Season 2 - Pewaris Phoenix Api Xiao Chen.
Di saat umat manusia telah berada di ambang kehancuran, Xiao Chen pun bangkit dari kematiannya dengan kekuatan yang telah mencapai ranah Setengah Dewa. Namun, kematian Fang Hao dan juga kerabat-kerabatnya dari Kekaisaran Bintang Biru, membuat Xiao Chen marah besar.
Xiao Chen pun memasuki wilayah Suci Ras Iblis, dan puncak pertarungan umat manusia melawan Ras iblis pun terjadi, mengguncang dunia.
Akankah Xiao Chen membawakan kemenangan bagi umat manusia? Ataukah umat manusia akan benar-benar tenggelam dalam kehancuran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon APRILAH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 187
Saat itu! Di saat kesadaran Xiao Chen mulai terbangun, ia menyaksikan Raja Vermillion Tou Shen dan juga Ratu Phoenix Feng Xiao sebagai ibunya sendiri, yang terus bekerja sama untuk mengalirkan energi spiritual mereka kepada Xiao Chen.
Awalnya, Xiao Chen hanya terdiam tanpa khawatir sedikitpun. Biar bagaimanapun, Tou Shen adalah sosok terkuat di Klan Vermillion, dan Ratu Feng Xiao adalah sosok terkuat di seluruh Klan Phoenix.
Namun, Xiao Chen tak pernah menyangka bahwa energi yang disalurkan oleh mereka bukanlah energi spiritual biasa, melainkan energi kehidupan yang mampu membangkitkan orang mati, dengan bayaran bertukar nyawa.
Namun, menukar dua nyawa demi satu kehidupan, bukanlah suatu yang bijak. Tetapi itu membuat Xiao Chen menjadi sangat kuat, bahkan saat ini dia telah menjadi sosok yang kuat dengan tingkatan ranah Setengah Dewa.
Sejak saat itu, Xiao Chen pun mendapatkan berkah Dewa Api, dan menjadi sosok yang akan menduduki takhta Dewa Api selanjutnya.
Namun, kebangkitan Xiao Chen jelas membuat Xiao Chen merasa begitu bersedih, karena sosok Raja Vermillion dan Ratu Phoenix Feng Xiao yang mengorbankan hidup mereka.
Di saat-saat terakhirnya, Ratu Phoenix Feng Xiao memberikan sebuah kitab kepada Xiao Chen. Di mana itu adalah kitab Phoenix Api, yang mencatat seluruh masa lalu Klan Phoenix Api dan juga teknik-teknik tempur yang kuat. Selain kitab, sang ratu juga mempercayakan masa depan keturunan Phoenix Api kepada Xiao Chen.
Tidak hanya itu, Ratu Phoenix Feng Xiao pun memperlihatkan kilas balik perjuangan rekan-rekan Xiao Chen untuk menyelesaikan sisa ujian Menara Vermillion.
Setelah kebangkitannya, Xiao Chen tahu betul bahwa umat manusia berada dalam ambang kehancuran, tetapi dengan kondisinya saat itu, ia tak dapat meninggalkan dimensi Menara Vermillion. Terkait dengan energi di dalam tubuhnya yang belum stabil. Membuat Xiao Chen tak mempunyai pilihan lain selain berkultivasi dan memulihkan diri.
***
***
Satu Minggu kemudian.
Xiao Chen duduk di halaman belakang kediaman Pemimpin Kuil Pemburu Iblis, dikelilingi oleh keindahan bunga-bunga yang tenang dan damai. Di pangkuannya, Yun Chen bermain riang, menggigit-gigit jari Xiao Chen dengan gembira. Suara burung berkicau dan desiran angin lembut memenuhi udara, menciptakan suasana yang sangat santai.
Tiba-tiba, Yun Xiao muncul dengan senyum manis di wajahnya, membawa nampan makanan yang harum dan lezat. "Suamiku! Aku membawakan mu makanan!" katanya dengan nada yang lembut dan penuh kasih.
Xiao Chen tersenyum, merasa bahagia dengan kehadiran istrinya. Dia mengangkat kepala, menatap Yun Xiao dengan mata yang penuh kasih dan sayang. "Terima kasih, Yun'er," katanya dengan nada yang hangat, "Kebetulan aku lapar sekali."
Yun Xiao meletakkan nampan makanan di atas meja kecil di sebelahnya, lalu duduk di samping Xiao Chen. "Aku tahu kamu pasti lapar setelah berlatih tadi pagi," katanya dengan nada yang lembut, "Aku membawa kamu makanan kesukaanmu, yaitu mi dingin."
Xiao Chen mengambil sumpit, lalu mulai menyantap makanan yang dibawakan istrinya. Dia menutup mata, menikmati rasa yang lezat dan aroma yang harum. "Mmm, enak sekali, Yun'er," katanya dengan puas, "Masakan buatanmu memang tidak pernah mengecewakan."
Yun Xiao tersenyum, merasa bahagia dengan pujian suaminya. Dia memandang Xiao Chen dengan mata yang penuh kasih, lalu memeluk suaminya dengan erat. "Aku senang kamu suka, suamiku," katanya dengan nada yang lembut. Yun Chen yang berada di antara mereka, tersenyum dan memeluk kaki ayahnya dengan erat, merasa bahagia dengan kehangatan keluarga yang sedang dinikmati.
Xiao Chen merasakan ada yang tidak beres, seperti ada sepasang mata yang terus mengamati mereka. Dengan kesadarannya sebagai seorang kultivator ranah Setengah Dewa, dia menyebarkan energi spiritualnya, mencari sumber pengamatan tersebut. Setelah beberapa saat, dia mendapati bahwa Jian Yu lah yang memperhatikan mereka sedari tadi.
Tiba-tiba, Xiao Chen memanggil, "Yu'er, kemarilah!" Suaranya yang tenang dan berwibawa terdengar jelas di halaman.
Jian Yu yang tadinya bersembunyi di balik pilar tembok di lorong jalan, terkejut mendengar suara Xiao Chen. Dia muncul dari balik pilar, dengan wajah yang sedikit malu dan bersalah. "Xi— Xiao Chen," katanya dengan nada yang sedikit rendah, "Aku ... aku hanya kebetulan lewat saja."
Xiao Chen tersenyum sedikit, menatap Jian Yu dengan mata yang penuh arti. "Apa yang kamu lakukan di sana, Yu'er?" tanyanya dengan nada yang santai, namun dengan mata yang tajam menatap Jian Yu. Yun Xiao dan Yun Chen yang berada di sampingnya, menatap Jian Yu dengan lembut.
"Yu'er, kemarilah! Aku dan Xiao Chen bukanlah orang asing bagimu, kan?" ujar Yun Xiao dengan nada yang ramah dan lembut.
Jian Yu hanya terdiam sembari menundukkan kepalanya. Hingga Yun Xiao pun bangkit, lalu berjalan menghampiri Jian Yu.
Setibanya di hadapan Jian Yu, Yun Xiao pun segera menarik tangan Jian Yu, tetapi Jian Yu menahannya.
"Senior Yun! Aku tidak ingin mengganggu kebahagiaan dan masa bersama anda dengan Xiao Chen." ucap Jian Yu dengan nada yang dingin.
Berat hati, Jian Yu memang harus menerima kenyataan bahwa Xiao Chen telah memiliki seorang anak dari Yun Xiao. Tetapi ia juga tak bisa terus menerus menyembunyikan rasa sakit yang terus menusuk-nusuk hatinya, seolah-olah ribuan jarum tak kasat mata yang terus menusuk hatinya.
Namun, Yun Xiao tiba-tiba menempatkan sebelah tangannya di bahu Jian Yu, dengan tepukan rendah, segaris senyuman di bibir Yun Xiao. Kemudian Yun Xiao pun berbicara, "Cinta Xiao Chen terhadapku, tidak lebih besar dari cintanya kepadamu! Dia ... adalah suamiku, tapi dia juga akan menjadi suamimu!" ujar Yun Xiao. Walaupun terdengar aneh, tetapi Yun Xiao tidak menunjukan rasa penyesalan ataupun sedikitpun kemarahan.