NovelToon NovelToon
Semalam Bersama Mantan

Semalam Bersama Mantan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang / Aliansi Pernikahan / Cinta Lansia
Popularitas:9.5k
Nilai: 5
Nama Author: 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒

Dua puluh tahun setelah melarikan diri dari masa lalunya, Ayla hidup damai sebagai penyintas dan penggerak di pusat perlindungan perempuan. Hingga sebuah seminar mempertemukannya kembali dengan Bayu—mantan yang terjebak dalam pernikahan tanpa cinta.

Satu malam, satu kesalahan, dan Ayla pergi tanpa jejak. Tapi kepergiannya membawa benih kehidupan. Dilema mengungkungnya: mempertahankan bayi itu atau tidak, apalagi dengan keyakinan bahwa ia mengidap penyakit genetik langka.

Namun kenyataan berkata lain—Ayla sehat. Dan ia memilih jadi ibu tunggal.

Sementara itu, Bayu terus mencari. Di sisi lain, sang istri merahasiakan siapa sebenarnya yang pernah menyelamatkan nyawa ayah Bayu—seseorang yang mungkin bisa mengguncang semua yang telah ia perjuangkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6. Luka Tak Bernama

Resort Pribadi Ellen – Vila Paling Ujung

Resort milik Ellen itu tersembunyi di lereng bukit yang dikelilingi pohon kamboja dan aroma laut dari kejauhan. Vila paling ujung—bangunan modern minimalis berlapis kaca—selalu dikunci dan hanya dibuka atas perintah langsung Ellen.

Saat mobil berhenti, Lia turun lebih dulu. Membukakan pintu untuk Ellen. Seperti biasa.

Tapi hari ini Ellen turun tanpa sepatah kata. Tumit stiletto-nya menginjak bebatuan kecil tanpa ragu. Matanya tak lagi melihat pemandangan, hanya satu hal di benaknya: pelampiasan.

Pintu vila terbuka. Dinginnya pendingin udara menyambut mereka. Ellen menjatuhkan tas tangan di sofa, berjalan menuju rak minuman, menuang anggur merah ke dalam gelas tinggi. Tak ditawarkannya segelas pun untuk Lia.

"Tak perlu pura-pura jadi pelayan malam ini," katanya tanpa menoleh. "Kita sudah terlalu sering membohongi siapa kita sebenarnya."

Lia diam. Menunggu.

Ellen menyesap anggurnya. Perlahan berbalik. Tatapannya tajam, namun bukan benci—melainkan kehausan akan kontrol. Akan dominasi.

"Kau tahu, malam itu di Berlin," Ellen mulai, nadanya ringan tapi beracun, "aku berdiri diam di depan pintu kamar hotel. Jam dua pagi. Menunggu. Tapi Bayu tidak datang. Lalu keesokan paginya, aku melihat Laras keluar dari kamar lain. Aku... melihat cakaran di punggung dan gigitan di bahu Bayu."

Ia mendekat.

"Aku ingin membunuh mereka berdua pagi itu. Tapi aku memilih untuk hidup. Hidup... dengan caraku." Ellen mendekatkan tubuhnya ke Lia, menempel di hadapan wanita yang nyaris sejajar tinggi dengannya.

"Apa kamu... ingin aku menangis malam ini?" bisiknya. "Atau kamu ingin melihatku kehilangan kendali?"

Lia menatapnya. Lurus.

"Anda tidak pernah kehilangan kendali, Nyonya Ellen."

Senyum Ellen melebar. Tangan lembutnya bergerak naik ke rahang Lia. Menelusuri, lalu menekan pelan.

"Bagus," bisiknya. "Karena malam ini, aku butuh... pelampiasan. Dan kamu... bukan hanya supir. Kamu... lebih dari itu, bukan?"

Sunyi menggantung sejenak.

Ellen menarik Lia ke sofa panjang. Menjatuhkan diri di sana, dan dengan gerakan halus namun otoriter, menepuk sisi kosong di sebelahnya.

"Ayo. Buat aku lupa siapa diriku malam ini, Lia."

Dan di antara alunan musik lembut dan gemerisik pepohonan yang tertiup angin, malam pun menyembunyikan apa yang tak ingin dilihat dunia.

---

Di Swiss

Ayla menatap berkas laporan di mejanya tanpa benar-benar membacanya. Matanya seolah terpaku pada huruf-huruf itu, tapi pikirannya melayang jauh. Suara detik jam di dinding terdengar begitu nyaring di ruangan kerjanya yang sunyi. Tak ada anak-anak hari ini. Tak ada suara tangis atau tawa. Tapi dadanya… riuh.

Sudah seminggu sejak malam itu.

Sejak Bayu memeluknya untuk pertama kali dalam dua puluh tahun. Sejak bibir mereka bertemu tanpa ragu, tubuh mereka menyatu tanpa perlawanan. Sejak pria itu memanggil nama lamanya dengan suara parau yang… masih sama. Masih membuat hatinya mencair.

"Laras…"

Ia memejamkan mata. Detak jantung Bayu. Tatapan matanya. Kehangatan kulitnya. Semuanya kembali hadir. Membanjiri.

"Dia telah merenggut sesuatu yang paling berharga. Tapi... aku tak menyesal. Kenapa...?"

Ayla menggigit bibirnya pelan. Air mata menggenang di pelupuk matanya. Ia menghela napas panjang, lalu menyapu wajahnya dengan kedua telapak tangan. Emosinya kacau. Ia merasa rapuh… tapi juga tenang. Dalam. Seolah akhirnya ia menemukan sesuatu yang selama ini hilang—sekaligus menyadari bahwa sesuatu itu tak pernah benar-benar menjadi miliknya.

“Kak Ayla?”

Suara lembut itu membuyarkan lamunannya.

Gadis berambut ikal sepundak itu berdiri di ambang pintu, mengenakan kemeja putih dan celana bahan hitam. Elise. Anak kecil yang sembilan belas tahun lalu gemetar di pelukannya, kini telah menjadi perempuan muda yang hangat, cerdas, dan penuh kasih.

Ayla langsung tersenyum, meski senyumnya samar dan dipaksakan.

“Kamu belum pulang?” tanyanya pelan.

Elise masuk perlahan dan menutup pintu di belakangnya. “Aku tahu Kakak butuh sendiri. Tapi aku nggak tahan lihat Kakak kayak gini.”

Ayla terdiam.

Elise mendekat, lalu duduk di sisi meja. Matanya menatap Ayla penuh perhatian. “Kakak berubah. Sejak malam Kakak pulang dengan mata sembab itu. Kakak berusaha tetap hangat, tetap sibuk, tetap jadi penyelamat untuk semua orang… tapi Kakak kehilangan cahaya itu.”

Ayla menarik napas dalam. Menahan isak yang ingin pecah. Tapi Elise menggenggam tangannya.

“Boleh aku tahu siapa yang melukai Kakak? Atau… siapa yang mencintai Kakak tapi nggak bisa bersama Kakak?”

Ayla menatap mata Elise. Dan di sana, ia melihat dirinya sendiri. Gadis kecil yang dulu penuh luka, kini tumbuh dengan kekuatan yang ia banggakan. Tapi Ayla sendiri... tetap tinggal di tempat yang sama. Di ruang yang tak pernah benar-benar pulih.

“Dia… pria dari masa lalu,” Ayla akhirnya berkata lirih. “Yang aku cintai sejak dulu. Yang tak pernah bisa aku lupakan. Yang… mengambil semuanya dariku, tapi tetap jadi satu-satunya alasan kenapa hatiku masih berdetak.”

Elise menggenggam tangannya lebih erat. “Dia menyakitimu?”

Ayla menggeleng. “Tidak. Justru itu yang membuatku lebih terluka. Karena aku berharap bisa membencinya. Tapi aku tak bisa.”

Ia tertawa kecil, pahit. “Selama ini aku pikir aku tidak pernah tertarik pada siapapun karena aku merasa tidak layak. Karena gen cacat ini. Karena aku tidak bisa punya anak. Tapi ternyata bukan itu…”

“Karena tidak ada yang bisa menggantikan dia di hatimu,” gumam Elise pelan.

Ayla menatap Elise. Terdiam sejenak. Lalu mengangguk. “Iya. Sesederhana dan serumit itu.”

Mereka duduk dalam keheningan. Sampai Elise berkata, “Kalau dia membuatmu bahagia, walau hanya satu malam… aku bersyukur. Karena aku tahu kamu layak dicintai, Kak. Bahkan lebih dari siapa pun.”

Ayla tak tahan lagi. Ia menarik Elise ke pelukannya. Air matanya jatuh, tak bisa ia tahan.

Elise tak banyak bicara. Ia hanya memeluknya erat. Karena hari itu, ia bukan lagi gadis kecil yang diselamatkan. Hari itu, ia menjadi tempat pulang bagi satu-satunya wanita yang ia anggap sebagai ibu, rumah, dan segalanya.

__

Malam menurunkan tirainya pelan-pelan. Di balik jendela lembaga itu, lampu jalanan mulai menyala, menyoroti genangan air sisa hujan sore tadi. Ayla duduk di meja kecil kamarnya. Bukan meja kerja. Meja ini... tempat ia menyulam luka.

Ia menyalakan lilin kecil, menyingkirkan laptop, lalu menarik sebuah buku harian tua dengan kunci kecil tergantung di pinggirnya. Halamannya sudah banyak yang kusam, namun kosong yang satu ini seperti menunggu. Ia mengambil pulpen. Jemarinya sempat ragu.

Lalu ia mulai menulis.

---

Untuk kamu, yang tak pernah hilang dari dadaku,

Aku pernah berharap melupakanmu. Pernah dengan keras mencoba menghapus setiap jejakmu dari hatiku. Tapi setelah dua puluh tahun berlalu... ternyata tidak ada satu hari pun aku berhasil.

Malam itu… kamu menyebut namaku dengan suara yang masih sama. Seperti saat kita masih remaja, saat dunia belum merenggut banyak dari kita. Kamu menyentuhku dengan kelembutan yang tak berubah. Kamu membuatku gemetar, bukan karena takut... tapi karena rindu.

Bayu, kamu mengambil sesuatu yang selama ini aku simpan rapat-rapat. Tapi bukan itu yang membuat air mataku jatuh. Bukan tubuhku. Tapi hatiku… yang akhirnya menyerah. Yang akhirnya mengakui bahwa aku masih cinta. Bahwa aku tak pernah berhenti.

Kenapa aku tidak menyesal? Karena aku tahu malam itu bukan kesalahan. Itu satu-satunya malam dalam hidupku... di mana aku merasa lengkap. Utuh. Hidup.

Aku tahu kita tak bisa bersama. Aku tahu posisimu, duniamu, keluargamu... semua bukan untukku. Tapi jika dunia ini adil—dan kita bebas memilih—aku akan memilihmu. Selalu kamu.

Dan jika nanti aku harus pergi tanpa sempat mengatakan ini di hadapanmu, setidaknya kamu tahu… bahwa ada seseorang di dunia ini yang pernah menjadikanmu seluruh semestanya. Meski dalam diam.

Dengan hati yang masih kamu miliki,

Ayla

---

Ayla memejamkan mata. Napasnya berat. Surat itu ia lipat, lalu ia selipkan ke dalam buku harian. Tidak untuk dikirim. Mungkin untuk dibaca anak cucunya. Atau tidak pernah dibaca siapa-siapa. Tapi ia lega.

Ia akhirnya mengakui.

Dan di kejauhan, jauh dari tempat itu, seorang pria berdiri di depan cermin... menyentuh bibirnya sendiri yang pernah menyebut nama "Laras" malam itu. Dengan tatapan yang kehilangan.

...🍁💦🍁...

.

To be continued

1
Siti Jumiati
semoga Bayu ada mata2 yang mengawasi Ayla, karena ellen berniat jahat pada Ayla,semoga Ayla selamat dari rencana Jahan Ellen, semoga kejahatan ellen segera terbongkar. lanjut kak
syisya
semoga kebusukan ellen terendus lebih dulu jadi biar sama" hancur
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
bayu hanya mencintai ayla. pahamilah itu Ellen. jangan paksakan obsesimu.
abimasta
ellen bukan mencintai bayu tp obsesi
abimasta
terhenti karena cincin pemberiannya dahulu masih ada di jari laras
Yeni Wahyu Widiasih
berhenti karena masih ada cincin perakkah?
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
semoga semua dilancarkan. sah!
syisya
terhenti karna masih memakai cincin perak pemberiannya dulu atau ada pengganggu 🤔
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
Aaaaa.... kamu gak akan bahagia jika terus egois, aylaaaaa
Siti Jumiati
Ayla jangan keras kepala,coba kamu terus terang sama Bayu bahwa kamu masih mencintainya dan kamu takut tidak diterima ayah Bayu.
jangan takut Ayla semoga ayah Bayu mau menerima kamu dan cucunya.
semangat kak ditunggu kelanjutannya makin seru nih,aku suka aku sukaaaaa
syisya
aku berharap Ellen hamil karna keteledoran biar semua orang tahu bahwa dia berkhianat
Anto D Cotto
menarik
Anto D Cotto: ok 👌👍
𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒: Terima kasih KK 🤗🤗🙏🙏🙏🙏🙏
total 2 replies
Siti Jumiati
ellen dan sherin berdamailah dengan Ayla karena damai itu indah, introspeksi diri sendiri ellen dan sherin sebenarnya semua kejadian ini adalah ulahmu sendiri.
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
siapakah yg berdiri disana?
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
andai Ellen & Sherin bisa ikhlas. mungkin bahagia itu akan merayap pelan menghampiri. 😌😌😌😌😌😌😌😌😌😌
Siti Jumiati
ditunggu kelanjutannya kak
@💤ιиɑ͜͡✦⍣⃝కꫝ🎸🇵🇸
Sherin playing victim. semoga itu tak akan menggoyahkan ayla untuk menuntut keadilan.
Syailendra sekali ini saja, tunjukkan cinta & tanggung jawabmu pada kebahagiaan keturunanmu
syisya
semoga bapak tua menerimamu ay dan menjagamu dari jauh apalagi ada tangan nakal yg ingin melenyapkanmu semoga kaki tangan pak tua sudah lebih dulu menghentikannya, kapan y topeng Ellen terbongkar
Dek Sri
lanjut
abimasta
semogaa ellen tidak tau kalau laras sudah kembali ke indonesia
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!