Sweet Alexsandra, seorang gadis yang memiliki sifat dingin. Ia dipaksa untuk menikahi seorang lelaki kejam demi keuntungan bisnis orang tuanya. Perusahaan lelaki itu begitu sulit ditaklukkan. Sehingga gadis itu digunakan sebagai alat. Sweet harus rela melepaskan segala mimpinya. Menjadi seorang istri dari lelaki yang sama sekali tidak menganggap dirinya ada. Lelaki yang selalu menganggapnya sebagai pecinta harta.
Hidup tanpa cinta sudah menjadi hal lumrah baginya. Mungkinkah ia akan mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon desih nurani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
"Perempuan biasanya tidak mempercayaiku, tapi bratwurst sangat menyenangkan saat disantap bersama orang spesial," kata Josh sambil memasukkan sepotong sosis ke dalam mulutnya. Sesekali mata hazle itu bergerak untuk melirik gadis berambut pirang di depannya.
Gadis pemilik rahang indah itu hanya bisa memelototi lelaki di depannya. Sudah setahun tak bertemu, sikap lelaki itu tidak pernah berubah. "Sejak lama hubungan kita sudah musnah, semua itu berlaku sampai saat ini," ucapnya.
"Itu bagimu, bagiku kau tetap wanitaku yang spesial." Lelaki bekulit putih kemerahan itu tersenyum tipis. Menatap kagum pada wanitanya.
"Brian, aku cacat. Aku bukan lagi Grace yang dulu," keluh gadis itu yang tak lain adalah Grace. Lelaki yang ada dihadapannya saat ini adalah Joshua Brianta.
"Maaf, Sayang. Aku mencintaimu, bukan fisikmu." Josh telihat santai. Ia sama sekali tidak terpengaruh oleh perkataan wanita yang dicintainya.
"Brian, kita tak akan bisa bersama. Aku dan kau beda jalur, selamanya kita tidak bisa bersatu."
"Kenapa tidak? Masalah kita sudah selesai, mari menikah." Josh memberikan tatapan penuh harap pada Grace. Gadis itu terlihat bingung. Sebenarnya ia juga masih memiliki perasaan yang sama.
"Tuanku sudah menikah, tidak akan ada perpecahan lagi antara ayahmu dengan bosku. Jika tidak percaya, kau lihat ini," lanjut Josh memberikan sebuah surat kabar pada Grace. Gadis itu mulai membukanya, namun ia sangat terkejut saat melihat siapa yang ada dalam kabar berita itu.
"Sweet, kenapa dia bisa ada di sini?" tanya Grace bingung.
"Dia istri Tuanku saat ini, orang asing yang menjadi saksi mata kejadian setahun yang lalu bukan?"
Bagai belati yang menhujam jantungnnya, Grace tak percaya dengan apa yang Josh ucapkan. Mata keemasan miliknya kembali meneliti kabar berita dalam genggamannya. Wajahnya tampak pucat pasi.
Sweet, kau menyembunyikan ini dariku?
"Ba ...bagaimana kau tahu?" tanya Grace gugup. Sepengetahuannya, tak ada seorang pun yang tahu jika Sweet ada pada saat kejadian itu terjadi.
Seorang gadis cantik terlihat berjalan memasuki sebuah perusahaan ternama. Ia menghampiri sang resepsionis untuk bertanya. Gadis itu bernama Sweet Alexsandra.
"Permisi, apakah Nona Grace sudah keluar?" tanya Sweet dengan sopan.
"Maaf, Nona. Seluruh jajaran sedang mengadakan rapat dadakan. Mungkin beberapa menit lagi akan selesai," balas sang resepsionis bernama Manda.
"Terima kasih, bolehkah saya menunggu di sini?" tanya Sweet.
"Tentu, Nona. Silahkan," sahut Manda tersenyum ramah.
"Thank you," ucap Sweet yang langsung beranjak menuju ruang tunggu.
Tiga puluh menit berlalu, sosok yang ia tunggu tak kunjung muncul. Dia mulai bosan. Sudah beberapa kali ia menghubungi sahabatnya. Namun tidak ada jawaban sekali pun.
"Tutup semua pintu, jangan biarkan orang masuk atau keluar dari gedung ini!" Teriak seseorang yang berhasil menarik perhatian Sweet. Gadis itu langsung melihat apa yang sebenarnya terjadi. Beberapa orang terlihat masuk ke ruang tunggu dan mulai berkerumun. Sweet menerobos paksa kerumunan itu. Ia bisa melihat dengan jelas kondisi di pelataran utama di balik dinding kaca.
Mata coklat Sweet terbelalak saat melihat seorang wanita tergeletak di lantai dengan kondisi yang mengerikan. Sekujur tubuhnya dipenuhi darah segar.
"Grace," ucap Sweet pelan. Kedua tangannya bergerak untuk membuka pintu, tetapi pintu itu sudah terkunci. Grace sedikit mengangkat kepalanya dan ia cukup terkejut saat melihat keberadaan Sweet. Grace langsung memberikan isyarat pada Sweet untuk diam ditempat dengan jemarinya. Sweet menggeleng dan mulai menangis.
"Kalian semua harus tahu, siapa saja yang berani menghianati perusahaan ini. Akan berakhir sama seperti mereka, mereka merupakan mata-mata yang dikirim oleh musuh," teriak seorang lelaki bertubuh jangkung sambil mendorong seorang lelaki paruh baya hingga tersungkur ke lantai.
Tidak lama, seorang lelaki berpakaian formal muncul dengan begitu angkuh. Sweet menutup mulutnya saat melihat ditangan lelaki itu terdapat senjata api. Pikirannya sudah melayang kemana-mana. Bagaimana nasib Grace?
"Aku paling benci seorang penghianat. Dor!" Sebuah peluru berhasil menembus jantung lelaki yang kini terkulai lemas. Seketika kaki jenjang Sweet mendadak lamas. Napasnya tercekal.
"Grace," bisik Sweet. Grace menggelengkan kepalanya pelan. Bibir tipis gadis itu sedikit bergerak. "Go!" Sweet yang bisa membaca pergerakan bibir Grace langsung mundur dan menjauh. Tenggelam dalam kerumunan orang banyak. Terdiam dengan ketakutan yang menderai. Menutup mata dan telinganya rapat-rapat.
"Jangan lupa, Tuan muda memiliki mata yang tajam."
"Dan kau mata itu," tegas Grace. Josh yang mendengar itu tersenyum tipis.
"Aku hanya menjalankan tugas," sahut Josh membela diri.
"Apa tujuannya menikahi sahabatku? Jangan pernah menyakitinya," ancam Grace mulai kesal dengan lelaki yang saat ini ada dihadapannya.
"Tidak perlu bertanya, kau tahu jawabannya. Jangan pernah ikut campur, itu akan membahayakanmu. Aku sangat yakin Nyonya besar bisa menghadapi semuanya, mencairkan hati yang sudah lama membeku."
"Brengsek! Bagaimana jika dia menyakitinya. Orang pertama yang akan aku bunuh adalah kau, Brian."
"Aku bersedia mati untukmu, Sayang." Josh tersenyum penuh arti.
"Brengsek!" umpat Grace bangun dari duduknya. Ia pun langsung meninggalkan lelaki itu tanpa kata.
"Huh, kau masih sama, Sayang. Aku semakin jatuh cinta padamu," ujar Josh menatap punggung kekasih lamanya yang mulai menghilang dari pandangan.
***
"Hey, Sweet. Kau terlihat cantik. Pergi ke kantor?" tanya Mala saat melihat Sweet bergabung di meja makan.
"Ya, ada sedikit masalah. Aku harus menyelesaikannya," sahut Sweet duduk di sebelah Mala.
Sweet tidak menyadari jika sejak tadi sepasang mata biru terus mengawasinya.
"Ganti semua makanan hari ini, aku ingin wanita ini yang memasak!" Perintah Alex seraya menunjuk Sweet. Semua orang yang mendengar dan melihat itu terhenyak.
"Tuan, ini akan membuat anda terlambat ke kantor." Kepala pelayan Ge membungkukkan tubuhnya.
"Tidak perlu membantah, lakukan apa yang aku katakan!" Bentak Alex. Semua pelayan langsung mengambil kembali makanan yang sudah terhidang di atas meja.
Sweet tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Ia bangun dari duduknya dan bergerak untuk membantu para pelayan. Mala dan Milan pun tidak berani bicara.
"Sial! Ini semua pasti kerena wanita murahan itu. Pagi-pagi sudah membuat Tuan marah, sekarang kita yang harus menanggung semuanya. Perjuangan kita sia-sia untuk menyiapkan sarapan," gerutu salah seorang pelayan bernama Gilly. Sweet yang mendengar itu sama sekali tidak menanggapinya.
"Jangan banyak bicara, bukan kalian yang menyiapkan sarapan. Tapi para chef, sana kembali pada pekerjaan masing-masing," ujar Kepala pelayan Ge. Semua pelayan yang ada di dapur pun langsung bubar.
"Kepala pelayan, bantu aku untuk menyiapkan bahan. Aku ingin membuat griebbrei." Pinta Sweet pada Kepala pelayan Ge.
"Baik, aku akan menyiapkannya." Wanita berusia lima puluh tahunan itu langsung melaksanakan perintah Nyonya mudanya.
Lima belas menit berlalu, Sweet kembali ke meja makan dengan sebuah nampan ditangannya. Sedangkan para pelayan menyiapkan sarapan untuk para majikannya yang lain.
"Ini sarapan anda, Tuan muda." Sweet meletakkan semangkuk griebbrei untuk Alex.
"Baunya sangat aneh, seperti makanan orang sakit," omel Alex melirik makan yang sudah Sweet siapkan.
Kau memang sakit bukan? Sakit jiwa. Omel Sweet dalam hati.
"Jika belum di coba, mana mungkin kita tahu seperti apa rasanya. Suamiku, sebaiknya anda segera menghabiskan sarapannya. Kau bisa terlambat ke kantor," ujar Sweet menuangkan air mineral dalam gelas Alex. Mala tersenyum mendengarnya.
Alex menatap tajam Sweet, lalu tangannya bergerak mengambil sendok. Perlahan ia mencicipi hidangan hasil jerih payah istrinya. Alex terdiam sesaat.
Aneh, semua yang wanita ini masak begitu pas dimulutku. Sudahlah, lebih baik aku menikmati hidangan ini sebelum dingin. Batin Alex.
Benar-benar makanan orang sakit, sampai selahap itu. Tidak ada yang tahu apa yang diinginkan lelaki tua ini. Gerutu Sweet dalam hati. Ia duduk kembali di tempatnya. Mengambil sehelai roti tawar dan mengolesinya dengan selai kacang.
Baru saja Sweet akan menyantapnya, roti itu sudah berpindah tangan.
"Hey, itu milikku." Sweet menatap Alex kesal. Sejak tadi ia sudah membayangkan betapa nikmatnya roti yang berbalut selai kacang. Dengan mudah Alex merebut itu dari tangannya.
"Tidak ada yang milikmu di sini, jadi sadar dirilah," balas Alex sambil menikmati sarapannya. Sweet semakin kesal mendengarnya. Ia pun bangun dan langsung pergi dari sana. Kini selera makannya mendadak hilang.
"Ingat, aku tidak mengizinkanmu pergi. Selangkah kau pergi dari rumah, bersiaplah menerima hukuman." Alex sedikit berteriak agar gadisnya itu mendengar. Namun Sweet sama sekali tak mengindahkan peringatan suaminya.
Sweet mengambil hanbag miliknya di kamar. Setelah itu ia benar-benar meninggalkan mansion. Sweet meminta supir untuk mengantarnya ke kantor. Masih ada urusan yang harus ia selesaikan di sana.