Tema cerita: Fantasi, Petualangan, Pedang dan Sihir
Update 1-2 Bab/hari, setiap jam 20:00 WIB.
Caelum Aurelius adalah seorang penyihir dan peneliti dari sebuah organisasi bernama Arcana, sebuah organisasi sihir yang telah berdiri sejak abad pertengahan di bumi dan merupakan salah satu organisasi sihir tertua.
Pada suatu malam Caelum mencoba melakukan penelitian untuk "melintasi dinding realitas". Namun percobaan tersebut mengalami kegagalan yang mengakibatkan Caelum terlempar dalam dimensi hampa.
Saat Caelum tersadar dia melihat pemandangan asing disekitarnya.
"Berdasarkan pengamatan awal, lokasi ini tidak identik dengan satupun wilayah yang ada di bumi, terutama bulannya" sambil menatap ke arah langit, Caelum melihat 2 Bulan yang bersinar berdampingan.
Dan semuanya dimulai dari sini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ilhamkn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14: Bunga Avhly
Setelah Caelum tiba dilapangan latihan dia melihat Thaleon sedang berlatih pedang, merasakan kehadiran seseorang, Thaleon berbalik dan menatap Caelum.
"Yoo... Cael, apakah kamu datang kemari untuk berlatih?" Thaleon menopang tubuhnya menggunakan pedang sembari bertanya dengan santai.
"Aku hanya ingin melihat-lihat Artefak ini, aku masih tidak bisa melupakan efek yang dia hasilkan dan itu luar biasa" Jawab Caelum dengan senyuman ramah.
"Hahahaha sangat sesuai dengan kepribadianmu, tapi kita masih punya banyak waktu, bagaimana kalau berlatih bersamaku? Tidak ada yang datang kemarin karena sibuk dengan perayaan dan itu membuatku cukup bosan berlatih sendiri"
"Kau tahu aku pasti akan kalah dengan satu gerakan darimu" Caelum mencoba menolak dengan sopan karena dia tahu Thaleon adalah tipe yang bersemangat dan kata menahan diri seakan tidak ada dalam kamusnya.
"Ayolah sobat..... pria tumbuh di atas rasa sakit" Thaleon segera mengambil kuda-kuda bertarung.
"Thaleon lihatlah aku bahkan tidak memegang senjata apapun" Caelum masih mencoba mencari alasan untuk menghindari sparring dengan Thaleon.
"Ide bagus" Thaleon melempar pedang kayunya ke samping dan segera menerjang ke arah Caelum.
Karena gerakan yang sangat cepat Caelum hanya bisa mundur selangkah dan menghilangkan tangannya untuk menutupi wajahnya.
Dalam sekejap Thaleon telah berdiri di hadapan Caelum dalam jarak 2 meter, tinjunya yang masih mengepal dan melesat bagaikan peluru berhenti tepat di depan wajah Caelum yang dia tutupi.
"Satu kemenangan untukku Cael" Thaleon memasang senyuman yang sangat tidak sesuai dengan keadaan mematikan barusan. Caelum tahu jika Thaleon tidak menghentikan pukulannya di udara dia pasti akan mengalami cedera serius atau bahkan hal yang tidak ingin dia bayangkan.
"Baik kau kau menang Thaleon kita lanjutkan di lain wak... " Caelum belum menyelesaikan kata-katanya saat melihat Thaleon sudah menjaga jarak dan memasang kuda-kuda bertarung lagi.
Sebelum dia sempat bergerak, terdengar langkah kaki dari kejauhan, Thelon datang ke lapangan sambil mengenakan zirah sederhana dan sebuah tombak. Melihat ke arah Caelum sebentar dia menatap Thaleon.
"Leon sekarang giliranmu melakukan patroli kau ingat? Jangan mencoba untuk melarikan diri" beberapa hari yang lalu Caelum baru mengetahui kalau Thaleon dan Thelon adalah saudara, dan itu tidak terlalu mengejutkan baginya karena nama mereka berdua tampak agak mirip.
"Ohh.. ayolah aku mencoba melakukan pemanasan sebelum patroli, tidak bermaksud kabur" Thaleon tertawa canggung dan perlahan berjalan meninggalkan lapangan, namun setelah beberapa langkah Thaleon berbalik dan menatap Caelum.
"Aku baru ingat.. Velwen memintaku untuk mengundang mu ke perayaan tahun baru yang akan di adakan di rumahnya, aku tadi pergi ke rumah Lira untuk menyampaikannya namun Nina mengatakan kalau kamu pergi ke tempat Velwen jadi aku singgah sebentar untuk berlatih" Thaleon memasang ekpresi meminta maaf dan kemudian melanjutkan perjalanannya untuk bersiap melakukan patroli.
Setelah Thaleon pergi Thelon menatap Caelum dan tersenyum.
"Dia selalu bersemangat... jangan salah mengira dia mem-bully mu"
"Aku tahu... kami saling mengenal cukup baik" Caelum tersenyum mendengar perkataan Thelon, bagaimanapun sifat bersemangat dan menyala-nyala Thaleon sudah diketahui oleh banyak pemuda di kota ini.
"Kalau begitu aku juga pergi dan melanjutkan patroli... selamat tahun baru Cael" Setelah mengucapkan selamat, Thelon berjalan meninggalkan lapangan latihan.
Caelum hanya menggelengkan kepalanya dan mendesah, setelah mengatur pikirannya dia kemudian berjalan ke arah Artefak yang di tempatkan di ke empat sudut lapangan.
Saat Caelum semakin dekat dengan Artefak tersebut dia melihat simbol-simbol Rune di ukir dalam berbagai pola seperti lingkaran dan segitiga, rune-rune tersebut di ukir dengan susunan yang sangat rapih sehingga nampak bagaikan susunan circuit modern yang ada di bumi.
"Menarik.. meskipun aku tidak tahu fungsi dari setiap Rune yang diukir aku dapat melihat pola-pola yang disusun ini seakan saling menimbulkan efek kontrol" Rune-rune yang terukir pada artefak disusun secara sistematis jika diperhatikan lebih dekat, meskipun sekilas nampak rune-rune tersebut seakan di ukir asal-asalan dan tidak dalam satu barisan lurus melainkan saling terpisah dan terpencar, namun saat diperhatikan dengan lebih teliti lagi maka akan ada semacam hubungan dan tersusun dalam bentuk yang aneh namun presisi.
"Aku akan mengambil kesimpulan setelah melihat ukiran di tiga Artefak lainnya" setelah berjalan dan melakukan analisis beedasarkan ukiran Rune dari ke empat artefak tersebut, Caelum dibuat semakin pusing karena tiap artefak tersebut memiliki pola yang berbeda dan aneh, jadi Caelum semakin bingung dalam menentukan fungsi dari tiap pola.
"Sebaiknya aku tidak terlalu memusingkan hal ini sekarang... fokus saat ini adalah untuk mempelajari makna dan fungsi tiap Rune dan susunan yang sesuai" setelah membuat catatan mental tentang hasil analisis nya, Caelum segera berjalan meninggalkan lapangan latihan.
Dalam perjalanan pulang Caelum melihat sebuah toko yang menjual lilin beraroma, karena tertarik dia memutuskan untuk membeli beberapa lilin untuk di letakkan di kamarnya.
Setelah tiba di depan toko penjual lilin tersebut Seorang elf paruh baya dengan rambut putih dan mata coklat mengenakan kemeja linen tersenyum ke arah Caelum.
"Ada yang bisa aku bantu nak" pria elf tersebut berbicara menggunakan bahasa elf, meskipun Caelum tidak pernah berhenti belajar bahasa elf selama beberapa minggu terakhir namun dia masih belum fasih dalam menggunakannya, alasan dia bisa berbicara dengan santai dengan para pemuda dilapangan latihan serta Velwen adalah karena sebagian pemuda yang berlatih dilapangan terkadang memiliki tugas patroli dimana mereka perlu belajar bahasa Arkheim kalau-kalau ada tamu selain elf yang datang dan butuh pengawalan maupun pengawasan. Sedangkan untuk Velwen karena dia adalah seorang peneliti dan banyak buku menggunakan bahasa Arkheim sehingga dia bisa berbicara dengan lancar bersama Caelum.
"Saya ingin membeli lilin" Karena tidak terlalu fasih berbicara menggunakan bahasa elf Caelum hanya menjawab dengan beberapa kata utama saja, khawatir salah bicara dan menimbulkan suasana canggung.
"3 koin tembaga untuk 5 lilin aroma bunga suivy dan 4 koin tembaga untuk lilin aroma kayu hylot, dan 1 koin tembaga untuk lilin aroma bunga avhly" Jawab Penjual lilin tersebut dengan ramah, dia tidak mempermasalahkan cara bicara Caelum yang agak aneh.
"3 Lilin aroma bunga avhly tolong" Caelum mengeluarkan tiga coin tembaga dari sakunya dan menyerahkannya kepada penjual lilin tersebut, bunga avhly adalah bunga yang tumbuh di sekitar hutan kabut sebelah barat kota Silvaren dan karena jarak untuk memetiknya yang lumayan jauh sehingga harganya cukup mahal.
Setelah membeli lilin Caelum singgah di beberapa toko lain untuk membeli beberapa buah dan makanan.
Setelah selesai belanja Caelum segera bergegas kembali pulang, meskipun dia masih ingin berbelanja namun yang dia miliki hampir habis uang itu dia peroleh dari para tetua sebagai ucapan terimakasih karena sudah menolong Lira, meskipun dia menolak karena sudah dibiarkan tinggal di kota ini namun mereka tetap bersikeras memeberikannya imbalan.
Jadi dia memutuskan untuk sedikit berhemat dan mencari pekerjaan, dia belum tahu kapan akan meninggalkan kota ini dan Lira nampak tidak masalah dan terganggu dengan hal itu, dia memperlakukan Caelum seperti adiknya dan Caelum bersyukur atas kebaikan Lira. Itu juga alasan dia ingin mempelajari sihir karena dia ingin membalas kebaikan Lira dengan membantunya mengumpulkan bahan atau membantunya meneliti.
Setelah berjalan cukup lama tanpa sadar Caelum telah melihat rumah Lira dari kejauhan, senyum tersungging di sudut bibirnya membayangkan kemungkinan dia yang akan memulai penelitian sihir pertamanya di dunia ini.
Catatan nilai mata uang:
Koin Tembaga
Koin Silver
Koin Emas
Permata Bulan
Nilai konversi
1 Permata Bulan \= 1000 Koin Emas
1 Koin Emas \= 100 Koin Silver
1 Koin Silver \= 10 Koin Tembaga
Catatan tambahan:
Jika ada jenis mata uang lain yang digunakan selain yang disebutkan di atas akan diberikan keterangan terpisah sesuai perkembangan plot cerita