The System

Nenek itu terdiam mendengar perkataan Feng, Ia sangat paham, jika Tuan mudanya menjadi Murid Pemuda didepannya maka sama saja memberi hak Tuan mudanya ke Pemuda didepannya.

Nenek itu menatap Tuan mudanya yang terbaring lemah diatas ranjang, Ia lalu menatap eajah polos Rara lalu menatap manik mata Feng yang terlihat jujur.

Bagaimanapun Ia tak boleh egois hanya karena hal tersebut, karna selama Tuan Mudanya baik baik saja maka Ia rela melakukan apapun itu.

"Baiklah, selama Tuan muda bisa sembuh, apapun itu Nenek setuju," ucap Nenek itu serius, Feng tersenyum mengangguk.

"Istri, bantu Aku mendudukan Anak itu," Rara mengangguk lalu mendudukan Anak itu, Feng bersila didepan Anak itu lalu menyentuh keningnya.

Feng kemudian mengalirkan element Kegelapan dan Api bersamaan ke Anak tersebut, dalam beberapa detik sekumpulan asap hitam mengelilingi Feng dan Anak itu.

"Istri, Nenek Kalian menjauhlah," ucap Feng langsung dipatuhi Rara dan Nenek tadi.

Feng lalu mengalirkan lebih banyak Qi lagi, tiba tiba Ia merasa pandangannya pusing disusul pandangannya yang menggelap.

- - -

[Alam batin Anak tadi]

Feng membuka matanya menatap Seorang Anak kecil yang sedang diikat dengan Api Api yang tinggi, dibawah Anak tersebut nampak sebuah Kolam darah berwarna merah pekat.

Anak itu! Feng kini paham alasan Anak itu masih belum sadar, Ia ternyata terkurung di Alam batinnya.

Feng mengetahui ini Alam batin dari ciri ciri yang disebutkan di Kitab pengetahuan, Ia sendiri juga tak tau cara memasuki Alam batin dan ini kali pertamanya Ia melihat dengan jelas Alam batin walau bukan miliknya.

Feng berjalan mendekat ke Anak itu namun langkahnya terhenti saat melihat sesuatu muncul dari kolam dibawah Anak tadi.

Seekor Makhluk mirip Manusia dengan kulit merah pekat, 2 tanduk besar dan sepasang sayap besar muncul di depan Feng.

"Hahahaha.... Ini pertama kalinya ada Orang yang bisa memasuki batin Anak lemah ini," tawa Makhluk tersebut, Feng hanya diam dan tetap wasapada.

"Huh... Kau pasti Orang yang ditakdirkan menjadi Tuanku dan Guru Anak ini," ucap Makhluk itu menambah kebingungan Feng.

"Kau siapa? kenapa bisa disini? apa maksud perkataanmu tadi?" tanya Feng mengangkat suara.

"Hemm... Baiklah Tuan, Aku akan menceritakannya, namun mari kita duduk ditempat yang lebih nyaman," ucap Makhluk tersebut.

Klik...

Ia menjetikkan jarinya dan ruangan tadi berubah menjadi hamparan bunga dan sebuah Danau besar serta pemandangan matahari yang akan tenggelam.

Makhluk tadi lalu duduk ditepian Danau sambil memandang matahari yang akan terbenam.

Feng pun berjalan mendekat dan ikut duduk disampingnya.

"Huuuh.... Tuan pasti penasaran dengan semua ini," ucap Malhluk itu, Feng mengangguk mengiyakan.

"Baiklah, Aku akan menceritakannya..."

...- - -...

{Sekte Matahari Barat}

"Apa?!" teriak Patriak Sekte Matahari Barat sambil menggebrak kursinya, tadi Ia sedang enak enak bercumbu dengan Ja_angnya di kursi namun terganggu dengan datangnya seorang Tetua.

{Patriak atau Matriak : Pemimpin suatu Sekte}

"Benar Patriak, Tuan Muda kembali dengan terluka parah dan..," Tetua itu ragu ragu menyampaikannya.

"Dan apa?!" teriak Patriak Li dengan nada kesal dan marah.

"Tuan Muda Li tak akan bisa punya keturunan lagi karna 'Anu' nya dibakar," ucap Tetua itu merinding ngeri, Patriak Li dan Jalan_anya terkejut.

Braaak...

"Bajing_n, siapa yang berani melakukan itu ke Anakku, akn kucabik cabik Dia," marah Patriak Li sambil mengeluarkan Aura Tingkat Emas lapis 8.

Tetua itu langsung berlutut merasakan Aura yang dikeluarkan Patriak Li.

"Itu... Seorang Pemuda umur 17 tahun dan seorang Gadis kecil beumur 12 Tahun Patriak," ucap Tetua itu, mendengar itu Patriak Li lebih serius.

"Bagaimana mungkin?! Anakku adalah jenius dengan Tingkat Perak saat umur 20 an, Bagaimana mungkin ada Pemuda 17 tahun diatas tingkat itu," gumam Patriak Li sambil menyeritkan dahinya.

Wajar kalau Mereka terkejut, pasalnya di 3 Benua rata rata seorang Pendekar Tingkat Perak berumur 20 tahun lebih, itu sudah dapat dibilang jenius.

Hanya ada beberapa Orang yang diatas itu, salah satunya Putri Mentri yang kini menjadi Tunangan Putra Mahkota Kekaisaran Matahari yang sekarang berumur 16 tahun dengan tingkat Perak.

"Tapi... Bagaimanapun Ia telah menyakiti Anakku dan pantas untuk dibunuh," lanjut Patriak Li.

"Patriak, Saya ada saran," ucap Tetua tadi.

"Bagaimana jika Kita memberi penawaran ke Anak itu untuk bergabung ke Sekte kalau Ia tak mau baru kita bunuh," ucap Tetua itu.

Patriak Li terdiam sambil memikirkan saran tersebut, lalu kemudian tertawa.

"Hahahaha.... Kau Benar, baiklah Aku sendiri yang akan pergi, ajak juga 3 Tetua lainnya," ucap Patriak Li tertawa jahat.

"Baik Patriak," ucap Tetua tersebut lalu mundur keluar ruangan. Sedangkan Patriak Li tersenyum licik memikirkan rencananya.

'Jika Anak itu bisa mengalahkan Li Bao berarti Anak itu adalah jenius, dan dengan Anak itu, posisi Sekte Matahari Barat di antara 4 Sekte bawahan Sekte Matahari akan naik pesat,' pikir Patriak Li tertawa.

"Sayang! Jika Kita berhasil melakukan itu maka Kita akan lebih berkuasa," ucap J_lang Patriak Li.

"Tentu saja, Hahahaha.... Aku akan berkuasa dan Merebut Sekte Matahari dari tangan Bajin_an itu," ucap Patriak Li tertawa Geram.

"Tapi, lebih baik Kita menyelesaikan permainan Kita," ucap Patriak Li menyeringai sambil menatap J_langnya.

"Tentu saja Sayang," jawab J_langnya sambil memainkan jarinya di dada Patriak Li, Patriak Li tersenyum mesum dan langsung kembalu mencumbu J_langnya.

Ruang rapat Tetua

Sekte Matahari Barat memiliki 5 Tetua yang berada pada tingkat Emas Lapis 1 - 5.

"Tetua Ketiga, bagaimana? apa kata Patriak?" tanya Tetua Dua menatap Tetua Tiga, semua Tetua memang mengetahui apa yang terjadi dan geram saat mengetahui semuanya, pasalnya Li Bao merupakan jenius yang akan menaikkan nama Sekte namun terluka parah oleh seorang Bocah.

Tetua Tiga pun menceritakan semuanya, apa yang diperintahkan Patriak Li.

"Hahahah... Benar, benar sekali, dengan Anak itu Sekte Kita akan jauh melesat diatas 3 Sekte lainnya," tawa Tetua Lima.

"Ya! dengan Ini rencana Kita mengambil alih Sekte Matahari pun lebih mudah," sambung Tetua Empat, Semua Tetua mengangguk sambil tersenyum jahat.

"Kalau begitu, Tetua 1, 2 dan Aku saja yang pergi bersama Patriak," ucap Tetua Tiga, Tetua yang lainnya menganggukkan kepalanya tanda setuju.

...- - -...