Novi adalah seorang wanita seorang agen mata-mata profesional sekaligus dokter jenius yang sangat ahli pengobatan dan sangat ahli membuat racun.
Meninggal ketika sedang melakukan aktivitas olahraga sambil membaca novel online setelah melakukan misi nya tadi malam. Sayangnya ia malah mati ketika sedang berolahraga.
Tak lama ia terbangun, menjadi seorang wanita bangsawan anak dari jendral di kekaisaran Dongxin, yang dipaksa menikah oleh keluarga nya kepada raja perang Liang Si Wei. Liang sangat membenci keluarga Sun karena merasa mencari dukungan dengan gelar nya sebagai salah satu pangeran sekaligus raja perang yang disayang kaisar.
Tepat setelah menikah, Novi melakukan malam pertama, ia menuliskan surat cerai dan lari. Sayangnya Liang, selalu memburu nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gosip Gerbang Ibu Kota
Di sekelilingnya, kerumunan orang mulai bergumam,
"Siapa sih wanita itu sampai dicari segila itu?"
"Katanya istri Raja Liang, tapi kabur malam pertama?"
"Berani benar dia meninggalkan Raja Liang. Mau mati rupanya?"
"Tapi katanya cantiknya bukan main. Mungkin raja jatuh cinta setengah mati."
"Cinta apanya, itu pasti harga diri. Mana pernah Raja Liang dipermalukan begitu?"
"Ah, andai aku secantik itu, mungkin aku juga dikejar satu kerajaan."
“Aku harus segera keluar dari kota ini.”
Langkahnya terhenti sejenak.
“Tapi... aku harus membeli obat dulu. Racun di tubuh ini benar-benar telah menumpuk. Jika tidak ditangani, tubuh ini bisa lumpuh dalam seminggu.”
Ia mengepalkan tangan. "Benar-benar kejam keluarga Sun itu. Anak istri sah malah diracun. Tak heran tubuh ini begitu rapuh. Hanya satu dosis afrosidak sudah cukup untuk membunuh. Racun lainnya pasti sudah menumpuk sejak lama. Hanya tinggal menunggu waktu."
Sun Yu Yuan menghela napas, lalu mempercepat langkah menuju distrik timur, tempat para tabib dan penjaja obat berkumpul. Di sepanjang jalan, aroma tumbuhan obat dan asap dupa samar-samar tercium.
Ia memasuki sebuah toko obat yang tampak tua, tapi rapi. Rak-raknya dipenuhi botol tanah liat dan kantong kain bertuliskan huruf-huruf kuno. Seorang tabib tua dengan janggut putih sedang menakar bubuk herbal di meja.
Tabib tua di balik meja menatap sekilas, lalu menyambut dengan suara tenang, "Sedang mencari obat apa, Tuan?"
Sun Yu Yuan mengangguk singkat, lalu berkata dengan suara rendah namun jelas, menyebutkan beberapa bahan-bahan obat.
Tabib itu mengerutkan kening, terkejut namun tak bertanya lebih lanjut. Kombinasi bahan yang disebutkan sangat spesifik dan tidak umum digunakan bersamaan. Ia menunduk hormat. "Baik, mohon tunggu sebentar."
Dengan cekatan, sang tabib mulai mengambil bahan-bahan yang disebutkan dan membungkusnya dengan kertas minyak. Ia sesekali melirik ke arah Sun Yu Yuan, namun tidak menanyakan apa pun.
Namun pengalaman panjangnya mengajarinya satu hal, jangan mencampuri urusan yang bukan miliknya.
Ia membungkus semuanya dalam lembaran kertas minyak yang diikat tali rami.
Setelah memastikan semua terbungkus rapi, ia menyerahkan bungkusan itu ke Sun Yu Yuan.
Sun Yu Yuan menerima bungkusan itu dan mengeluarkan beberapa koin perak, membayar tanpa menawar.
Ia lalu berbalik dan melangkah keluar dari toko, langkahnya cepat namun tenang. Begitu keluar, ia kembali mengenakan topi jeraminya dan menghilang ke antara kerumunan.
Sun Yu Yuan tahu, ia harus segera pergi. Obat sudah di tangan, wajah sudah diubah, dan penyamaran sudah lengkap. Sekarang, ia hanya perlu satu hal lagi, jalan keluar dari ibu kota.
Sun Yu Yuan kembali ke penginapannya dengan langkah cepat namun penuh perhitungan. Ia membuka pintu kamar dan segera mengambil tas kain miliknya yang sudah terisi penuh dengan perhiasan, uang, serta bungkusan obat yang baru ia beli.
Setelah memastikan tidak ada barang yang tertinggal, ia mengencangkan tali tas dan menarik napas panjang. "Saatnya pergi."
Ia turun dari kamar, membayar sisa biaya penginapan tanpa banyak bicara, lalu berjalan menuju gerbang ibu kota. Jalanan cukup padat, dipenuhi warga yang juga ingin keluar dari kota. Tapi suasananya tidak seperti biasa.
Begitu mendekati gerbang, ia melihat kerumunan panjang orang-orang yang mengantre untuk keluar. Di sisi kanan dan kiri jalan, tampak puluhan prajurit berjaga, membawa selembar kertas ditangannya.
Orang-orang di sekitar berbisik satu sama lain,
"Banyak banget prajurit hari ini, ada apa sih?"
"Katanya sih nyari wanita kabur, istri pejabat. Tapi kok segininya,"
"Mengerikan, lihat itu. Sampai diperiksa satu-satu."
Yang lain juga ikut bergosip,
"Apa yang terjadi? Biasanya tidak seketat ini."
"Kudengar istri Raja Liang kabur, makanya semua jalan keluar diperketat."
"Kabarnya, wanita itu kabur setelah malam pengantin, berani sekali!"
"Raja Liang pasti murka, lihat saja, prajurit bertebaran seperti hendak perang."
Sun Yu Yuan tetap tenang, wajahnya tidak menunjukkan sedikit pun rasa gugup. Ia menatap sekitar, mencari sosok yang tampak ramah, lalu menoleh pada seorang ibu paruh baya yang berdiri tak jauh darinya sambil membawa keranjang sayur.
"Permisi, Ibu. Mau bertanya," ucapnya pelan.
"Ibu hendak ke mana? Apa ada desa dengan tanah subur yang menerima penduduk baru?"
Ibu itu meliriknya dari atas ke bawah, sedikit curiga. "Anak muda dari kota ya? Mau apa ke desa?"
Sun Yu Yuan tertawa kecil. "Ah, Aku hanya suka berkelana, ingin lihat suasana baru. Kota terlalu ramai, kadang menyenangkan hidup di tempat tenang."
Ibu itu tampak sedikit melunak, lalu mengangguk. "Kalau begitu, kamu bisa coba ke Desa Baihe. Tanahnya subur, orang-orangnya baik. Tapi perjalanan agak jauh, harus ikut jalur selatan lalu belok ke arah timur, sekitar tiga hari jalan kaki."
Sun Yu Yuan mencatat dalam hati. "Terima kasih banyak, Ibu. Semoga Ibu selamat sampai tujuan."
Ibu itu tersenyum tipis. "Hati-hati, anak muda. Dunia luar tak selalu ramah, apalagi kalau kamu bukan orang biasa."
Sun Yu Yuan hanya tersenyum samar.
Ia kembali menunduk, mengikuti arus antrean yang mulai bergerak perlahan menuju pemeriksaan prajurit di depan gerbang.
Matahari mulai naik ketika antrean di gerbang ibu kota makin mendekati titik pemeriksaan. Sun Yu Yuan tetap tenang, satu tangannya menggenggam erat tali tas kainnya, sementara topi jerami tetap menunduk menutupi sebagian besar wajahnya. Suara-suara penjaga terdengar tegas, memanggil satu per satu warga.
"Berikutnya!"
Beberapa orang di depan Sun Yu Yuan diperiksa dengan teliti. Para prajurit membawa potret sketsa seorang wanita cantik dan menatap setiap wajah dengan curiga.
"Perempuan, buka cadarmu!"
"Aku... aku bukan orang itu!"
"Buka!"
Wanita itu membuka cadarnya, dan setelah diperiksa, ia dibiarkan pergi. Tapi ketegangan semakin terasa.
Sun Yu Yuan mengatur napas. Dalam hatinya, ia menenangkan diri, Tenang, wajahmu sudah berubah. Suaramu dibuat lebih berat. Kau bukan Sun Yu Yuan yang mereka cari.
"Kau, pemuda bertopi jerami! Ke sini!"
Sun Yu Yuan melangkah dengan percaya diri. Di hadapan prajurit, ia berdiri sedikit membungkuk, menjaga kesan rendah diri.
Seorang prajurit mendekat, membuka gulungan potret, lalu menatap wajahnya dengan teliti.
"Angkat topimu!"
Dengan gerakan perlahan dan hati-hati, Sun Yu Yuan mengangkat topi jeraminya.
Prajurit itu memicingkan mata, lalu menoleh ke kawannya.
"Bukan. Lanjutkan saja."
Sun Yu Yuan menunduk sopan.
"Terima kasih, Tuan."
Ia melangkah pergi, tapi belum jauh, terdengar keributan di belakang.
"Itu bajunya! Baju yang sama seperti yang dilaporkan! Tahan dia!"
Jantung Sun Yu Yuan hampir meloncat keluar. Tapi suara itu bukan ditujukan padanya, seorang pemuda lusuh lain yang mengenakan jubah mewah ditarik paksa.
“Itu pasti pengemis yang kugelari baju milik Raja Liang.” pikir Sun Yu Yuan cepat.
“Lumayan, pengalih perhatian gratis.”
Ia segera memanfaatkan keributan itu untuk mempercepat langkahnya, menyelinap ke luar gerbang bersama kerumunan yang bergegas menjauh dari kejadian.
Begitu keluar dari gerbang ibu kota, ia menarik napas panjang.
"Selamat tinggal, ibu kota."
"Desa Baihe, aku datang."
Vote nya Readers. Kalau yang belum tahu, ada dipojok kanan bawah ya, diatas kolom komentar, itu di klik. Lalu pilih vote 1 atau 2 juga boleh.