The Master Of Swords

Setelah mencerna dan memperbaiki kesalahannya dalam bertarung, Fang Yuan segera mencari teman berlatihnya untuk melanjutkan latihannya.

Fang Yuan tanpa beristirahat bertarung dengan beberapa Binatang Iblis tingkat tiga puncak hingga malan tiba. Meskipun keadaanya saat ini compang camping, namun senyum lebar menghiasi bibirnya.

Dia saat ini, duduk di bawa sebuah pohon besar di hutan Kaki Gunung Liangsan. Di depannya ada api unggun dan di atas api unggun ada sebuah kaki besar binatang iblis di bakar di sana, aroma nikmat segera menyebar ke sekitar.

"Hehehe, meskipun melelahkan, aku akhirnya bisa menguasai Teknik Pedang ini. Meskipun belum sempurna, setidaknya tiga gerakan pertama sudah aku kuasai sepenuhnya hingga sempurna!" Fang Yuan tersenyum senang dan sedikit bangga pada dirinya sendiri.

Disisi lain, di puncak Gunung Liangsan di sebuah gua es, Gadis Es itu sedang duduk di sebuah kursi yang terbentuk dari es sambil memperhatikan Fang Yuan.

Gadis es itu duduk dengan anggun diatas kursi es transparan, rambut hitamnya terjuntai lembut di sepanjang punggungnya. Wajahnya yang sempurnah di penuhi dengan kulit yang seputih salju, dan bibirnya yang merah muda terlihat seperti bunga mawar yang sedang mekar. Tatapan matanya sangat dingin seolah-olah bisa membekukan apa saja yang di lihatnya.

Memandang Fang Yuan, dia berkata dengan suara dingin namun lembut, "Menarik."

Dia sendiri juga cukup takjub dengan pemahaman Fang Yuan. Itu bisa di gambarkan dengan mengambil seribu langkah dalam satu satu langkah.

"Eh, dia menemukanku?" Mata Gadis Es itu di penuhi kejutan ketika dia melihat Fang Yuan tiba-tiba menoleh kearah puncak gunung dengan mata sedikit menyipit. Senyum tipis muncul di wajah dinginnya saat dia dengan tenang berkata, "Bocah ini sangat menarik!"

Di sisi lain Fang Yuan saat ini duduk di bawa pohon besar sambil menikmati daging bakar yang sebelumnya dia bakar. Namun, ada sedikit rasa tidak nyaman terlihat jelas di wajahnya, "Sepertinya ada yang mengawasiku!"

Berkata seperti itu, dia menatap jauh seolah-olah bisa melihat puncak Gunung Liangsan. Namun, dia menggelengkan kepala dan berkata, "Mungkin hanya perasaanku saja!"

Berkata seperti itu, dia kembali tenang dan makan dengan lahap. Setelah makan, dia menggunkan pikirannya untuk kembali kedalam cincin penyimpanan. Di dalam cincin penyimpanan, matahari masih bersinar terang seperti siang hari.

Setelah tiba di lantai pertama pagoda, Fang Yuan segera berjalan ketangga emas yang berada di puncak batu hitam itu dan menaiki tangga, "Mari kita lihat, apa yang ada di lantai dua!"

Setelah menaiki tangga, Fang Yuan muncul di dunia yang sama dengan lantai pertama. Bedanya, energi spiritual di lantai dua ini dua kali lebih banyak dari pada di lantai satu.

Dia berjalan ke pusat dunia kecil ini dan menemukan sebuah pondok bambu yang sama seperti lantai satu. Namun, pondok itu terletak di tengah-tengah kebun herbal yang sangat luas. Kebun herbal itu di penuhi dengan berbagai macam tanaman obat.

Di sebelah pondok bambu itu, ada sebuah patung besar yang tingginya sekitar lima meter. Melihat patung itu, Fang Yuan segera tahu bahwa itu adalah patung Paman Yi Wang.

Berdiri mengamati patung itu beberapa saat, Fang Yuan segera bergerak cepat dan masuk kedalam pondok bambu. Setelah masuk, Fang Yuan hanya mendapati sebuah kuali emas dengan tiga kaki di sana. Di badan kuali itu, terdapat banyak rune misterius berbentuk naga melingkar. Dan di mulut kuali itu terdapat sebuah nyala api biru keemasan di sana.

"Api ini!" Melihat nyala api kecil di mulut kuali, Fang Yuan sangat terkejut sekaligus merasa terharu. Api ini pernah di tunjukan Paman Yi Wangnya beberapa tahun yang lalu saat Fang Yuan meminta Yi Wang untuk membakar daging buruan ayahnya.

Yi Wang pernah mengatakan bahwa api biru ini adalah api yang lahir dari surga. Api ini di sebut Api Biru Surgawi, dan untuk menaklukan api ini, Yi Wang hampir kehilangan nyawa. Namun, tanpa banyak berpikir, Yi Wang meninggalkan Api Biru Surgawi untuk Fang Yuan.

"Paman Yi, terimakasih!" Fang Yuan menatap api biru kecil dengan senyum lebar seolah-olah Yi Wang saat ini sedang berdiri di depannya. Meskipun tersenyum namun air matanya sudah menetes membasahi pipinya.

Meskipun dia berusaha kuat, mau bagaimana pun Fang Yuan masih seorang anak kecil berusia tiga belas tahun.

"Yuan Kecil, jangan menangis!" Pada saat ini, dari nyala api kecil itu, tubuh transparan Yi Wang muncul. Seperti sebelumnya, dia mengenakan jubah putih sederhana. Janggut, kumis, dan rambutnya sudah memutih sepenuhnya.

Dia menatap Fang Yuan dan berkata, "Paman Tu Shen sudah membantu melatih tubuh fisikmu. Jadi, paman akan mewarisi semua ilmu alkimia yang paman kuasai untukmu. Ingat, sebelum kamu menguasai semua yang paman tinggalkan di patung batu di luar, jangan pernah mencoba untuk menjinakan api kecil ini! Waktu Paman sudah habis, Paman Menunggumu menggucang Alam Atas!"

Setelah berkata seperti itu, tubuh transparan Yi Wang perlahan menghilang. Fang Yuan dari awal sampai akhir tidak mengatakan apa pun, dia berdiri tegak tanpa bergerak di depan kuali obat. Setelah tenang, Fang Yuan berkata dengan penuh tekad, "Aku pasti akan menjadi kuat secepatnya!"

Berkata seperti itu Fang Yuan segera bejalan keluar dari pondok bambu dan bejalan kearah patung batu. Setelah mencapai jarak sekitar sepuluh langkah dari patung batu, tekanan yang menakutkan tiba-tiba menimpa Fang Yuan.

"Ah!"

Tidak seperti di bukit batu, tekanan kali ini hanya menargetkan jiwa spiritualnya. Hal ini menyebabkan Fang Yuan menjerit kesakitan, dia merasa kepalanya seolah-olah akan meledak kapan saja.

"Kumis tua ini, apakah dia juga ingin membunuhku!" Fang Yuan mengutuk Yi Wang dengan keras. Dia tahu bahwa ini untuk melatih kekuatan jiwanya, namun tekanan jiwa ini sangat menakutkan. Dia merasa jiwanya sangat ketakutan seolah-olah akan melompat keluar dari tubuhnya.

Meskipun begitu, Fang Yuan tahu bahwa Yi Wang melakukan ini untuk melatih ketahanan kekuatan jiwanya. Segera, dia memobilisasi kekuatan jiwanya untuk menahan tekanan jiwa dari patung batu tersebut.

Meskipun hanya sepuluh langkah lagi dari patung batu, setiap langkah akan menyiksa jiwa Fang Yuan seolah-olah api penyucian sedang membakar jiwanya.

"His!" Fang Yuan menarik napas dalam-dalam dan mencoba melawan tekanan jiwa itu. Dia berdiri di tempat tanpa berniat mengambil langkah kedua, memcoba beradaptasi dengan tekanan jiwa ini.

Meskipun sangat kesulitan dan tersiksa, Fang Yuan tidak berniat menyerah, tubuh dan pakiannya sudah di basahi oleh keingat. Namun, Fang Yuan bukan orang yang plin plan dan segera mengambil langkah kedua setelah terbiasa dengan tekanan tersebut.