NovelToon NovelToon
PAH, AKU TIDAK BERNAFSU LAGI

PAH, AKU TIDAK BERNAFSU LAGI

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Beda Usia / Dokter / Nikahmuda / Penyesalan Suami / Hamil di luar nikah
Popularitas:982
Nilai: 5
Nama Author: Ada Rasaku

Tiga tahun yang penuh perjuangan, Cathrine Haryono, seorang gadis desa yang memiliki ambisi besar untuk menjadi seorang Manager Penjualan Perusahaan Top Global dan memimpin puluhan orang dalam timnya menuju kesuksesan, harus menerima kenyataan pahit yang enggan dia terima, bahkan sampai saat ini.

Ketika kesempatan menuju mimpinya di depan mata, tak sabar menanti kehidupan kampus. Hari itu, seorang pria berusia 29 tahun, melakukan sesuatu yang menghancurkan segalanya.

Indra Abraham Nugraha, seorang dokter spesialis penyakit dalam, memaksa gadis berusia 18 tahun itu, menjalani takdir yang tidak pernah dia pikirkan sama sekali dalam hidupnya.

Pria yang berstatus suaminya sekarang, membuatnya kehilangan banyak hal penting dalam hidupnya, termasuk dirinya sendiri. Catherine tidak menyerah, dia terus berjuang walaupun berkali-kali tumbang.

Indra, seseorang yang juga mengenyam pendidikan psikolog, justru menjadi penyebab, Cathrine menderita gangguan jiwa, PTSD dengan Skizofrenia.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ada Rasaku, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 16 | Jalan-Jalan Di Mall

"PAH! UDAH PAH!"

"NGGA BISA, MAH! NASKAH ITU 'KAN HASIL KERJA KERAS MAMAH SELAMA BERBULAN-BULAN! TIAP HARI MAMAH BEGADANG BUAT NYELESEINNYA, SEKARANG GARA-GARA BOCAH KURANG AJAR INI, MALAH SEMUANYA LENYAP! WALAUPUN MAMAH GAPAPA, PAPAH YANG ENGGA RELA!"

"YA, BAGAIMANA PUN, DIA INI ANAK ORANG LOH! UDAH! STOP PUKULIN PANTATNYA, PAH! ENGGA BANGET KEPALA EMPAT, MASIH MAIN HAKIM SENDIRI, SAMA BOCAH 6 TAUN LAGI!" seru Catharina berusaha keras menghentikan Indra yang tengah menyiksa bocah itu, dia menarik dan mencoba tangan pria itu dari memukuli bokongnya.

Tangisan bocah itu semakin mengeras dan menggema, membuat beberapa pengunjung Gramedia, di dekat mereka, berhenti sejenak dan ada yang diam-diam merekam mereka.

"Huhuhu ... Lik Nur! Tulung ... Lik Nur! Ada om-om gemblung yang mukulin aku! Sakit banget, anjir!" teriak bocah bergigi gupis itu, meringis dan ingusnya kemana-mana.

Indra terus memukul dan tidak mengindahkan perkataan Cathrine. Saking geramnya, wanita yang memakai kaos hitam tanpa lengan yang sedikit kebesaran dan celana legging itu, membopong paksa bocah tersebut.

Dia berjongkok, menghadap bocah itu dan menggelap ingus serta air mata dengan tisu. Menenangkannya. Walaupun, dalam hati, dia juga dongkol sebenarnya. Perjuangan menulis naskah novel sejumlah 99 bab, yang hari ini selesai tinggal kirim via e-mail ke penerbit mayor, malah lenyap begitu saja, mana tidak ada salinannya lagi.

"Huhuhu ... Kan cuman tulisan, tinggal bikin lagi, apa susahnya, sih, Buk?!" ucap bocah itu, lalu mendorong bahu Cathrine sambil dia terjungkal.

Bocah kucel berkaos Shaun the sheep yang mulai pudar, bahkan menatap ke arah Indra seolah menantang. Dia menunjukkan jari tengah, lalu meludah ke kemeja pria tersebut.

"BOCAH KURANG AJAR!" hardik Indra, beranjak berdiri, berniat menarik pinggiran kaos lehernya. Namun, bocah itu keburu ngacir seperti babi ngepet yang dikejar masa warga.

Catherine menerima uluran tangan Indra, dia menepuk kedua telapak tangannya dan menatap siluet bocah tadi, "Wah ... Emang bocah engga ada akhlaknya ... Rugi banget tadi gue engga ikut nge-plak palanya!"

"Liat, sayang! Itu ... Itu kelakuan bocah yang udah kamu bela-belain! Masih kasihan? Setelah ngotak-atik barang orang (laptop) yang nggeletak, tanpa izin dan engga minta maaf sama sekali?! Terus, udah dibelain, malah ndorong kamu jatuh, nunjukin jari tengah dan ludahi baju aku! Masih mau kamu bela bocah minus attitude itu?"

Catherine menggeleng pelan, dia menurunkan tangan Indra yang menunjuk-nunjuk kesal ke arah larinya bocah itu. Dia berujar dengan lembut, "Iya, maaf, kali ini aku yang salah ..."

"Aku keluar, pergi angkat telepon, datang-datang kamu engga ada." Berkali-kali, Indra mengucek kemejanya, kesal.

Ketika Cathrine hendak membantu, Indra menyetop dengan telapak tangan kanannya.

"Emang kamu habis darimana, sih? Barang-barang ditinggalin gitu aja! Mana laptop masih nyala, ada tas sama dompet, terus aku cari-cari, ga ketemu-temu!" marah Indra, masih membersihkan noda bekas ludah anak sialan itu.

"Oh ... Aku habis nanya ke mbak-mbak Gramedia yang jaga tadi, judul buku yang aku cari, di rak engga ada, terus nanya stoknya ke dia ... Aku nungguin dia nyari, eh kebelet buang air kecil ... "

"Pantesan aku cariin engga nemu-nemu!"

Sepasang suami-istri itu keluar dari Gramedia di salah satu mall kota ini, Indra masih memasang muka masamnya sedari tadi. Berkali-kali, Cathrine menghiburnya tapi tidak mempan. Ketika mau sampai ke pintu menuju basement, Indra mengubah pikirannya ketika mendengar ajakan Cathrine buat makan siang di outlet Sushi asal Jepang.

Sembari menunggu pesanan datang, Cathrine berpikir keras bagaimana memberitahukan insiden tadi ke editor dan pihak penerbit mayor, yang menjadi langganannya untuk menerbitkan dan mencetak novel-novel terbaiknya sampai detik ini. Sedangkan, Indra tengah melakukan olah napas dan rileksasi pikiran.

Bersamaan dengan tibanya pesanan mereka, seorang perempuan berperawakan tinggi kecil, yang sudah melewati meja mereka, datang mendekati. Saat melihatnya, Cathrine langsung berpikir dia sedikit mirip dengan komedian perempuan tanah air ...

"Bujuk buset! Awewe cantik depan elo, bukannya diajak ngobrol terus kenalan, malah semedi elo ... Situ saking kelamaan jomblo, jadi ilang, yak, akal sehatnya?" semprong seorang perempuan berambut kribo.

Indra sebal mendengar candaan sohib semasa SMP-nya itu, "Wit, harus gimana lagi, sih, biar kamu percaya kalau saya ini udah menikah dan punya istri?"

"Depan saya, Cathrine Haryono, istriku, yang sudah bersama selama hampir 16 tahun."

Perempuan bernama Wiwit itu duduk disebelah Indra, dan meminum minuman milik Indra yang belum disentuh sama sekali. Selesai meneguknya, dia berujar, "Iye kah? Kok ga percaya, ya, gue?"

Wiwit menunduk, menatap hidangan Sushi di depan dan tampak berpikir, "Yang bener? Cius ... Mie apa? Gak ah, mencurigakan bet!"

Indra memamerkan cincin kawinnya, "Liat, ini buktinya." Dia kemudian mencopot dan menunjuk sebuah ukiran nama 'Cathrine's', "Nama istriku di cincin kawin."

Wiwit telah memilih hidangan Sushi dan mengangkat satu piring, mengkode Indra dan pria itu mengangguk kikuk.

Wiwit meliriknya lalu berekspresi skeptis, "Kok cuman elo doang yang pake? Die kaga tuh! Lagian gap umur elo sama dia, keliatannya jauh banget kok selisihnya, empat atau lima belas tahun ada kali ..."

Indra membeku, Cathrine tetap diam mengamati interaksi keduanya. Tak lama, seorang pria cungkring yang mengenakan jaket Levis sembari menggendong tas kulit wanita dan gadis berusia 4 tahun itu, datang menghampiri.

"Heh, kutu kupret! Udah belum pesennya, ini anak elo ndlak-ndlok ngantuk, dah masuk jam bobo siang ... Lama amat dah perkara pesen satu porsi doang!"

"Sabar napa! Mo pesen, eh, malah ngambil duit merah maenan yang anak elo masukkin ke dompet gue ..." kesal Wiwit, dia pun beranjak setelah menelan Sushi dan menandaskan habis minuman Indra, yang dia minum tadi.

"Mane diketawain Mbak kasir, lagi! Siapa babehnya? Kaga bisa bet etdah, didik anak ..."

Sebelum pergi, pria cungkring itu menatap Indra, "Maap, ye, bang ... Bini gue kurang ajar banget makan sama minum punya lu, tapi sori-sori nie, gue kaga bisa ganti ... Cuman bisa berdoa, moga rezeki abang sederas air zam-zam! Misi bang ..."

"O-oh, iya ... Gapapa, Mas. Aamiin."

Dia pun menyusul bininya, yang pergi memesan seporsi Sushi untuk dibawa pulang sambil menggendong depan putrinya dengan satu tangan dan satu tangan ke depan, "Heh, bini somplak! Tungguin nape! Ntar Laura ke bangun, tantrum lagi dah ... Ujung-ujungnya gue juga yang ngurusin ..."

Hati Indra menghangat. Dia masih mengamati lamat-lamat mereka bertiga, dari awal memesan sampai keluar outlet, kini siluet mereka telah hilang dari garis edar Indra. Dia terkekeh, tidak menyangka gadis tomboi dan nakal itu, Wiwit Kurniasari, berjodoh dengan adik kelas yang sering kena kibul dan jebakan batmannya, Waluyo Adi Setiawan.

Catherine menawari setengah piring Sushi yang belum dia makan dan botol air mineral yang masih segel kepada Indra. Pria itu tidak menolak, walaupun sebenarnya dia bisa memesan lagi. Dia malah senang memakan bekas istrinya, karena tidak pernah makan dan jarang makan sepiring berdua.

"Makasih ... Mah."

1
Ada Rasaku
Ga usah plagiat/ATM, gunain otakmu sendiri.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!