Karya ini adalah lanjutan dari "Anak Genius milik wanita kurang Se-On's"
Sangat disarankan untuk pemula membaca terlebih dahulu seosan pertamanya di judul " Anak Genius, milik wanita kurang se-On's" supaya lebih nyambung ceritanya.
Kisah di novel ini akan menceritakan tentang lika-liku perjalanan cinta anak-anaknya Mumut.
Dari Raka, Yuma, dan juga Triple Baby J.
yuk, jangan lupa dukung Author dengan Like, Komen dan Vote 🙏
o ya.. jangan lupa juga follow akun Novel Author ya...
see you...
selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mamaperi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cita-cita untuk masa depan(Jay.Jim)
16
Pagi itu, Raka sudah siap-siap akan meninggalkan desa. Dia akan kembali ke Kalimantan untuk mengurus masalah yang masih belum terselesaikan disana.
"Ibu, papah, Raka pamit dulu ya. Mbah! Jaga kesehatan, jangan makan apapun yang sudah Raka catat, makanan itu memang tidak akan membuat seseorang berumur panjang, tetapi setidaknya Mbah akan terhindar dari penyakit-penyakit yang berbahaya.
Dan untuk adik-adik kakak, belajarlah yang rajin setelah liburan semester dua ini usai. Kalian akan masuk sekolah menengah pertama (SMP). Kakak ingin kalian mendapatkan nilai yang seimbang dengan Ju. Kali ini, kakak tidak akan memberikan toleransi kepada kalian, jika sampai mendapatkan nilai nol ataupun di bawahnya, maka kakak akan mengirim kalian ke asrama! Apa kalian paham!"
"Iya kak!" sahut Jay dan Jim.
"Yuma, kakak tidak mau tahu. Segera temui klien kita, mereka bersedia menunggu kamu. Setelah kakak pergi, bergegaslah untuk kembali ke kota!" ucap Raka tegas.
"Baik, kak!" sahut Yuma antusias dan memasang wajah yang sangat manis.
"Raka sayang. Semoga kamu selalu diberi kesehatan. Hati-hati!" ucap Mumut sambil memeluk Raka.
Semua akhirnya bergulir gantian memeluk Raka. Bahkan, pak alim dan Mak item yang sangat jarang bertemu dengan Raka merasa sangat sedih ketiak melihat cucu kesayangan mereka akan pergi secepat itu.
Singkat waktu, akhirnya Raka pergi dengan helikopternya.
Hari masih sangat pagi, pukul 7:00 akhirnya Jay memutuskan untuk bersepeda setelah kakaknya pergi. Jay tidak sabar untuk bertemu dengan teman barunya si Tini.
Di pinggiran kali irigasi dekat sawah Jay dengan setia menunggu Tini. Tapi,
Dari jam ke jam Tini tidak juga kunjung datang. Jay mulai merasa bosan, dia menghibur diri untuk bermain air yang sangat bersih dan jernih. Jay bermain perahu-perahuan dari dedaunan yang ada disekitarnya.
Seperti anak kecil pada umumnya. Jay pun merasa sangat senang jika berurusan dengan bermain air.
Ketika sedang asyik sendiri, tiba-tiba Jay di kejutkan dengan Jim dan Ju yang juga datang menghampiri dirinya.
"Hay, Jay! Kamu sedang apa!?" tanya Jim.
"Bermain perahu-perahuan!" sahut Jay.
"Kenapa tidak mengajak kami? Mengapa kamu main sendiri!?" tanya Jim.
Jay hanya bisa membisu, dia tidak berani mengatakan jika dirinya sedang menunggu Tini. Entah mengapa Jay merasa sangat malu. Dia takut jika jadi bahan ejek-ejekan kembaranya.
"Tidak papa! Aku hanya memang ingin sendiri saja!" sahut Jay.
Jim dan Ju pun turun dari sepeda mereka dan menghampiri Jay.
"Kamu kenapa? Apakah ada masalah?" tanya Ju.
"Tidak!" jawab Jay cepat.
"Ayolah Jay! Kamu tidak pernah seperti ini sebelumnya!?" tanya Jim.
"Em, sebenarnya..." Jay merasa ragu.
"Sebenarnya apa!?" tanya Jay.
"Aku kesini karena telah janjian dengan Tini untuk bersepeda bersama. Tapi dia tidak datang," jawab Jay yang merasa sangat malu.
Jim dan Ju pun terdiam tidak percaya.
"Apakah kalian pacaran!?" tanya Jim antusias.
"Apaan sih kalian.! Kita tidak boleh cinta-cintaan! Ingat pesan kak Raka!" ucap Ju mencoba menasehati saudara kembarnya.
"Kalian itu yang apa-apaan! Mana sudi aku suka sama Tini!? Apa kalian tahu, jika aku sudah dewasa, perempuan seperti Natasya Wilona (artis) yang akan aku jadikan pacar," sahut Jay dengan gaya tengilnya.
"Bro, apa kamu tidak memiliki level yang lebih tinggi! Jika aku sudah dewasa, aku akan mencari pacar seperti cupi-cupita (artis/penyanyi yang seksi)," jawab Jim sambil membayangkan masa depannya lewat haluan hakikinya.
"Hahahhaa.... Buntelan lemon itu. Hiii... Kalo aku si ogah! Geli liatnya!" sahut Jim.
"Sudah-sudah! Kalian ini bicara apa sih!" bentak Ju mencoba untuk menyadarkan isi otak saudara-saudaranya.
Jay dan Jim yang mendengar jika isi otak si rambut hitam alias Ju ini tidak berbobot, mereka pun akhirnya mencoba merangkul pundak Ju.
"Hay saudara ku yang seibu, sebapak dan seiman. Kita perlu yang namanya cita-cita, dan cita-cita itu tidak harus tentang mau jadi apa kamu dimasa depan, tetapi pasangan hidup pun harus kita pikirkan. Jangan sampai, karena kamu terlalu fokus menjadi pilot, kamu sampai lupa mana terangnya bulan dan terangnya lampu ublik. Hahahaa.... " sindir Jay yang langsung tertawa dengan ucapannya sendiri.
"Bukankah terangnya Bulan sama lampu ublik itu sama!?" tanya Jim dengan ekspresi T O L membuat Tawa renyah Jay menjadi hambar.
"Haaa..ha..hah.hah.hah...hmmmm, Jiiimm! Ayolah, ini hanya perumpamaan. Jangan terlalu serius!" Jay menjelaskan.
"Kamu benar Jim, bulan dan lampu ublik memiliki cahaya yang sama, yaitu memiliki warna jingga. Begitu pun dengan wanita, meski dia Natasya Wilona ataupun cupi-cupita ataupun Tini, mereka sama-sama wanita. Tapi, jika kita umpama kan, bukankah lebih bermanfaat lampu ublik dari pada Bulan. Bulan hanya terang jauh di mata tak dapat digapai dan pastinya semua mata dapat memandang eloknya. Sedangkan lampu ublik, dia dekat dimata dan hanya satu ruang yang dapat merasakannya," ucap Ju dengan ekspresi puas menatap kebingungan dari mimik wajah kedua saudara kembarnya itu.
"Sudah gak usah di pikirkan, otak kalian belum sampai! Ayo cepat kita pulang sekarang. Kak Yuma sebentar lagi akan pulang ke kota," ucap Ju membuyarkan kebengongan Jay dan Jim.
Jay dan Jim pun akhirnya manut saja apa kata Ju. Meraka selalu terasa terhipnotis oleh perkataan Ju ketika mereka dalam fase bodoh ataupun di bodohi oleh perkataan Ju yang menurut mereka itu sangat membengongkan dan membulat.