NovelToon NovelToon
Surat Cinta Untuk Alana

Surat Cinta Untuk Alana

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Keluarga / Enemy to Lovers
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: bulan.bintang

Alana, gadis SMA yang 'ditakuti' karena sikapnya yang galak, judes dan keras kepala. "Jangan deket-deket Alana, dia itu singa betina di kelas kita," ucap seorang siswa pada teman barunya.

Namun, di sisi lain, Alana juga menyimpan luka yang masih terkunci rapat dari siapa pun. Dia juga harus berjuang untuk dirinya sendiri juga satu orang yang sangat dia sayang.

Mampukah Alana menapaki lika-liku hidupnya hingga akhir?
Salahkah ketika dia menginginkan 'kasih sayang' yang lebih dari orang-orang di sekitarnya?


Yuk, ikuti kisah Alana di sini.

Selamat membaca. ^_^

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bulan.bintang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 17 | Rahasia lama

Alana berjalan menghampiri meja di pojok kelas. Wajahnya tak lagi ramah seperti pagi tadi, membuat Sisi dan Vio terdiam dengan pikiran sama -kenapa dia?

Brakk!!

Alana menggebrak meja tepat di samping Gala yang merebahkan kepala di sana.

"Woiii, budeeekkkk!!!"

Dia menoleh dan mendapati seorang gadis dengan wajah bengis menatapnya tajam.

"Eh, ada siluman singa. Kenapa? Kesambet ya?" Gala menegakkan tubuh lalu tertawa kecil. Sedang teman-temannya hanya diam ketakutan.

"Ikut gue!"

Alana menarik kerah baju Gala, membuatnya terjerembab di lantai karena gerakan itu.

"Yang romantis dong, masa sama pacar kasar bener?"

Rio menepuk pant4t Gala yang terus saja membuat Alana semakin naik darah.

Bukan balasan kata yang didapat, namun 'tanda merah' di pipinya yang terasa nyeri. Gala terus mengusapnya dan berlari mengikuti langkah Alana yang begitu cepat.

Sampai di aula, Alana duduk menunggu kedatangan Gala. Dia berani masuk lagi ke tempat itu, karena anak kelas XII tengah ada kegiatan di luar sekolah.

"Hei, lo ngajak pacaran di tempat ini? Bagus juga, sepi gini jadi nggak ada yang ganggu." Gala melayangkan pandang ke ruangan yang luas dan kosong.

"Eh, tapi di sini kan tempatnya Galih. Cowok yang ngejar-ngejar lo itu kan? Kabarnya kalian jadian?" Gala terus ngoceh tanpa peduli tatapan Alana yang siap menerkam.

Sabar, Na. Sabar. Lo harus pake kepala dingin ngadepin cecunguk modelan dia.

Alana menarik napas dalam, lalu memanggil Gala untuk mendekat.

"Duduk sana bisa kan? Nggak usah deket-deket gue!" Alana beringsut menjauh karena Gala merapatkan lengan mereka.

"Oke, oke. Sekarang, ada apa lo ngajak gue ke tempat ini?" Gala terlihat serius, meski ekor mata terus melirik ke arah gadis di sampingnya.

Gadis itu melempar sebuah amplop berwarna biru, yang dengan cepat ditangkapnya.

Lha, ini kan yang gue kasih tadi. Jangan-jangan dia tahu kalo itu bikinan gue?

Gala sedikit cemas, namun dia sebisa mungkin menyembunyikannya dari Alana. Dengan nada gurau, Gala menanyakan tentang surat itu dan jawaban Alana sungguh membuatnya syok bukan main.

"Maksud lo apa ngirim ginian? Ini juga." Alana melempar beberapa kertas lain berisi kata-kata motivasi, lagi-lagi tanpa nama pengirim.

"Ini emang dari gue dan yaps, yang dulu ngajak lo ke sini itu gue. Tapi gue malah liat lo berduaan sama Galih ... dan ini, ini bukan gue yang bikin. Lo liat aja tulisannya beda, masih bagus tulisan gue timbang tu ceker ayam." Gala memperlihatkan dua kertas berbeda kemudian menatap Alana dengan senyum simpul.

"Lo punya secret admirer? Apa jangan-jangan tu cowok yang ngajak lo kencan di taman?"

Alana terkesiap, tak menyangka Gala tahu akan rahasia yang dia simpan rapat-rapat.

Sementara di celah pintu, sepasang mata mengawasi keduanya dengan wajah datar.

Bel tanda masuk berdering nyaring, dengan cepat dia pergi dan tak lama setelahnya, Alana keluar dengan wajah kesal, diikuti Gala yang menahan senyum di bibirnya.

Sementara di lain tempat, Bastian dan Hanna tengah bersitegang. Mereka duduk saling berhadapan di ruang keluarga. Di atas meja tergeletak sebuah map dan puluhan gambar cetak.

"Sekarang mau mengelak? Aku sudah tahu ini semua sejak lama. Dari sekretarismu sampai relasi bisnis yang menjadi relasi 'di belakang layar' juga. Aku cuma pura-pura buta aja hanya karena jagain perasaan Alana. Sebagai Ibu, aku nggak mau dia tahu kelakuan bejat ayahnya yang sungguh di luar nalar." Hanna tersenyum sembari memperlihatkan gambar-gambar suaminya bersama beberapa wanita.

Bastian terdiam, mulutnya seakan tak mampu terbuka. Lidahnya kelu, suara tercekat di kerongkongan. Ada penyesalan yang hinggap menyelimuti dirinya, namun suara Hanna kembali memecah keheningan.

"Selama ini aku masih hormati kamu sebagai kepala keluarga, meski nyatanya tak mampu menjadi panutan yang pantas diikuti. Aku juga tahu, kecelakaan di Yogya adalah kesengajaan dari salah satu gund1kmu yang rajin banget ngikutin aku. Mungkin dia ngincer status sebagai Nyonya Bastian? Ah ... entahlah, bisa aja mereka saling sikut buat kedudukanku ini. Hahaha ... lucu ya, nggak nyangka aja laki-laki yang dulu sampai rela pergi jauh demi minta aku dari Bapak, laki-laki yang dikasih amanah jagain aku, sekarang jadi gini. Inget, Bastian. Kamu punya anak perempuan. Harusnya kamu mikir masa depan dia, juga langkah dia nanti bagaimana jika tahu kelakuanmu sebagai suami."

Ruangan itu kembali hening. Bastian menghela napas, mengakui kebenaran kata-kata Hanna.

"Jadi, mau kamu apa, Han? Aku udah minta maaf, harus gimana lagi?"

Istrinya tertawa, "maaf? Kamu bilang maaf, Bas? Nggak salah denger? Kamu sadar nggak, kalau dampak dari perbuatanmu ini nggak main-main? Aku hampir mati, Alana juga sudah tahu semuanya. Padahal nggak ada yang kasih tahu dia perkara ini. Kamu harus sadar, Bas. Alana bukan lagi gadis kecil yang bisa kamu lipur dengan balon dan permen, sekarang dia tumbuh menjadi gadis cerdas ... oh ya, satu lagi. Dia juga bijak dan nggak egois sepertimu."

Perbincangan mereka membuat suasana menjadi tegang. Bastian yang merasa terus dipojokkan oleh kata-kata istrinya, tak lagi mampu membendung kesabaran. Dia bangkit berdiri, menunjuk wajah Hanna dan berteriak bagai orang gila.

"Semua gara-gara kamu! Kamu nggak bisa kasih aku keturunan. Kamu juga tahu, aku sudah lama menginginkan seorang anak. Tapi apa? Kamu malah pilih jalan lain, kamu ngotot untuk itu, tanpa ngertiin perasaanku. Harusnya kamu mikir sampai ke sana, bukan cuma nyalahin aku. Sadar dirilah, gimana laki-laki mau betah di rumah, apalagi sama perempuan ... MANDUL!!"

Hanna terkejut, setelah sekian lama berumah tangga. Baru kali ini dia mendengar ucapan itu meski di surat keterangan medis sudah jelas semua. Rasa sakit membuat Hanna terisak, dia benar-benar tak menyangka suaminya yang dulu begitu perhatian, kini menjadi sosok yang dia sendiri tak mengenalinya.

Keributan itu disaksikan oleh sepasang mata milik gadis dengan seragam dan tas di punggungnya.

Jadi, aku bukan anak Papa Mama?

Alana lemas, tulang-tulangnya seakan tak berdaya menopang tubuh untuk tetap tegak. Hatinya hancur berkeping-keping mendengar kalimat sang ayah.

Dengan cepat dia bersandar di dinding agar tak terjatuh, sedang di depan sana. Ayah dan ibunya masih saja bersitegang meski sang ibu telah berurai air mata.

Hanna menjerit saat Bastian menampar wajahnya. Alana cepat berlari dan memeluk sang ibu dengan linangan air mata.

Melihat kedatangan Alana, kedua orang itu terkejut namun suara Alana kembali membuat Bastian lupa diri.

"Cukup, Pa. Jangan sakiti Mama lagi. Oh ya, maaf kalau aku menjadi sumber masalah kalian. Aku sama sekali nggak berniat merusak rumah tangga Papa Mama, aku juga minta maaf jika selama ini sudah membuat kalian khususnya Papa, menjadi sering marah. Aku nggak tega liat Mama terus disakiti perlahan, Pa. Aku nggak bisa liat Mama nangis diam-diam."

Bastian menatap Alana dengan mata merah, dia mengacungkan jari telunjuk tepat di wajah Alana.

"Aku bukan Papa kamu! Kamu nggak lebih dari anak panti yang diambil dan dibawa ke sini!"

"BASTIAN! CUKUP!" Hanna berdiri dan menampar wajah suaminya.

"Kamu boleh hina aku, caci aku, rendahin aku, asal jangan sekali-kali kamu sentuh anakku!" Hanna memeluk Alana dengan tubuh bergetar, sedang Bastian menatap keduanya dengan tawa mengejek.

"Anak? Kamu bilang anak? Sejak kapan perempuan mandul punya anak?"

"CUKUP!!" Hanna berteriak histeris.

*

1
M.S
aku udah mampir kakak
Bulanbintang: Terima kasih ya,
total 1 replies
Violette_lunlun
udah mampir ya Thor, bagus banget novel dan penulisan.
jika berkenan mampir juga yuk ke karya ku.
Bulanbintang: Baik, terima kasih.
total 1 replies
–Kang Je Ra
haiii, semangatt nulis yaa! /Rose/
〈⎳Mama Mia✍️⃞⃟𝑹𝑨
follback
Nadin Alina
Halo kak, salam kenal kak🤗
Bulanbintang: Halo, Kak Nadin. Salam. 🤗
total 1 replies
The first child
semangat terus nulisnya thor
Bulanbintang: Terima kasih, ikuti terus kisahnya ya, 😊
total 1 replies
Anisa Febriana272
..
Anisa Febriana272
.
Anisa Febriana272
Novel bagian ini agak seru
Bulanbintang: Oke, nggak papa. Nanti kita belajar bareng. 🤗
Bulanbintang: Sementara baru ini dulu, yg lain nyusul. hhhii💃
total 16 replies
sakura
..
Nurhani ❤️
aku mampir tour/Drool/jngan lupa mampir balik🤗nanti aku baca lgi
Bulanbintang: Ok. Terima kasih.
total 1 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
lanjut terus Thor /Determined/
Bulanbintang: Bab 15 udah di-up ya, masih direview dulu. Tetap sabar nunggu ya, 🤗
total 1 replies
via☆⁠▽⁠☆人⁠*⁠´⁠∀⁠`。⁠*゚⁠+
mampir Thor /Smile/
Niki Fujoshi
Keren abis, pengen baca lagi!
Hao Asakura
Bikin terharu sampai mewek.
Wesal Mohmad
Kayak jadi ikut merasakan cerita yang dialami tokohnya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!