Area Dewasa
Sebagai putri kesayangan dari pengusaha kaya keluarga Alexander membuat hidup Sea Caroline Alexander menjadi begitu bebas dan liar. Tidak ada yang berani melarangnya untuk melakukan ini dan itu. Karena kebebasan itu membuat Sea menjadi wanita nakal dan mesum. Setiap hari pekerjaannya hanya ke kampus dan bersenang-senang bersama sahabat prianya, seperti balapan liar dan club malam.
Melihat kebebasan Sea, membuat Jhon berinisiatif untuk menikahkan putrinya dengan anak sahabat lamanya, Seorang presedir tampan namun sangat polos.
Sea menolak keras pernikahan itu. Dia tidak suka dengan pria polos. Walaupun begitu Jhon tetap melangsungkan pernikahan itu.
Bagaimana dengan nasib pernikahan Sea? Akankah Sea akan mencintai presedir polos itu? Atau maukah suaminya menerima keadaan Sea sebagai wanita nakal dan liar?
.
.
.
Akan banyak kata-kata vulgar serta beberapa adegan dewasa dalam cerita ini. Bijaklah dalam membaca!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon EbieMai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menceritakan
Keindahan taburan bintang serta hembusan angin malam membuat Sea sampai lupa waktu. Menatap jam kecil yang melekat di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul 11 malam. Sea masuk kedalam rumah yang sudah terasa sepi.
Mungkin sudah pada tidur.
Sea membuka handle pintu dengan hati-hati. Di lihatnya Gava yang sedang tertidur dengan keadaan gusar seperti sedang mencari sesuatu.
Dia kenapa?
Dengan pelan-pelan Sea naik dan duduk di atas ranjang. Ia tidak ingin membuat suaminya terbangun bisa gawat bila nantinya. Tapi sepertinya sia-sia, Gava sudah membuka matanya karena merasakan guncangan kecil.
"Kamu dari mana saja? Tadi Gava menyusul Sea keruang baca, tapi kata Grandma Sea sudah pergi 4 jam lalu. Gava sudah cariin tapi kamu tetap gak ketemu juga." Kesalnya. Memang benar Gava menyusul istrinya keruang baca karena sudah terlalu lama, namun sampai di sana Gava tidak mendapati istrinya. Gava hanya melihat neneknya tidak istrinya, ia sudah mencari di seluruh ruangan tapi tetap tidak menemukan istrinya, sebab Gava sampai mencari ke taman belakang.
"Kamu mencari ku?"
"Iya. Gava khawatir kamu takut hilang."
Dia mengkhawatirkan ku? Huh so sweet.
"Maaf sudah buat kamu khawatir." Sesal Sea dengan wajah memelas. "Setelah dari ruang baca, aku mampir dulu ke taman belakang. Menenangkan hati dan pikiran yang mendadak panas."
"Kenapa? Kamu baik-baik saja kan?" Tanya Gava dengan khawatir. Telapak tangannya sudah menempel di kening istrinya, mengecek apakah istrinya sedang sakit.
"Terima kasih atas ke khawatiran mu, tapi aku baik-baik saja, sayang." Mendengar kata sayang membuat Gava merona malu, namun hatinya juga senang mendengar kata sayang yang keluar dari bibir istrinya.
Sea hanya tersenyum geli melihat suaminya sedang merona malu itu. Gava memang sangatlah berbeda.
Lain dari yang lain.
"Aku hanya kepikiran dengan ucapan nenek kamu." Lanjut Sea.
"Emangnya Grandma bilang apa sama kamu.?"
"Nenek mu meminta ku agar menceraikan kamu." Jujur Sea.
"APA?" Teriakan Gava sampai membuat Sea menutup kupingnya rapat-rapat.
"Suara teriakan mu membuat seisi rumah ini terbangun."
"Maaf. Serius Grandma bilang seperti itu? Terus kamu jawab apa?" Gava memastikan kembali. Ia sedikit tidak percaya kalau grandmanya bicara seperti itu.
"Iya benaran. Untuk apa juga aku berbohong. Aku tidak mau bercerai."
"Kenapa tidak mau?"
"Aku tidak mau jadi janda muda, apalagi pernikahan kita masih sehari. Apa kata orang-orang nanti?" Gava sedikit kecewa dengan jawaban Sea. Gava pikir istrinya tidak mau bercerai karena sudah cinta.
"Nenek mu tidak menyukai ku. Nenek bilang wanita rendahan seperti tidak pantas bersanding dengan mu. Oleh karena itu nenek mu berambisi untuk memisahkan kita."
"Keterlaluan." Marah Gava. Namun semarah-marahnya cowok itu masih saja terlihat imut. "Sea tidak perlu memikirkan ucapan Grandma. Tenaga saja kita tidak akan bercerai ataupun berpisah. Walaupun kita berpisah hanya maut yang boleh memisahkan." Ucap Gava dengan penuh keyakinan.
Gava memegang dua tangan Sea, memandang lekat wajah cantik istrinya, "Maafin ucapan Grandma ya. Gava juga tidak tahu mengapa Grandma tidak menyukai Sea. Padahal kamu wanita baik dan penyabar yang pernah Gava kenal." Pujinya.
Rasanya aku ingin terbang.
Sea tersenyum dan mengangguk, "Iya. Yasudah kita tidur yuk, semakin larut malam. Tidak baik polos nan cengeng seperti mu tidak baik tidur terlalu malam, haha." Sambung Sea dalam hati.
"Tidak mengantuk lagi. Selera tidur Gava telat hilang gara-gara Sea mengusik tidur ku."
Selera? Seperti Indomie saja.
"Maaf."Lebih baik meminta maaf agar semuanya cepat kelar. Jujur Sea sudah mengantuk, mau cepat-cepat menidurkan matanya. "Apa yang harus di lakukan agar kamu kembali tidur?"
"Biasanya jika Gava susah tidur, mami akan memeluk Gava sambil mengelus-elus kepala Gava sampai Gava tertidur."
"Lalu?" Sea yang tidak mengerti dengan arah ucapan suaminya itu.
"Kamu harus melakukan hal yang sama agar Gava mau tidur lagi."
Apa? Hei polos, permintaan konyol macam apa itu. Kalau mau tidur tinggal tidur aja, kenapa susah banget sih. Bilang aja lu ingin gue peluk, pakai alibi mami segala. Modus banget lu.
"Baiklah mari kita tidur, suami ku." Mereka berbaring. Sea membawa Gava kedalam pelukannya lengkap dengan elusan-elusan lembut di kepada pria itu. Sea terus melakukannya sampai suaminya benar-benar tertidur. Bahkan Sea sampai rela menahan kantuknya. Matanya terus terjaga memastikan kembali kalau suaminya sudah benar-benar tidur.
Nasib punya suami manja, bersabarlah Sea.