NovelToon NovelToon
OBSIDIAN BLOOM

OBSIDIAN BLOOM

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Romansa Fantasi / Antagonis / Romansa / Reinkarnasi / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:798
Nilai: 5
Nama Author: Dgweny

Ia adalah Elena Von Helberg, si Antagonis yang ditakdirkan mati.

dan Ia adalah Risa Adelia, pembaca novel yang terperangkap dalam tubuhnya.

Dalam plot asli, Duke Lucien De Martel adalah monster yang terobsesi pada wanita lain. Tapi kini, Kutukan Obsidian Duke hanya mengakui satu jiwa: Elena. Perubahan takdir ini memberinya hidup, tetapi juga membawanya ke dalam pusaran cinta posesif yang lebih berbahaya dari kematian.

Diapit oleh Lucien yang mengikatnya dengan kegilaan dan Commander Darius Sterling yang menawarkan kebebasan dan perlindungan, Risa harus memilih.
Setiap tarikan napasnya adalah perlawanan terhadap takdir yang telah digariskan.

Lucien mencintainya sampai batas kehancuran. Dan Elena, si gadis yang seharusnya mati, perlahan-lahan mulai membalas kegilaan itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dgweny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10. Kapal Obsidian

Bab 10: Kapal Obsidian

(Duke Lucien De Martel, Lady Elena Von Helberg, & Darius Sterling)

Keheningan yang mencekam meliputi Aula Tahta, lebih dingin dan lebih menakutkan daripada sihir es yang pernah dikeluarkan Duke Lucien. Lucien berdiri kaku, ketakutan yang belum pernah ia rasakan terukir di wajahnya. Matanya yang merah-gelap, yang selalu memancarkan obsesi yang tak terbatas, kini dipenuhi oleh kebingungan dan rasa ngeri yang mendalam.

Di depannya, Lady Elena Von Helberg berlutut di genangan darahnya sendiri. Tetapi ia tidak sekarat. Ia tidak kesakitan.

Risa/Elena — Obsidian Vessel— perlahan bangkit. Gerakannya lambat, anggun, dan mematikan. Matanya, yang sekarang hitam pekat dengan cincin merah menyala, menatap Lucien dengan kejelasan yang dingin, tanpa sedikit pun kehangatan atau gairah.

“Kamu… Kamu mengambil Kutukan itu?” Lucien bertanya, suaranya parau. “Kamu adalah… Obsidian Vessel?”

Risa/Elena tersenyum. Senyum itu tidak menjangkau matanya. Itu adalah senyum predator, dingin dan memuaskan.

“Kutukan itu terputus, Lucien,” jawab Risa, suaranya adalah bisikan yang dingin, tetapi bergema di ruangan itu seolah-olah guntur. “Ia kehilangan jangkar. Dan kamu, dengan Pedang Vengeance dan obsesimu, memberiku kapal yang sempurna: tubuh ini.”

Risa melangkah mendekat, dan Lucien secara naluriah mundur selangkah. Ia, Duke Lucien De Martel, penguasa Utara, yang ditakuti oleh seluruh benua, mundur dari wanita yang ia klaim sebagai miliknya.

Risa mengangkat tangannya, menunjuk ke luka tusukan di sisi tubuhnya. Darah yang hangat masih merembes di gaunnya. Kemudian, sesuatu yang luar biasa terjadi. Ujung jarinya bersinar dengan cahaya hitam tipis. Ketika ia menyentuh lukanya, sihir Obsidian yang baru diserap itu menyelimuti area itu. Kulit dan jaringan di bawahnya bergejolak, dan dalam beberapa detik, luka tusukan itu tertutup. Hanya kain yang robek dan noda darah yang tersisa.

“Kamu tidak bisa membunuhku, Lucien,” kata Risa/Elena. “Kamu hanya bisa memberiku kekuatan. Kutukan itu sekarang adalah bagian dari jiwaku. Itu adalah Obsidian Vessel.”

Lucien memandang pedangnya yang tergeletak di lantai, lalu ke Risa yang baru. Dia tidak lagi melihat Elena yang rapuh yang harus ia lindungi dan miliki. Dia melihat kekuatan yang menakutkan, kekuatan yang melampaui dirinya sendiri.

Risa/Elena berbalik, mata hitamnya beralih ke dua ancaman lainnya: Darius Sterling yang terikat es dan Lady Clarissa yang terkejut di ambang pintu.

“Lady Clarissa,” perintah Risa, suaranya sekarang dipenuhi otoritas yang tidak bisa ditolak. “Segel Aula Tahta ini. Tidak ada yang boleh tahu apa yang terjadi di sini malam ini. Termasuk pengawal. Jika kamu berbicara, aku akan membekukan darah di pembuluh darahmu. Aku tidak akan membunuhmu, tetapi aku akan membuatmu tidak bisa bergerak selamanya.”

Clarissa, yang selama ini adalah personifikasi kesetiaan yang tak tergoyahkan pada Duke, kini membungkuk, wajahnya pucat. Dia merasakan kekuatan dingin dan baru yang memancar dari Risa—kekuatan yang lebih murni dan lebih terpusat daripada sihir Lucien.

“Baik, Yang Mulia,” jawab Clarissa, suaranya bergetar. Dia berbalik dan pergi, menutup dan mengunci pintu besar Aula Tahta.

Risa kemudian berjalan ke Darius. Ksatria yang setia itu setengah membeku oleh sihir es Lucien yang dilepaskan secara acak. Hanya matanya yang biru-abu-abu yang masih memancarkan kesadaran dan ketakutan.

“Darius,” kata Risa, nadanya dingin, tidak menunjukkan emosi yang mendalam. “Kamu mengkhianati Kutukan itu. Kamu mencoba memisahkanku dari takdirku. Tetapi kamu juga menyelamatkanku.”

Risa menyentuh es yang menutupi Darius. Sihir Obsidian itu meresponsnya. Es mulai meleleh, tetapi tidak menghilang. Sebaliknya, es itu berubah menjadi obsidian beku yang mengikat Darius.

“Aku tidak bisa melepaskanmu,” kata Risa/Elena. “Kamu terlalu berbahaya bagi obsesi ini. Kamu akan tetap di sini, diam, sampai aku memutuskan apa yang harus kulakukan denganmu. Kamu akan menjadi penjaga tersembunyiku, sebuah pengingat akan pengorbanan Ksatria Musim Dingin.”

Risa mencondongkan tubuh, tatapan Obsidiannya menusuk mata Darius. “Jangan khawatir. Aku tidak akan membunuhmu. Tapi jangan pernah berpikir untuk mengganggu rencana baruku lagi.”

Darius tidak bisa berbicara, tetapi matanya memohon. Ia menyadari bahwa ia tidak hanya gagal menyelamatkan Elena, tetapi ia telah menciptakan sesuatu yang jauh lebih menakutkan: Elena yang kini memegang kendali atas Kutukan itu sendiri.

Risa/Elena berbalik menghadap Lucien, yang masih berdiri di dekat singgasananya, mencoba memahami realitas baru ini.

“Duduk, Lucien,” perintah Risa.

Lucien, Duke De Martel, yang tidak pernah menerima perintah dari siapa pun, secara refleks duduk di singgasananya.

Risa/Elena berjalan ke tengah ruangan dan menghadapnya, memancarkan dominasi.

“Kita memiliki masalah baru,” Risa memulai. “Kutukan itu tidak pergi. Ia hanya berpindah. Dan sekarang, aku adalah Kapal. Aku merasakan setiap gairah posesif yang kamu miliki, Lucien. Setiap obsesi.”

Lucien menatapnya. Rasa takut itu mulai memudar, digantikan oleh kegilaan posesif yang baru.

“Kamu… Kamu lebih kuat dari Kutukan itu sendiri,” bisik Lucien, suaranya dipenuhi gairah yang mengerikan. “Kamu adalah sumber kekuatan tertinggi. Kamu adalah Obsidian Sejati. Aku harus memilikimu, Elena. Obsesiku padamu tidak hanya tentang kecantikanmu, tetapi tentang kekuatanmu.”

Risa tersenyum dengan rasa jijik. “Obsesimu tidak berubah. Itu hanya ditingkatkan. Kamu tidak ingin wanita, kamu ingin kekuasaan. Dan sekarang, aku adalah kekuasaan itu.”

“Aku akan melindungimu. Aku akan melayanimu,” janji Lucien. “Kita bisa memerintah Utara. Aku akan menjadi Tangan Besimu, dan kamu akan menjadi Kapal Obsidian. Kita akan menjadi yang terkuat.”

“Syaratku berubah,” kata Risa. “Aku tidak akan menjadi Duchess yang patuh. Aku akan menjadi Ratu yang setara. Kamu akan memerintah di Dewan, tetapi di sini, di Sarang Gagak, aku yang berkuasa. Aku akan mengelola Kutukan itu. Aku akan mengelola kegilaanmu.”

Lucien berpikir sejenak. Dia melihat ke mata Risa—mata yang tidak bisa berbohong karena dipenuhi sihir kegelapan murni. Dia tahu dia tidak bisa melawannya. Energi Obsidian yang baru Risa serap terlalu dominan.

“Aku setuju,” kata Lucien, nadanya dipenuhi janji yang mengerikan. “Kamu adalah Obsidian Vessel. Aku adalah pasangannya. Kita adalah satu. Tapi ingat, Elena, Obsidian tidak mengenal kebebasan. Kita akan terikat, selamanya, dalam kegelapan ini. Aku akan selalu menjadi yang pertama dan satu-satunya yang kamu inginkan.”

Risa tersenyum, tetapi senyumnya tidak tulus. “Kita akan lihat, Lucien. Obsesi yang baru saja kamu lepaskan ini lebih luas dari yang kamu duga.”

Setelah membuat kesepakatan yang mengerikan dengan Lucien, Risa/Elena kembali ke kamar utama. Lucien mengikutinya, tetapi sekarang, ada batas yang jelas antara mereka. Lucien tidak menyentuhnya tanpa izin, tetapi ia mengamatinya dengan intensitas yang baru—sebuah kombinasi obsesi dan kewaspadaan.

Risa membersihkan dirinya, mengenakan gaun malam, dan menatap cermin. Ia melihat pantulan yang berbeda. Mata hitam pekat itu memberinya aura yang dingin, tetapi juga perlindungan mutlak. Ia kini kebal terhadap sihir Lucien.

Ia memanggil Lisette dan Lady Clarissa.

“Lady Clarissa,” Risa berkata, suaranya tenang. “Duke Lucien dan aku telah melakukan ritual yang sukses. Kami telah mengikat Obsesi ini pada kita berdua, menjadikannya sumber kekuatan. Kapten Sterling telah gagal dalam pengkhianatannya, tetapi Duke telah memutuskan untuk mengampuninya dan menjadikannya penjaga rahasia yang terikat sihir di Labyrinth of Thorns.”

Clarissa membungkuk dalam, menerima kebohongan itu sebagai kebenaran mutlak.

Lucien, yang berdiri di belakang Risa, menopang dagu Risa dengan ujung jari. “Obsidian Bloom telah berevolusi menjadi Obsidian Vessel,” katanya, nada suaranya dipenuhi kebanggaan dan teror yang mengerikan. “Dia adalah Ratu Kegelapan, Clarissa. Layani dia dengan kesetiaan yang lebih besar daripada yang kamu berikan padaku.”

Keesokan paginya, Risa/Elena mengambil alih administrasi Sarang Gagak. Dengan kendali atas Obsidian Curse, ia bisa merasakan kelemahan dan kekuatan sihir di seluruh benteng. Ia memerintahkan perombakan pertahanan, mengganti beberapa pengawal yang ia rasakan tidak loyal, dan mulai mempelajari lebih dalam tentang Kutukan itu sendiri.

Ia menemukan bahwa menyerap Kutukan itu memberinya lebih dari sekadar perlindungan. Itu memberinya wawasan sihir yang mendalam dan kontrol dingin atas emosi.

Namun, di sore hari, saat ia sedang duduk di perpustakaan yang kini terasa seperti markas pribadinya, Risa menemukan sisi tergelap dari kekuasaan baru ini.

Ia sedang meninjau dokumen lama tentang Dana Pensiun Utara. Itu adalah dokumen yang sangat kering, tetapi sebagai Risa, ia selalu merasa empati terhadap penderitaan rakyat jelata.

Risa membaca tentang seorang janda tua yang kehilangan seluruh tabungannya karena korupsi pajak. Secara mental, ia mencoba merasakan kemarahan, simpati, atau keinginan untuk membantu. Tetapi yang ia rasakan hanyalah keheningan. Keheningan yang dingin dan absolut.

Ia mencoba mengingat wajah ibunya dari kehidupan lamanya, sebuah memori yang selalu ia pegang erat. Namun, yang ia lihat hanyalah kabut buram. Ia mencoba memicu rasa bersalah karena meninggalkan Darius dalam es. Tidak ada.

Ia menyadari, dengan ngeri yang mematikan, bahwa Kutukan Obsidian—energi gelap yang dingin dan murni dari kepemilikan dan obsesi—telah membersihkan dirinya dari semua emosi manusia yang lemah. Ia kini bisa mengendalikan Lucien, ia kebal, dan ia kuat. Tetapi ia tidak lagi merasakan belas kasihan, cinta, atau ketakutan.

Ia bangkit, berjalan ke cermin, dan menatap pantulannya yang dingin dan cantik. Mata Obsidiannya memantulkan kebenaran yang mengerikan: ia telah menjadi monster yang sempurna.

Lucien masuk, melihat ekspresi Risa yang dingin.

“Ada apa, Cintaku?” tanya Lucien, suaranya dipenuhi kewaspadaan.

Risa/Elena menoleh padanya, senyum dingin di wajahnya. “Aku menyukai apa yang aku lihat, Lucien. Tidak ada lagi kelemahan. Hanya kekuasaan.”

Lucien mendekat, mencium pipinya. “Itu yang aku inginkan.”

Namun, Risa tidak merasakan kegelisahan, tidak ada rasa jijik, tidak ada emosi apa pun. Hanya kalkulasi.

Malam itu, saat Risa/Elena bersiap tidur, ia merenungkan satu hal: Jika dia tidak bisa lagi merasakan cinta atau rasa bersalah, bagaimana dia bisa berharap untuk menemukan jalan kembali ke kehidupannya yang dulu? Dan apakah Obsidian Vessel yang baru ini akan pernah bisa mencintai?

Risa/Elena menyentuh dada kirinya, mencoba memanggil kembali perasaan takut atau kesedihan. Ia hanya merasakan kehampaan. Kemudian, ia menyadari satu hal yang lebih mengganggu: Ia tidak bisa lagi mengingat nama aslinya dari dunia lain. Siapa dia sebelum menjadi Elena? Risa? Nama itu terasa asing, seperti bahasa asing yang terlupakan.

Obsidian Vessel telah mengambil alih, dan Risa telah hilang.

Bersambung.....

1
shookiebu👽
Keren banget nih cerita, authornya jago banget!
Dgweny: makasihhh banyak
total 1 replies
Bell_Fernandez
Plot yang rumit, namun brilian.
Dgweny: makasih banyak
total 1 replies
Tae Kook
Jangan biarkan kami menunggu lama-lama, update please~~
Dgweny: siapp , di tunggu update selanjutnya yaaaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!