"Aku hanya mengganggap dirimu baby sitter. Setelah dia terbangun, saat itu juga kau angkat kaki dari rumah ini!!!" Filio Ar Januar.
"Pernikahanku terjadi dengan keterpaksaan, namun aku berharap akan berakhir bahagia. Aku mohon lihat aku sekali saja," Asilla Candrawinata.
Diharapkan membaca TERPAKSA MENIKAH season 3
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanzhuella annoy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 16. Kepulangan Asilla
1 tahun 6 bulan kemudian
Didalam pesawat wanita berparas cantik bergantian memangku kedua buah hatinya. Siapa lagi jika bukan Asilla. Ia dibantu oleh pengasuh karena tidak mungkin sanggup ia sendiri yang menjaga kedua bayi cantik sekaligus.
"Sayang sebentar lagi kita akan bertemu Kakek sama Nenek, serta Opa, Oma dan Uncle," kata Asilla yang sudah tak sabaran.
Selama 1 tahun setengah Asilla dikirimkan kedua orang tuanya ke luar negeri pasca melahirkan. Bahkan tentang Asinta yang mengalami koma saja, sampai sekarang Asilla belum tau. Apa lagi sang Kakak yang ia sayangi memiliki seorang putra.
"Aku sangat merindukan Oma Zeze," gumam Asilla.
Ketika ia dipaksa meninggalkan Indonesia. Asilla bahkan tidak diperkenankan oleh kedua orang tuanya menemui keluarga Januar. Sehingga Asilla pergi tanpa pamit dengan Lyodra, Zeze serta Kendrick.
Setelah 1 tahun kedua orang tuanya menyuruh Asilla beserta kedua cucu-cucunya kembali ke tanah air. Dengan senang hati Asilla menerima kabar gembira itu.
Tiba di bandara Asilla mendorong stroller yang ditempati Isabella, sedangkan sang pengasuh mendorong stroller Gabriella.
Mereka terpaksa menaiki taxi karena tidak ada yang menjemput. Sungguh kedua orang tuanya tidak menyambut kedatangan mereka. Asilla tersenyum miris mendapati hal itu.
Didalam mobil
"Sayang inilah Ibu kota Indonesia. Kalian dulu lahir disini," kata Asilla berbicara dengan kedua putri cantiknya. Sedangkan kedua bayi kembar itu tidak berhenti berceloteh.
Tidak butuh waktu lama mereka tiba juga dikediaman Farhan dan Mira.
"Sayang kita sudah sampai," kata Asilla langsung turun dari mobil sembari mengendong Isabella.
Di ruang tamu Farhan dan Mira menunggu kedatangan Asilla bersama kedua cucu-cucunya.
"Selamat siang Pa, Ma," sapa Asilla dengan mata berkaca-kaca karena selama ini mereka tidak pernah bertemu.
Hmmm
Asilla menyalami Farhan dan Mira silih berganti bahkan ia memeluk kedua paruh baya itu tanpa mendapat balasan. Asilla tersenyum miris mendapati hal itu tetapi ia tidak ambil pusing. Asilla dapat memaklumi.
"Bagaimana kabar Papa sama Mama?" tanya Asilla ikut menduduki dirinya di sofa.
"Seperti yang kamu lihat," jawab Mira dengan cueknya.
"Syukurlah jika begitu. Gaby, Abel ini Kakek sama Nenek," kata Asilla memperkenalkan kepada kedua putri kembarnya.
Farhan maupun Mira hanya menatap Gabriella dan Isabella. Hal itu membuat Asilla kembali tersenyum miris.
"RI bawa Gaby dan Abel ke kamar, tolong mandikan mereka dulu baru kasi makan," titah Asilla karena ia ingin berbincang-bincang sebentar dengan kedua orang tuanya.
"Baik Bu," jawab Riri sang pengasuh baby twins.
Asilla terdiam dengan tatapan kepada kedua orang tuanya. Sesaat ia menghela nafas panjang.
"Papa sama Mama ingin membicarakan apa? sepertinya sangat penting," tanya Asilla karena itulah yang dikatakan Mira didalam sambungan telepon sebelum mereka pulang, ada hal yang ingin dibicarakan secara langsung.
"Sila kamu tau 1 tahun setengah ini perusahaan Papa sudah bangkrut, sedangkan utang menumpuk di bank. Rumah ini harta yang masih tertinggal," ungkap Farhan sembari memijit ujung keningnya.
"Iya Pa," jawab Asilla merasa sesak mendengar kabar tidak baik itu.
"Kamu harus membantu Papamu untuk mengembangkan kembali perusahaan yang susah payah di gapai," timpal Mira.
"Iya Ma, Sila akan bantu semampu Sila," jawab Asilla.
"Jangan omong kosong Sila, dengan pekerjaanmu seorang desainer tidak akan bisa melunasi utang dan kembali membangun perusahaan. Utang itu berjumlah miliaran Sila," ujar Farhan. "Hanya ada satu cara agar utang itu lunas serta perusahaan mendapat suntikan dana," imbuhnya.
"Apa itu Pa?" tanya Asilla ingin tau.
"Kamu akan menikah dengan Tuan Filio Januar!"
Duarr
Bagai disambar petir di siang bolong yang dirasakan Asilla mendengar penuturan kedua orang tuanya.
"Mau tidak mau kamu menerimanya Sila. Jika kamu anak berbakti serta menyayangi kami kamu akan mengerti dengan keadaan ini," sambung Mira seperti mengancam karena ia sangat hafal dengan kelembutan hati seorang Asilla. Asilla paling tidak tega melihat Papa dan Namanya kesulitan. Beda halnya dengan Asinta, putri sulung mereka tidak akan peduli dengan keadaan yang ia pikirkan hanya dirinya sendiri.
"Hanya itu cara satu-satunya Sila," timpal Farhan.
Asilla terdiam mematung dengan pikiran kemana-mana. Pilihan ini begitu sulit baginya, di satu sisi ia memikirkan kedua orang tuanya dan di satu sisi bagaimana masa depan dirinya dan kedua putri kembarnya jika ia menerima pernikahan ini. Asilla tau jika pria yang di nikahnya ini sangat membenci dirinya.
"Bagaimana bisa Sila menikah dengan gan Tuan Filio sedangkan Tuan kekasih Kak Sinta Pa, Ma," kata Asilla dengan mata berkaca-kaca.
"Kamu jangan pikirkan itu. Sinta sekarang mengalami koma setelah mengalami kecelakaan serta melahirkan," cerita Mira.
"Apa? koma? melahirkan?" gumam Asilla tidak percaya dengan apa yang di katakan Mira.
"Dalam setahun ini Sinta belum juga siuman. Sinta melahirkan seorang putra seusia Gaby dan Abel, ternyata selama kepergian ia mengandung darah daging penerus keluarga Januar," sambung Farhan. "Tuan menerima tawaran ini agar ada yang merawat putra semata wayangnya selama Sinta koma," imbuhnya.
Sungguh Asilla baru mengetahuinya. Selama ini kedua orang tuanya menutupi.
"Sila ingin bertemu dengan Kak Sinta," kata Asilla.
"Kapan-kapan kamu bisa menjenguknya. Yang utama urusan ini kelar terlebih dahulu. Sesuai perintah Tuan Filio besok kamu temui di kantornya," ujar Farhan.
"Ya Tuhan jika ini jalan keluar satu-satunya, aku dengan ikhlas menerima kenyataan ini. Aku sangat menyayangi Papa sama Mama, serta Kak Sinta. Demi mereka aku rela mengorbankan kebahagiaanku, karena pernikahan tanpa didasari cinta pada akhirnya akan menunggu penderitaan yang datang," batin Asilla.
"Baik Pa," jawab Asilla dengan patuh. "Jika begitu Sila akan ke kamar," imbuhnya dan mendapat anggukan dari kedua orang tuanya.
Tiba di kamar miliknya Asilla menutup pintu dan tidak lupa untuk menguncinya.
Hiks hiks hiks
Tubuh Asilla merosot di daun pintu kamar sembari terisak.
"Aku pikir Papa sama Mama menyuruh pulang karena rindu dan ingin menimang cucu, tapi aku salah menilai semua itu. Mereka punya rencana sehingga menawarkan kami kembali ke tanah air. Hiks hiks...." Tangis Asilla pecah.
# Flashback #
Farhan memberanikan diri untuk menemui Filio. Walaupun Filio adalah kekasih dari putrinya tetapi pria berkumis tipis itu segan untuk bertemu.
Sesuai yang di janjikan Farhan bersama Mira menemui Filio di sebuah restoran.
Farhan dan Mira terlebih dahulu tiba, tidak menunggu lama Filio juga tiba.
"Selamat malam Tuan Filio," sapa Farhan sembari bangkit menyalami Filio dan diikuti Mira.
Kini mereka mulai berbincang dan Farhan mengutarakan maksud pertemuan mereka.
"Apa gerangan Tuan Farhan mengajak bertemu?" tanya Filio karena ia tidak ingin membuang waktu.
"Tuan Filio pasti sudah mengetahui tentang perusahaan kami," Farhan mulai mengutarakan. "Kami bermaksud ingin meminjam uang untuk menutupi utang di bank," imbuhnya dengan wajah tertunduk, tentu saja Farhan malu.
Mendengar pernyataan Farhan membuat Filio mengigit bibir bawahnya.
"Iya Tuan kami mohon, kami sudah tidak memiliki apa-apa lagi," Mira menimpali.
Sesat Filio mencerna semua perkataan kedua orang tua dari kekasihnya itu. Seketika ide cemerlangnya melintas.
"Baiklah aku akan melunasi semua utang Tuan, bahkan akan menyuntikan dana perusahaan," ujar Filio dengan bibir sedikit melengkung.
"Apa? terima kasih Tuan," jawab serempak Farhan dan Mira.
"Tapi itu tidak cuma-cuma, asalkan!" Ujar Filio.
"Apa itu Tuan? karena kami tidak memiliki apa-apa lagi," kata Mira.
"Kalian masih punya berlian," ujar Filio.
Tentu saja membuat Farhan maupun Mira saling menatap dengan mata menyipit. Tidak paham dengan maksud Filio, sedangkan berlian koleksi Mira sudah ludes terjual karena himpitan utang.
Melihat kebingungan kedua paruh baya itu membuat Filio mengusap dagunya.
"Aku ingin putri bungsu kalian," ujar Filio yang semakin membuat Farhan serta Mira terkejut.
"Sila!" Seru keduanya.
"Iya aku akan menikahinya, dan jika ini terjadi maka semua utang lunas serta suntikan dana perusahaan segera mengalir. Kalian tidak butuh mengembalikan cukup berikan putri bungsu kalian kepadaku," ungkap Filio kembali.
Farhan, Mira saling menatap dengan wajah tidak suka karena mereka maunya yang menikah dengan putra penerus Januar adalah putri sulung mereka yang sedang koma.
"Apa kalian setuju?" ujar Filio. "Papa sama Mama mertua tenang saja. Aku menikahinya karena ingin membalas dendam karena atas kesalahannya Sinta telah berakhir di RS," imbuhnya. " Hitung-hitung sebagai baby sitter untuk Moses," sambungnya lagi.
"Baiklah jika itu yang Tuan inginkan," ujar Farhan tak berdaya.
"Ketika Sinta sadar dari komanya aku akan segera menceraikannya!" Ujar Filio.
Mendengar itu membuat Farhan maupun Mira ingin loncat-loncat, saking girangnya.
"Baik Tuan kami sangat menyetujuinya," kata Mira dengan raut wajah berseri-seri.
"Tetapi putri bungsu kami berada di luar negeri Tuan," ujar Farhan.
"Pantas saja selama ini dia menghilang, aku baru mengetahuinya. Hmmm karena aku juga tidak ingin mau tau," batin Filio.
"Segera suruh pulang karena aku tidak ingin menunggu lama," titah Filio.
"Baik Tuan," jawab Farhan dan Mira serempak.
"Jika sudah tiba hubungi aku. Hmmm mulai sekarang kita jangan formal, cukup panggil aku dengan nama langsung," ujar Filio. "Baiklah Papa dan Mama mertua aku permisi karena masih banyak pekerjaan yang belum terselesaikan. Masalah perbincangan kita asistenku yang akan mengurus," imbuhnya.
Farhan maupun Mira mengangguk disertai senyuman.
"Satu lagi, rahasiakan ini kepada keluargaku! Jika perjanjian kita ini bocor maka semuanya lenyap," ancam Filio karena ia tidak ingin keluarganya tau, khususnya Papi dan Maminya.
"Baik Nak," jawab Farhan dengan patuh dan di angguk oleh Mira.
# Flashback Of#
...******...