Setelah kekacauan besar yang mengguncang seluruh negeri, Xander kembali menghadapi ancaman yang jauh lebih berbahaya. Warisan terakhir Xylorr terungkap, suku pedalaman muncul ke dunia luar, dan Osvaldo Tolliver membawa misteri baru yang mengubah arah permainan.
Musuh bergerak dari segala sisi, para pengkhianat mulai menampakkan diri, dan keputusan Xander kini menentukan siapa yang akan bertahan hidup.
Di jilid kelima ini, rahasia lama akan terbongkar, kekuatan baru muncul, dan pertempuran sesungguhnya dimulai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Para pengawal sedang menunjukkan kemampuan mereka dalam bidang beladiri, pertarungan satu lawan satu, menggunakan senjata, menghindari serangan, melarikan diri, bergerak cepat, pertolongan pertama, dan lain-lain.
Semua anggota suku pedalaman mengamati dengan saksama. Xylorr tersenyum saat melihat hal itu, sedangkan para pria dan wanita dewasa terkejut, dan anak-anak bergitu takjub dengan kemampuan para pengawal.
Xander menoleh pada Mikael. "Mikael, aku ingin kau menunjukkan kehebatanmu pada mereka. Apa aku sanggup?"
"Tentu, Tuan." Mikael berjalan ke tengah arena. Tak lama setelahnya, dua puluh pengawal muncul dan mengelilinginya.
Mikael menarik napas panjang. Ia sudah berlatih sangat keras selama ini agar tidak mengecewakan Miguel dan Xander. Bagaimanapun ia adalah pengganti ayahnya.
Larson memperhatikannya dengan malas, mengamati satu per satu anggota suku pedalaman. "Apa benar mereka adalah suku pedalaman yang asli? Aku benar-benar tidak mengerti bagaimana isi pikiran Alexander."
Kedua puluh pengawal segera menyerang Mikael dari berbagai arah. Mikael melawan mereka satu per satu, menghindar sekaligus menyerang dengan sangat gesit. Satu per satu pengawal mulai berjatuhan, dan di detik keenam puluh, Mikael berhasil mengalahkan mereka.
Anggota suku pedalaman tampak terkejut, dan anak-anak sangat takjub melihat hal itu.
Mereka tidak sabar untuk memulai latihan.
Mikael kembali ke samping Xander.
"Kerja bagus, Mikael. Kau luar biasa." Xander tersenyum. "Sebenarnya aku ingin melihat kau bertarung dengan Miguel. Akan tetapi, Miguel masih dalam masa istirahatnya."
Para pasukan wanita muncul dan menunjukkan kemampuan mereka. Para wanita dan anak-anak perempuan suku pedalaman tampak sangat takjub.
"Darren, aku yakin kau sudah sangat siap dengan tugasmu di saat Bernard dan yang lain tengah mempersiapkan penjelajahan mereka," ujar Xander.
"Aku mengerti."
Salah satu pengawal utama bernama Ryder memasuki arena. Ia menunjuk Karnu untuk maju dan bertarung dengannya. Suku pedalaman bersorak heboh.
Karnu maju setelah Xylorr memberi anggukan padanya. Ia mengakui kehebatan pasukan Xander, tetapi sebagai seorang pewaris kepemimpinan Karnu, ia juga sudah berlatih untuk menjadi kuat selama ini.
"Bernard dan yang lain pernah bertarung dengan mereka. Mereka adalah orang-orang yang sangat tangguh. Mereka berlatih langsung dari alam." Xander tersenyum.
Pertarungan Ryder dan Karnu dimulai. Ryder lebih banyak menghindar, sedangkan Karnu aktif melakukan serangan. Karnu melesatkan berbagai serangan. Gerakannya tampak kasar, tetapi memiliki kekuatan yang luar biasa.
Anggota suku pedalaman tampak semangat melihat pertarungan itu. Mereka tahu bagaimana kemampuan Karnu yang luar biasa. Akan tetapi, tidak dipungkiri jika Ryder adalah pria yang hebat. Sayangnya, di menit keempat, Karnu tumbang setelah Ryder melemparnya ke tanah dan menguncinya seluruh pergerakannya.
Karnu mengamati langit yang biru, mengendalikan napas yang terengah-engah. Keringat mengucur deras dari tubuhnya. Ia sepenuhnya sadar jika dirinya sangat lemah. Ia tidak akan mampu melindungi dirinya sendiri, terlebih menjaga anggota keluarganya jika berhadapan dengan orang-orang luar.
Karnu menyadari jika dirinya dan yang lain harus belajar dan berlatih sunggguh-sungguh. Ia menatap Ryder yang mengulurkan tangan padanya selama beberapa waktu. Muncul keraguan sampai akhirnya ia menerima uluran tangan itu.
Xander memberi tanda untuk beristirahat.
Karnu kembali ke sisi Xylorr, mengepalkan tangan erat-erat. "Rapuham, Baha (Maafkan saya, Ayah).”
"Nehma atku, pita turba wihleu atku ti nehma (Kamu kuat, tapi orang lain lebih kuat darimu.) Eui natuwak keunpi rangu arerasa jaradi ka maleje-maleje tae (Ini waktunya bagi kita semua untuk belajar dari orang-orang itu).” Xylorr menggenggam tangan Karnu. "Karnu, gastu nehma wihleu ratbeu ti rangu (Karnu, tugasmu lebih berat dariku). Nehna duku sabi wama gaarluka rangu ka anyajaka jeung ngandulinnga gaarluka rangu (Kamu harus bisa membawa keluarga kita pada kejayaan dan melindungi keluarga kita)."
"Hunmu, Baha (Iya, Ayah)."
Anak-anak berlarian di arena, saling bertarung satu sama lain, kejar-mengejar. Mereka meniru pasukan Xander.
"Bagaimana menurutmu dengan suku pedalaman itu, Govin? Apakah mereka akan sanggup mengikuti latihan?" tanya Xander.
"Mereka adalah orang-orang yang lebih dekat dengan alam sekaligus bahaya dan kematian dibandingkan kita, Tuan. Mereka memiliki fisik dan insting yang sangat baik. Meski tanpa berlatih pun, mereka sudah kuat. Aku sangat berharap pelatihan ini berhasil sehingga mereka menjadi lebih kuat."
"Aku tidak akan terkejut jika suatu saat aku melihat Xylorr memakai jas dan mengendarai sebuah mobil." Xander tertawa, mengembus napas panjang.
"Mereka mengingatkanku pada diriku saat masih hidup di jalanan dan tinggal di keluarga Voss. Masa-masa itu sangatlah sulit bagiku. Tapi, dari sanalah aku tumbuh dan mengenal kehidupan. Aku tidak menyangka jika waktu bergerak sangat cepat."
Xander menoleh pada Dragon. "Dragon, bagaimana jika kau menunjukkan sedikit kemampuanmu pada anak-anak itu? Aku yakin mereka akan senang."
Govin memberikan anggukan pada Dragon.
"Baik, Tuan." Dragon menghampiri anak-anak suku pedalaman.
"Dragon menjadi lebih kaku akhir-akhir ini." Xander tertawa.
Dragon menantang anak-anak laki-laki untuk menyerang. Ia tidak memukul mereka, hanya sekadar melempar dan mendorong hingga mereka terjatuh.
Jyrik dan Suhni terjatuh, lalu kembali berdiri untuk melawan Dragon. Mereka tidak sabar untuk memulai pelatihan mereka esok hari.
"Govin." Xander memberi tanda, berjalan menuju kediaman utama.
"Aku mengerti, Tuan." Govin segera memberi tanda pada pengawal lain.
Xylorr cukup terkejut ketika mendengar perkataan pengawal jika Xander akan menunjukkan sesuatu padanya. Ia mengikuti para pengawal menuju sebuah ruangan. Karnu dan Sambu mengikutinya meski sempat ia cegah.
Xander dan para pengawalnya sudah berada di ruangan di mana tongkat dan kristal itu tersimpan. Tak lama setelahnya, Xylorr, Karnu, dan Sambu memasuki ruangan. Mereka terkejut ketika melihat berbagai benda asing yang berukuran besar serta para pengawal yang berkutat dengan layar besar.
"Rangu rek keunjuknun jihi daben ka nehma (Aku akan menunjukkan sesuatu padamu)." Xander memberi anggukan.
Govin menekan sebuah tombol dan secara tiba-tiba lemari kaca yang menyimpan tongkat dan kristal muncul dair balik dinding.
Xylorr, Karnu, dan Sambu terkejut ketika melihat tongkat itu, terutama Karnu. Pria tua itu mendekat dengan kursi rodanya, mengamati setiap detail tongkat dan kristal.
"Ini adalah tongkat dan kalung yang kau berikan padaku tempo hari. Aku dan pasukanmu berusaha mencari tahu mengenai tongkat dan kalungmu, lalu mendapatkan tongkat dan kristal merah ini," ujar Xander seraya memberi tanda untuk mendekatkan lemari kaca.
Seorang pengawal menerjemahkan perkataannya.
"Aku ingin bertanya sesuatu pada kalian. Apakah kalian memiliki saudara suku jauh atau kalian berasal dari sebuah suku besar yang kemudian memisahkan diri?"
Sementara itu, Edward meninggalkan kediaman Osvaldo Tolliver untuk membawa darah dan rambut Xander dari rumahnya. Ia melihat Caesar, Franklin, dan yang lain di teras rumah. Bangunan mulai mengecil hingga akhirnya menghilang.
Edward mengembus napas panjang, merasakan dadanya berdebar sangat kencang. "Aku harus melakukan tugas ini dengan sebaik mungkin. Aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan ini."
Edward mengamati pin penyamaran di tangannya, menatap hutan yang luas.
Di saat yang sama, sebuah mobil menepi di depan sebuah bangunan. Seorang pria mengawasi keadaan sekeliling. "Mari kita lihat apakah kau bersembunyi di gedung ini?"
Pria itu menekan sebuah tombol di jam tangannya. Jam tangan itu mulai melakukan pemindaian pada gedung berlantai tiga di depannya.
"Ada seseorang yang sedang memindai gedung ini," ujar Gavin ketika melihat peringatan di layar.
Jangan lupa terus like dan komen di setiap bab ya!
Oh iya, aku juga udah punya dua cerita baru nih 😎
🔥 MANTAN TENTARA BAYARAN: IDENTITAS ASLINYA SEORANG MILIARDER — cari aja dengan nama penulis BRAXX
💥 SISTEM BALAS DENDAM: MENJADI RAJA HAREM — bisa kamu temukan dengan nama penulis ZHRCY
Jangan lupa bantu ramein dua-duanya dengan like, komentar, dan vote tiap bab-nya ya! Dukungan kalian luar biasa berarti ❤️