Di Chicago modern, kekuasaan bukan lagi soal siapa yang paling banyak menembak. Tapi siapa yang paling bersih menutupinya.
Kenalan dengan Luca Rossi, si Cleaner. Dia bukan tukang bersih-bersih biasa, tapi Consigliere dingin yang jadi otak di balik organisasi mafia Moretti. Dinding kantornya rapi, suit-nya mahal, tapi tangannya berlumur semua dirty work Keluarga—dari pembukuan yang dimanipulasi sampai menghilangkan jejak kejahatan.
Masalahnya, kini Keluarga Moretti di ambang collapse. Bos lama sekarat. Kekuasaan jatuh ke tangan Marco, si pewaris baru yang psikopat, ceroboh, dan hobi bikin drama. Marco melanggar semua aturan, dan Luca tahu: kalau dia diam, seluruh empire mereka hancur. Dengan bantuan Sofia, istri Bos yang terlihat polos tapi menyimpan banyak kartu, Luca memutuskan satu hal brutal: Ia harus mengkhianati bos barunya sendiri.
Di tengah rencana kotornya, Luca bertemu Isabella. Dia cantik, pintar, dan vibe-nya langsung nyambung sama Luca yang kaku. Luca akhirnya merasakan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adrina salsabila Alkhadafi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23:THE PARIS PARADOX
Luca melihat peta Paris yang dicetak di atas meja mahoni, kontras tajam dengan laporan keuangan yang ia abaikan. Ancaman Falcone telah bermetamorfosis. Mereka tidak lagi menyerang Moretti Corp; mereka menyerang kelemahan terbesarnya: Isabella, dan hasrat Luca untuk membersihkan kekacauan yang ditinggalkannya.
Sofia Moretti dan Don Calvino, yang kini tinggal di Chicago untuk mengawasi tahta, menatap Luca dengan tatapan yang sama—perpaduan antara kekaguman dan kecurigaan.
"Falcone tahu. Mereka tahu dia adalah satu-satunya yang bisa meretas pertahanan kita," kata Sofia, menunjuk pada pesan Isabella yang menyebutkan kerentanan baru. "Ini jebakan, Luca. Mereka ingin kau meninggalkan Chicago."
"Aku tahu," balas Luca. "Tapi jika mereka mendapatkan Isabella, mereka tidak hanya mendapatkan kerentanan firewall. Mereka mendapatkan data tentang semua yang kami lakukan—mulai dari penangkapan Rocco hingga pembersihan Vincenzo. Mereka mendapatkan The Cleaner."
Don Calvino, yang jarang berbicara, akhirnya angkat suara, suaranya mengandung otoritas. "Jika kau pergi, The Ghost, tinggalkan Chicago bersih. Aku akan mengawasi tahta. Jangan buat aku menyesal telah memercayaimu."
Luca mengangguk. Dia telah membersihkan ancaman internal. Kini, dia harus membersihkan yang eksternal.
"Vito," perintah Luca. "Siapkan jalur penerbangan. Kali ini, tidak ada mobil sewaan. Kita bergerak cepat."
Luca tahu, dia harus bergerak seperti The Ghost sejati di Paris—kota yang penuh dengan kamera keamanan, turis, dan agen intelijen. Di Paris, stealth lebih mahal daripada peluru.
Luca dan Vito tiba di Paris di bawah penutup kegelapan. Mereka menyewa sebuah apartemen di arrondissement terpencil, menggunakan identitas palsu yang sempurna. Paris terasa seperti panggung teater yang rumit, tempat yang terlalu indah untuk kekejaman yang akan terjadi.
Luca menggunakan sinyal yang dikirim Isabella—sebuah alamat email yang hanya aktif selama lima menit setiap jam—untuk melacak pergerakannya. Isabella tidak bersembunyi. Dia bergerak cepat, berpindah-pindah hotel dan kafe, menciptakan jejak yang sengaja dibuat rumit. Dia adalah umpan yang aktif.
Luca akhirnya berhasil mengirimkan pesan rahasia: "Stasiun Metro Louvre. Besok, jam 10 pagi. Sendirian."
Pagi harinya, Luca meninggalkan Vito di luar, siap untuk pengalihan jika perlu. Luca masuk ke labirin bawah tanah Stasiun Louvre. Dia mengenakan pakaian santai, bergerak di antara kerumunan turis, namun matanya memindai setiap wajah yang terlalu fokus, setiap gerakan yang terlalu lambat.
Luca melihat mereka—tiga pria Italia berjas gelap, diposisikan secara strategis, tidak terlihat seperti turis atau pengusaha. Mereka adalah tim pemburu Falcone, yang dikirim langsung dari Las Vegas. Mereka telah menunggu Isabella.
Luca melihat Isabella. Dia duduk di bangku, berpura-pura membaca buku panduan, namun matanya waspada. Luka di bahunya sudah sembuh, tetapi ketegangan di wajahnya terlihat jelas.
Luca tidak berjalan ke arahnya. Dia berputar di belakang tim Falcone.
Duel di Stasiun Louvre bukanlah tentang tembakan. Itu tentang presisi, waktu, dan fear factor dari The Ghost.
Pria pertama Falcone, yang berdiri di dekat mesin tiket, merasakan sentuhan dingin di punggungnya. Luca menancapkan jarum bius kecil, yang diambil dari peralatan medis Vito, tepat di titik saraf. Pria itu ambruk ke lantai, terlihat seperti korban serangan jantung di tengah keramaian. Tidak ada yang panik; mereka mengira itu adalah masalah medis.
Pria kedua Falcone berada di peron, menatap Isabella. Luca menggunakan kerumunan yang keluar dari kereta untuk menutupinya. Luca menyentuhnya, memutar lengan pria itu dengan kecepatan yang mematikan, menjepitnya ke dinding, dan membisikkan satu kata di telinganya: "Moretti." Rasa sakit dan teror mengakhiri perlawanan pria itu; ia pingsan.
Pria ketiga, pemimpin tim Falcone, melihat kekacauan itu dan bergerak menuju Isabella, menyadari jebakan itu.
Luca bergerak cepat. Dia melompat pagar pembatas, berlari di sepanjang rel yang sepi, dan muncul dari balik pilar, memotong jalan pemimpin tim Falcone.
Pemimpin Falcone menarik pistol. Luca tidak.
Luca melemparkan sekantong debu cayenne pepper murni yang ia siapkan dari dapur apartemen—senjata yang kotor dan efisien—tepat ke wajah pria itu. Pria itu menjerit kesakitan, matanya terbakar.
Luca mengambil pistolnya, membiarkan pria itu jatuh ke lantai, terbatuk dan menangis.
Isabella berdiri, menatap Luca yang berdiri di tengah kekacauan yang hening itu—tiga pria Falcone telah dinetralisir dalam dua menit tanpa satu tembakan pun.
"Kau berlebihan," bisik Isabella, napasnya tertahan.
"Itu adalah pesan, Isabella," balas Luca. "Pesan kepada Falcone: The Ghost ada di Paris."
Mereka melarikan diri ke apartemen Isabella yang disewa—sebuah ruang elegan dengan balkon yang menghadap ke jalan-jalan sempit.
"Falcone tahu. Mereka mendapatkan informasi tentangku dari seorang hacker di Paris," jelas Isabella, menyerahkan sebuah flash drive kecil kepada Luca. "Aku mengunduhnya sebelum mereka menyentuhku. Mereka mencari data tentang penangkapan Ayahku. Mereka percaya Ayahku akan dibebaskan jika mereka membuktikan bahwa Cleaner Moretti adalah penjahat yang diburu."
Luca menganalisis data itu. Isabella telah menemukan bukti bahwa hacker Falcone berusaha keras untuk menghubungkan identitas Luca Rossi dengan The Ghost dari Palermo.
"Aku bisa membersihkan hacker itu dari sini," kata Luca, matanya menyala.
"Tidak. Dia adalah umpan terakhir. Falcone tidak akan menyerah sampai mereka melihat kita berdua mati di depan umum," kata Isabella. "Kita harus menghadapi mereka di tempat kita bisa memenangkan permainan tanpa menumpahkan darah lagi."
Isabella menunjuk ke data yang ia kumpulkan. "Ada lelang seni rahasia di Paris malam ini. Lelang untuk mengumpulkan uang bagi organisasi kriminal yang terluka—termasuk Falcone. Mereka akan hadir. Dan Jaksa Veronica Vance, dari Federal, juga ada di Paris. Dia sedang memburu Falcone di Eropa."
Luca melihat rencana itu. Itu adalah rencana yang kacau, berbahaya, dan brilian.
"Kau ingin mempertemukan Falcone, kita, dan Jaksa Vance di satu ruangan?" tanya Luca, senyum tipis, berbahaya, muncul.
"Aku ingin membersihkan semua variable sekaligus, Luca," jawab Isabella, tatapannya menantang. "Kita akan membuat Falcone ditangkap Vance atas kejahatan di Eropa. Itu adalah satu-satunya cara Vance akan meninggalkan Chicago."
Mereka berdua menghabiskan sisa hari itu merancang pembersihan yang paling rumit—sebuah opera sabotase dan kecerdasan.
Saat senja tiba, Luca dan Isabella berdiri di balkon, menatap Paris.
"Aku tidak bisa terus-menerus menyelamatkanmu, Isabella," kata Luca, suaranya mengandung pengakuan yang menyakitkan. "Kau terlalu berbahaya bagi hidupku. Aku terlalu berbahaya bagi hidupmu."
"Aku tahu," balas Isabella. "Kita adalah paradoks, Luca. Kita hanya berfungsi ketika kita bertarung. Kita hanya aman ketika kita jauh."
Isabella meraih tangan Luca. Sentuhan itu tidak lagi mematikan; itu adalah janji perpisahan.
"Malam ini, kita selesaikan ini," kata Isabella. "Aku akan mengarahkan Vance ke Falcone. Kau akan memastikan kita tidak tertangkap di tengahnya."
Luca mengangguk. Dia adalah The Ghost, tetapi malam ini, dia adalah alat di tangan The Auditor yang lebih dingin dan lebih kejam. Dia telah kembali ke Eropa untuk menyelamatkan wanita yang dicintainya, dan kini, untuk terakhir kalinya, ia akan menjadi senjata terbersihnya.