari.
Dari mana ya Robert punya uang sebanyak ini untuk membeli gaun dan aksesorisnya ini? Kalau Robert bilang ini KW dari online shop, malah tidak bisa dipercaya. Ini kenapa seperti asli ya? Bahannya halus dan tebal begini. Katanya hanya kerja dari forex trading saja, kadang profit kadang loss, tak jelas. Kok bisa beli gaun begini mahal? Ah sudahlah, sementara aku simpan saja, mana tahu bisa dipakai untuk kemudian hari.
Aku sudah 3 tahun menikah dengan Robert, tapi kami tidak pernah sekamar. Padahal sudah seharusnya seorang istri memenuhi kebutuhan lahir batin suaminya pula kan. Robert memang tidak pernah meminta haknya selama ini. Namun, belakangan ini kenapa gelagat Robert makin manis ya? Suka bilang ‘I love you’, kiss kening, gandeng tangan, peluk bahu dan pinggang, dll. Memang tidak apa-apa juga sih, karena kami ‘kan sudah menikah lama. Hanya saja, jantungku sering deg-degan karena dia.
Cinta? Apa itu cinta? Apa aku sudah jatuh cinta padanya? Apa karena aku terbiasa bersamanya? Bila dia tidak di rumah, aku merasa kesepian. Bukan karena tidak ada yang memasak dan merawat rumah, tapi kehadirannya itu yang selalu membuatku merasa hangat. Aku ingin bersamanya, jalan-jalan bareng naik motor, atau naik kereta bareng ke Bogor, makan di warteg dekat rumah, dll. Hal-hal kecil itu malah menyenangkan untukku.
Robert selalu menjadi temanku di saat aku sedih, dan dia yang membuatkanku bubur di saat aku sakit. Aku pikir itu hal yang biasa dilakukan suami pada istrinya sesuai janji pernikahan kami, tapi ternyata itu adalah bentuk kasih nyata. Berarti, cinta datang karena telah terbiasa, dan karena sering bertemu, bukan?
Dia tahu aku sakit hati pada ayah, ibu, dan Spencer. Namun, dia tidak menyuruhku balas dendam, sebaliknya, dia mengajakku pergi Bersama, makan dan jalan-jalan sehingga pikiranku teralih. Lalu, beberapa hari yang lalu aku mengatakan tentang bayi, dan dia menyambut obrolan itu. Sepertinya dia memang mengharapkan pernikahan ini terus berlanjut dan memasuki tahap berikutnya, yaitu punya anak-anak.
Kadang-kadang aku ragu apakah aku bisa jadi ibu yang baik nanti ya? Aku tidak punya gambaran ibu yang penuh kasih. Orang tuaku memang menyekolahkanku, mereka memenuhi kewajiban mereka sebagai orang tua dan tidak membuangku ke panti asuhan. Hanya saja, tidak ada perhatian dan kasih sayang yang adil untukku. Aku diperlakukan berbeda dari Spencer. Aku paham bahwa sebuah keluarga yang menganut patrilineal yang kuat, tentu semuanya adalah untuk anak laki-laki. Namun, secuil saja perhatian mereka tidak ada padaku.
Untungnya aku menikah dengan Spencer yang sudah yatim piatu, jadi tidak ada mertua yang akan menindasku karena orang tuaku sendiri tidak memedulikanku. Untungnya lagi, Spencer berhati mulia, dia mau menikahiku yang tidak punya apa-apa ini dan dia sudah menarikku dari lumpur. Walaupun dia bukan pangeran kaya raya, hatinya baik dan dia manis. Dia tidak banyak romantis dengan membeli coklat dan buket bunga, tapi dia selalu ada dan siap sedia, dia membantu pekerjaan rumah tangga, mengantar jemputku saat aku sedang sakit pinggang, dia menyiapkan bekal makan siangku, dia memijit kakiku dan terapi akupunktur saat sakit pinggangku kumat, dll.
Aku ingin bahagia. Kalau menunggu reinkarnasi baru bahagia, rasanya masih lama sekali. Lagi pula, aku tidak akan mengingat kehidupan lamaku saat aku reinkarnasi ‘kan? Jadi, aku ingin meminta kepada Tuhan agar di kehidupanku yang sekarang ini ada terobosan, aku ingin bahagia bersama Robert. Aku tidak mau sedih lagi karena pikiran bahwa mereka tidak adil dalam semua hal padaku. Kenapa sih aku harus memusingkan sesuatu yang bukan jadi milikku? Harta tidak dibawa mati. Aku sudah bisa menerimanya bahwa semua memang untuk Spencer. Mungkin itu sudah rezeki Spencer, bisa saja di kehidupan lalunya sebelum reinkarnasi, dia banyak menabur kebaikan sehingga di kehidupannya sekarang dia terlahir sebagai anak yang dikasihi orang tuanya, hidup yang beruntung.
Apakah aku melakukan hal yang keliru di kehidupan sebelum reinkarnasi sehingga aku terlahir sebagai Anne Halinger yang tidak bahagia dan sakit begini ya? Nobody knows lah. Aku tidak bisa mengandalkan 6 jenis hubungan di dalam hidupku:
- Orang tua. Mereka hanya sayang pada Spencer dan sudah menendangku keluar. Malah aku yang harus terus berbuat baik, yah tidak apa-apa sih, tapi aku jenuh sekali. Rasanya semua perbuatan baikku sia-sia dan seperti apa pun dan sebanyak apa pun yang aku lakukan, hanya dianggap biasa saja oleh mereka. Bukannya sudah wajar bila seorang anak mengirim uang bulanan pada orang tuanya? Namun, yang mengirisku adalah aku harus memberi pada orang tuaku yang masih aktif bekerja di perusahaan. Aku si miskin, harus memberkati si kaya.
Walau sekali lagi, memang benar kita tidak boleh lupa pada orang tua yang sudah melahirkan dan membesarkan kita. Hanya saja … semua terasa berat untukku. Temanku, mertuanya punya usaha toko juga, dan menolak uang bulanan dari temanku. Mertuanya bilang, untuk temanku dan suaminya saja. Temanku tetap kasih uang saat hari raya, ulang tahun dan momen istimewa lainnya, dan temanku pun sadar diri dan berkata bahwa dia pun tidak mengharap anak-anaknya kelak memberi uang bulanan padanya. Temanku sudah bersiap menabung untuk masa tuanya nanti.
- Saudara. Spencer dan istrinya jelas tidak menyukaiku dan mereka selalu eksklusif sendiri dan tidak pernah mengajakku bila mereka ada liburan dan kegiatan keluarga lainnya.
- Mertua. Robert sudah yatim piatu. Memang ini bagus sih, karena aku tidak punya mertua yang akan memarahiku atau nyinyir padaku. Akan tetapi, bila aku kerepotan mengurus anak, atau aku mau pergi bekerja, atau ketika aku sakit, aku tidak bisa minta tolong siapa-siapa, aku nanti harus putuskan mau tetap bekerja atau jadi ibu rumah tangga saja karena tidak ada yang membantu mengawasi anakku.
- Suami. Kerjaan dan gaji Robert tidak menentu.
- Kakek Nenek. Oma Tinka sudah sakit stroke, dan ibuku marah-marah mengurusnya. Kakek Thomas memang kaya, tapi kekayaannya tentu untuk ayahku dan Spencer.
- Anak. Aku ‘kan memang belum punya anak, dan kalaupun punya anak, aku pula yang harus mengurusnya dan membiayainya. Aku mungkin harus menunggu 25 tahun sampai anak itu mapan dan bisa mengurusku, huh ….
Awalnya, aku memang rasa pahit. Namun, ada bagusnya juga bukan bila aku harus mandiri melewati semuanya? Tidak ada utang budi dengan siapa pun, kecuali tentunya dengan ibuku yang aneh, tidak mau berteman denganku, tetapi mengharapkan uang dan barang-barang dariku. Semoga kelak dia bisa menyadari kesalahannya dan minta maaf padaku walaupun ini sepertinya mustahil.
Rasa benci pada orang lain justru akan membuat hidup kita menjadi berantakan. Sudah cukup rasa kepahitan di dalam hatiku ini membuat semuanya hancur, dan aku ingin berdamai dengan hatiku walaupun diriku tidak mendapat kasih sayang dan harta apa pun dari orang tuaku.
Robert, aku ingin pergi bersamamu ke luar negeri dan memulai hidup yang baru, jauh dari semua orang toxic ini. Apa bisa ya?
***
IG @cindy.winarto