Danica Teressa, seorang gadis belia yang cantik, manis, bertalenta, harus mengalami hal buruk di masa remajanya karena hamil di luar nikah, diusianya yang masih delapan belas tahun.
Keneth Budiman adalah crush Danis disekolah dan juga laki-laki yang menghamili Danis. Tapi Keneth dan kedua orangtuanya menolak untuk bertanggungjawab.
Danis terpuruk dan hilang harapan.
Tiga tahun kemudian, Danis secara tidak sengaja bertemu dengan seorang pria bernama Anzel Wijaya di kota Montreux, Swiss. Akankah benih-benih cinta tumbuh diantara mereka berdua?
Dan apakah Keneth akan datang kembali untuk mengakui perbuatannya kepada Danis? Dan mengakui bahwa ia adalah ayah dari anak yang dilahirkan Danis?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pricilia Gabbie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Bahagia
Hari ini, Danis dan keluarganya nampak bahagia. Mereka akan merayakan ulang tahun Liam yang ketiga, walaupun secara sederhana. Hanya makan malam keluarga di salah satu restaurant, dengan mereservasi satu ruangan khusus untuk mereka.
Ruangan itu di dekorasi dengan tema superhero spyderman dan ultraman sesuai superhero favorit Liam.
Kue ulangtahunnya juga bertemakan superhero favoritnya Liam, dengan dominan warna merah.
“Wah… asyikkk banyak mainan. Ada baju ultwaman, baju spidewman”, seru Liam dengan wajah polos penuh kebahagiaan, sambil membuka satu per satu hadiah yang diterimanya.
Bagaimana tidak, Liam mendapat banyak hadiah dari mamanya, oma, opa dan maminya Viona.
Liam memang suka sekali dengan superhero terutama ultraman, spidermandan power ranger.
”Tewima kasih mama cantik, tewima kasih enma, enpa, mami na (Viona)”, ucap Liam
“Sama-sama sayang, selamat ulang tahun ya. Liam senang?”, Danis memeluk dan mencium pipi Liam.
“Senang sekali mama! Yeeeyy...”. Liam loncat-loncat kegirangan.
Liam tumbuh menjadi anak yang pintar.
Diusianya yang sekarang ini Liam sudah lancar berbicara, bahkan menggunakan bahasa Indonesia yang baik. Sudah bisa merespon pertanyaan orang dengan baik. Hanya saja dia belum bisa mengucapkan huruf R dengan benar.
Danis dan keluarganya pun sangat bahagia melihat respon dari anak itu yang sangat lucu saat menerima hadiah dari mereka.
Melihat betapa senangnya anak itu menerima hadiah, merekapun ikut merasa senang.
“Tapi, tapi... Liam juga mau bewenang, mami Na bilang mami Na mau bawa Liam bewenang?”, tanya Liam sambil menatap Viona dengan wajah berharap.
“Iya sayang, pastilah! Kan mami Na udah janji sama Liam. Tapi nanti ya, nanti weekend ya sayang. Mami Na mau beli baju renang dulu buat Liam. Kan Liam belum ada baju renang.”, Viona berlutut, kedua tangannya memegang pundak Liam, menatapnya dan memberikan penjelasan yang bisa dipahami anak kecil itu.
“Baju wenang itu buat apa mami Na?”
“Nah, Liam, baju renang itu buat di pake untuk berenang di kolam renang. Kalau Liam gak pake baju renang, nanti Liam gak diijinin buat berenang.”, Viona menjelaskan sambil menunjukkan foto baju berenang dari handphonenya.
“Ini nih, kayak begini baju renangnya.”
“Ooo… begitu…! Mami Na nanti beli baju wenang ultwaman yaa, pelissss”. mohon Liam dengan menunjukka duck facenya.
Viona merasa gemas dengan ekspresi Liam.
Viona mengiyakan kemudian mencium pipi gemoy Liam dan menggigitnya kecil.
“Auch… sakit Mami Na…
Enma, enpa, liat mami Na gigit pipi Liam”, Liam mengusap pipinya dan mengaduh.
Papa Jeremy memeluk Liam dan berkata sambil bercanda, “awas ya mami Viona! Jangan gigit pipi Liam ya, nanti pipinya hilang.”
Viona berdiri dan memegang pipi gemas Liam, mengusapnya.
“Tapi kalau gak ada baju renang ultraman, mami Viona beli yang gambar lain aja ya. Nanti mami cari yang keren deh, okey?”.
“Okey mami na”. Liam tersenyum dan menunjukkan jari jempolnya.
Kehadiran Liam di tengah-tengah keluarga Danis, sungguh memberi kebahagiaan yang luar biasa. Hadiah indah dari Tuhan buat mereka.
Hari-hari mereka terasa lebih berwarna sejak kehadiran Liam, apalagi anak ini tumbuh menjadi anak yang pinter, lucu, dan penyayang.
Kehadiran Liam pun menjadi penyemangat buat Danis khususnya. Liam menjadi alasan utama untuk Danis tetap bertahan dan mewujudkan cita-citanya.
Sampai detik ini Liam belum pernah menanyakan sosok papa. Selain dia belum paham, ya,,, karena Liam tumbuh dipenuhi perhatian dan kasih sayang dari Danis dan keluarganya.