Su Runa hanya ingin hidup tenang, bekerja santai, dan rebahan damai di apartemen kecilnya. Tapi siapa sangka, setelah satu malam penuh deadline dan mie instan, hidupnya malah “di-upload” ke dunia kolosal sebagai… tokoh numpang lewat?!
Kini dengan nama Yun Ruona, ia mendapati dirinya bukan putri bangsawan, bukan tokoh utama, bahkan bukan penjahat kelas kakap—melainkan karakter sampingan yang kalau muncul, biasanya cuma jadi latar pemandangan.
Awalnya, hidupnya berjalan damai. Sistem hanya memberi satu misi: “Bertahan Hidup.” Tidak ada skenario aneh, tidak ada takdir tragis, tidak ada paksaan ikut alur novel. Ia tumbuh sebagai gadis biasa, menjalani kehidupan versinya sendiri—bebas dan santai.
…sampai takdir iseng mempertemukannya dengan seorang pria misterius. Sejak saat itu, hidup Yun Ruona yang tenang berubah jadi drama tak terduga, penuh salah paham kocak dan situasi yang bikin geleng-geleng kepala.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Najwa Aaliyah Thoati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15: Boneka Jadi, Emas Berlimpah
Ia menatap bonekanya, lalu dengan hati-hati mengikatkan batu itu pada seutas benang, melilitkannya di leher boneka kain kecil itu. Cahaya lembut mengalir di permukaannya, hanya terlihat oleh Yun Ruona.
Bagi yang lain, itu cuma boneka dengan kalung batu.
“Lihat, Niangqin,” katanya dengan nada lembut, “sekarang Xiao Ming jadi lebih hidup dengan kalung ini.”
Su Yulan tersenyum sambil menatap putrinya — tidak tahu mengapa, tapi ada sesuatu yang membuat dadanya hangat sekaligus getir.
Mungkin karena anak sekecil itu sudah bisa memberi kehidupan pada sesuatu dengan caranya sendiri.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sore hari, ketika langit mulai berubah jingga, Yun Ruona duduk di depan jendela, memeluk Ming. Angin dari luar berembus lembut, membawa aroma bunga liar yang baru mekar.
Ia menatap jauh ke sawah yang mulai sepi, membayangkan gerobak kakaknya yang kini entah di mana.
Rasanya aneh — seperti ada ruang kosong di dadanya, tapi batu di leher Ming memancarkan kehangatan samar, seolah berkata “kau tidak sendirian.”
Yun Ruona tersenyum tipis. “Aku akan hidup,” bisiknya.
“Meski tidak tahu caranya, aku akan belajar.”
Dan mungkin, di antara bisikan angin, ada sesuatu yang menjawab —
suara lembut, datar, tapi penuh ketegasan yang hanya dia bisa dengar:
>【Misi tercatat. Status: aktif.】
>【Pemantauan awal dimulai.】
>【Selamat datang, Yun Ruona.】
Suara itu hilang secepat datangnya. Batu di kalung boneka itu berpendar lembut sekali, lalu padam.
Yun Ruona menatapnya, tidak takut, hanya bingung. Lalu ia mendengus pelan, memukul pelan kepala bonekanya.
“Kau dengar itu, Xiao Ming? Katanya aku punya misi untuk hidup. Tapi aku, 'kan, memang hidup!”
Ia menatap langit.
“Dasar sistem bodoh,” gumamnya.
Pelayan yang melihat dari kejauhan terkekeh. “Nona kecil kita marah pada bonekanya lagi!”
Yun Ruona melirik mereka, lalu cepat-cepat memeluk Xiao Ming erat-erat.
“Tidak apa-apa,” bisiknya lembut. “Kalau hidup memang misi ... maka kita akan melakukannya bersama-sama, Oke? Xiao Ming kau dengar itu, 'kan?”
Di luar jendela, matahari turun perlahan, membiaskan cahaya keemasan yang jatuh di rambut hitamnya. Di dada boneka kecil itu, batu bening memantulkan kilau terakhir hari — seperti titik cahaya kecil yang bersumpah untuk tidak padam.
Dan sejak hari itu, dunia kecil Yun Ruona mulai berubah — dari halaman sunyi, dari tangan mungil yang menjahit boneka pertama, dari batu bening yang berisi rahasia hidup, dari seorang anak yang menatap langit sambil berkata dalam hati:
“Aku akan tetap hidup — sampai aku tahu mengapa harus hidup.”
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Malam tiba perlahan di Yunshan. Suara jangkrik mulai terdengar bersahutan di balik rumpun bambu, menyatu dengan desir angin yang menelusup dari celah jendela. Lilin di kamar Yun Ruona bergetar kecil, cahayanya menari di dinding, memantulkan bayangan boneka mungil di pangkuannya.
Ia menatap batu di dada boneka itu sekali lagi. Cahaya kecil tadi sudah padam, namun entah kenapa, setiap kali ia menggenggam boneka itu, hatinya merasa lebih hangat — seperti ada sesuatu yang berdenyut lembut di balik kainnya.
“Xiao Ming,” bisiknya, “aku tidak tahu kenapa aku ada di sini, tapi mulai sekarang kita teman, ya? Kamu ada ide yang kubawa dari dunia modern. Di dunia dan zaman ini, boneka beruang sepertimu masih belum ada. Nanti, aku akan membuatmu jadi lebih bagus lagi. Tungga sampai tanganku lebih besar sedikit, ya?”
Boneka itu tentu tidak menjawab, tapi entah kenapa, Yun Ruona merasa seolah ada angin kecil yang menyentuh ujung rambutnya — lembut, seperti belaian halus.
Di luar kamar, pelayan muda bernama Ling’er yang sedang membawa baki air berhenti di ambang pintu. Ia tersenyum kecil melihat Nona kecilnya duduk sendiri sambil bercakap pada boneka.
“Sepertinya Nona muda benar-benar menyukai boneka itu,” gumamnya lirih, sebelum melangkah pergi agar tidak mengganggu.
Namun begitu langkah pelayan itu menjauh, sesuatu di dalam kamar berubah.
Bayangan lilin di dinding bergoyang lebih cepat. Batu bening di dada Xiao Ming bergetar nyaris tak terdengar, memancarkan cahaya redup — seolah merespons kata “hidup” yang baru saja diucapkan oleh gadis kecil itu.
Lalu... suara samar muncul di benaknya.
>【Pemantauan awal berjalan. Energi emosi: terdeteksi.】
>【Subjek utama: stabil.
>【Mulai sinkronisasi—】
Yun Ruona tersentak kecil. Ia memandang sekeliling. “Siapa yang bicara?”
Tidak ada siapa-siapa.
Cahaya lilin berkerlip, angin kembali berhembus, seolah tidak ada yang terjadi.
“Apakah itu mimpi?” bisiknya. Tapi perasaannya tidak salah — suara itu nyata, bahkan terasa seperti bergetar di dalam kepalanya, bukan dari luar.
Ia menggigit bibir kecilnya, lalu memeluk bonekanya lebih erat. “Aku tidak takut. Aku hanya ... ingin tahu.”
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Dua minggu telah berlalu, tanggal 10 bulan 5 tahun 475, sinar matahari Yunshan yang lembut menyapa halaman belakang rumah keluarga Yun. Burung-burung kecil berloncatan di pagar bambu, dan pelayan sedang menjemur pakaian di tali panjang. Angin membawa aroma bunga liar, menari lembut di antara daun-daun muda.
Yun Ruona duduk di bangku batu, memandangi boneka kainnya yang kini mengenakan kalung batu bening. Dengan ranting kecil, ia menggambar sesuatu di tanah — lingkaran dan garis-garis yang tampak acak, tapi jika dilihat seksama, membentuk pola aneh seperti simbol yang belum dikenal.
“Nona Muda sedang menggambar apa?” suara lembut terdengar dari belakang.
Ling’er, pelayan muda yang biasanya menemani Yun Ruona, menghampiri dengan membawa nampan kecil berisi camilan kering dan segelas susu kedelai hangat. Senyum tipis menghiasi wajahnya; ia terbiasa melihat majikannya melakukan hal-hal tak terduga.
“Tidak tahu,” jawab Yun Ruona pelan tanpa mengangkat kepala. “Tangan ini bergerak sendiri. Seperti ada yang membimbing.”
Ling’er terkekeh pelan. “Nona Muda memang berbeda dari anak-anak lain. Kalau bukan menjahit boneka, ya menggambar pola aneh.”
Ia menunduk sedikit, memperhatikan coretan di tanah. “Hm... seperti jaring laba-laba, tapi lebih rapi. Cantik sekali.”
Yun Ruona menatapnya sebentar lalu tersenyum. “Kau tahu, Ling’er... kadang aku merasa bonekaku hidup. Kalau aku berhenti membuat sesuatu, dia akan sedih.”
Ling’er hampir menjawab, tapi tiba-tiba teringat sesuatu yang membuatnya menelan kata-kata. Ia menaruh nampan di meja batu dan berkata hati-hati, “Oh, ngomong-ngomong, Nona... boneka yang dulu Nona buat itu, laku keras di pasar.”
“Maksudmu... boneka yang telinganya miring itu?” Yun Ruona memiringkan kepala.
Ling’er menahan tawa. “Iya, yang itu. Sekarang ada seorang pembuat boneka bernama Madam Chen yang membuat versi lebih bagus dari rancangan itu. Katanya, banyak keluarga terpandang yang memesan. Bahkan keluarga Zhou dari desa sebelah.”
Yun Ruona memegang dagunya, tampak berpikir serius. “Madam Chen...” gumamnya pelan. “Aku tak ingat pernah mengenalnya.”
“Ah,” Ling’er tersenyum canggung, “mungkin itu hanya nama dagang. Hahaha ... Nyonya bilang begitu. Kadang ide bagus memang perlu tangan dewasa untuk dijahit sempurna.”
“Oh.” Yun Ruona menatap bonekanya lama-lama, lalu mengangguk mantap. “Kalau begitu, aku ingin bertemu Madam Chen. Aku ingin bilang terima kasih karena sudah menjaga rahasia bonekaku.”
Ling’er tertegun sejenak.
✨ Bersambung ✨
Tentang reinkarnasi jadi bayi, trus tetiba ada sistem. Tapi sistemnya bukan membantu si FL punya kehidupan lebih baik. Lebih ke sistem yang menghubungkan perasaan atau ikatan hubungan gitu. Ini sistem yang baru sih.
Dari judulnya Panduan Tokoh Numpang Lewat. sempet di sebutkan bentar di bab 1 & 4 tentang novel dan ingatan FL. Tapi masih belum di temukan. Ini sangat pas, berarti tokoh numpang lewat itu beneran lewat aja di buku tanpa ada yang kenal dan sadar akan keberadaannya.
Sepertinya dari 24 bab ini masih pembuka cerita. belum masuk ke intinya. Mungkin semakin ke tengah, akan semakin terbuka alur-alur tersembunyi lainnya.
Good job Author. Aku suka gaya pikirmu. Lanjutkan! aku dukung .... /Joyful//Determined//Applaud//Rose//Heart//Good/
bikin nagih deh. ditunggu bab berikutnya, ya!
/Good/
dengan berkat dukungan dan cinta kalian, aku bisa tetap ada di sini dan tetap melanjutkan kisah ini, meski gak mudah.
makasih semuanya! love U All ....
/Rose//Heart//Pray/
Kutunggu dewasamu, Nana!
alurnya mulus bgt. gak kerasa kepaksa alurnya, kayak lagi naik rollercoaster!
pokok sukak bgt!!!!
semangat mamathor!
/Drool//Angry//Determined/