.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 25
"Apalagi dingin seperti ini," ujar ayah tersenyum.
Kebetulan malam itu hujan sangat lebat, kami hening sejenak, aku masih terdiam, kemudian ayah menggeser duduknya dan merapat di dekatku. Kemudian ayah mengecup keningku dan aku merasakan telapak tangan ayah mulai bergerak, membelai pelan, hingga yang ada hanya kesunyian, sesekali suara petir yang mengisi kekosongan.
Ayah berbaring di sampingku, kini kami tidur saling berhadapan, tangan kirinya membelai pipiku, sesekali menyingkirkan rambutku dari leherku. Akhirnya ayah mendekatkan wajahnya dan mencium bibirku, kemudian mencium leherku yang membuat aku menggelinjang pasrah.
Dan setelah beberapa saat tanpa aku sadari ayah sudah melepaskan dasterku, aku rasakan tangannya yang hangat menggerayangi seluruh tubuhku membuat darahku berdesir kencang.
"Hmmmm...." Desahku pelan di sambut ciuman bibir ayah.
Melihatku yang sudah pasrah tidak berdaya, ayah melepas semua pakaian yang menempel di tubuhnya. Kemudian ayah sudah siap untuk memulainya, aku memejamkan mataku ketika aku merasakan kehangatan pada tubuhku.
Ayah merengsek maju perlahan, membuat jantungku berdetak sangat kencang, aku bangkit dan memeluk tubuh ayah dengan erat, des*han kami tidak terdengar karena di luar hujan turun sangat deras.
Sampai pada akhirnya ayah melakukan gerakan semakin cepat dan kami mengeluh secara bersamaan. Akupun merebahkan tubuhku di samping ayah, kami berpelukan untuk beberapa saat.
Tiba-tiba terdengar suara di sertai dengan ketukan pintu rumah.
"Dik..."
Tok...tok...tok...
"Dik..."
Tok...tok...tok...
Suara itu sama-samar karena di luar hujan lebat sekali.
"Seperti suara mas Sugeng, Yah?" tanyaku kepada ayah.
"Masa iya itu Sugeng," ujar ayah tidak percaya.
"Dik..."
Tok...tok...tok...
Setelah di dengarkan secara seksama, ternyata benar itu adalah suamiku.
"Iya, mas Sugeng, Yah," kataku kepada ayah.
Seketika aku dan ayah segera beranjak dari tempat tidur. Aku segera merapikan pakaianku begitu juga dengan ayah, lalu kami keluar dari kamar.
Aku segera bergegas ke ruang tamu untuk membuka pintu, tapi aku melihat ibu mertuaku juga akan membukakan pintu untuk suamiku.
Ayah yang panik melihat ibu segera masuk ke kamar mandi. Setelah pintu di buka oleh ibu mertuaku, terlihat sosok suamiku yang basah kuyup.
"Ibu...," kata Suamiku lalu mencium tangan ibu.
"Kenapa nggak telepon kamu, Nak?" tanya ibu.
"Baterai HP Sugeng habis, Bu," jawab suamiku.
"Sampai basah seperti ini kamu nak, naik apa?" tanya ibu lagi.
"Naik ojek, Bu," jawab suamiku.
"Ya sudah mandi dulu, Nak, terus makan" kata ibu mertuaku. Akupun menyambut suamiku dengan senang dan bahagia.
"Mas...," Panggilku seraya aku menghampirinya dan mencium tangan suamiku.
"Tidur kamu, Dik," tanya suamiku melihat ke arahku seraya kami berjalan ke arah kamar.
"Iya, mas," jawabku lirih
"Kenapa kamu keringetan, sakit kamu, Dik?" tanya suamiku melihat aku yang bermandikan keringat.
"Panas sekali di kamar, Mas," ujarku.
"Dingin seperti ini kok panas," ketus suamiku.
"Mungkin bawaan dari anak kita, Mas," jawabku dengan tenang. Saat aku dan suami menuju ke kamar tidur, kemudian ayah keluar dari dalam kamar mandi.
"Kamu, Geng?" sapa ayah kepada suamiku.
"Iya, yah," jawab suamiku sambil mencium tangan ayah.
"Naik apa kamu?" tanya ayah.
"Ngojek, Yah," jawab suamiku.
"Tidak minta jemput ayah?" kata ayah.
"Sugeng mau telepon baterainya habis, Yah," jawab suamiku.
"Ya sudah ganti baju dulu sana," ujar ayah menyuruh suamiku ganti baju.
"Iya, Yah," jawab suamiku seraya berjalan ke kamar tidur bersamaku.