NovelToon NovelToon
Bukan Yang Pertama Untuk Cinta Pertama

Bukan Yang Pertama Untuk Cinta Pertama

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Selingkuh / Dijodohkan Orang Tua / Nikah Kontrak / Cintapertama
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Pertiwi1208

"Jadi kamu melangsungkan pernikahan di belakangku? Saat aku masih berada di kota lain karena urusan pekerjaan?"

"Teganya kamu mengambil keputusan sepihak!" ucap seorang wanita yang saat ini berada di depan aula, sembari melihat kekasih hatinya yang telah melangsungkan pernikahan dengan wanita lain. Bahkan dia berbicara sembari menggertakkan gigi, karena menahan amarah yang menyelimuti pikirannya saat ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pertiwi1208, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11

Rutinitas mengoles lotion berjalan hingga beberapa hari ke depan, Arya pun juga sangat menikmati dan semakin berani memainkan perannya, hingga suatu malam. "Apa?" tanya Mery saat melihat Arya tengah menodongkan kedua tangannya.

"Mana lotionnya, sini aku oleskan," pinta Arya sembari mengulas senyum.

"Gak ada," jawab Mery singkat. Bahkan saat ini Mery keluar dari kamar mandi sudah mengenakan piyama tertutup. Meskipun baju dan celananya pendek, tapi bahannya tidak menerawang.

"Apa kamu sudah tidak memakai lotion lagi?" tanya Arya dengan masih penasaran.

"Bukan tidak pakai, tapi sudah habis," jawab Mery yang sudah duduk di depan meja rias dan bersiap memakai cream wajah.

"Kenapa kamu tidak beli? Perasaan kemarin masih ada tinggal sedikit," tanya Arya yang terus mengejar.

"Ya suka-suka aku dong, tadi sisanya sudah aku pakai di tangan sama kaki, udah habis sekarang," jawab Mery.

"Apa uang bulanannya kurang?" tanya Arya.

"Sebenarnya tidak kurang, tapi jika kamu ingin menambahkan juga pasti aku terima dengan senang hati," ucap Mery. 

Arya segera mengambil ponselnya di atas nakas. Mery pun melirik dari kaca yang ada di depannya.

"Yang banyak ya," ucap Mery.

Ting.

Sedetik kemudian, notifikasi pun terdengar masuk di ponsel Mery. Mery mengulas senyum tipis yang hampir saja tidak terlihat, padahal sebenarnya hatinya saat ini sedang berbunga-bunga. Mery memasang ekspresi wajah cuek dengan tetap melanjutkan aktivitasnya di depan meja rias hingga selesai. Barulah dia menyusul Arya yang sudah duduk lebih dulu di atas ranjang sembari memainkan ponselnya.

"Banyak banget?" tanya Mery setelah mengetahui saldonya bertambah 10 juta.

"Ya itu buat beli lotion semua," ucap Arya yang masih fokus pada ponselnya.

"Bisa-bisa licin kulitku kayak kena siram minyak goreng kalau kayak gitu caranya," ucap Mery.

"Pokoknya itu semua buat perawatan wajah sama tubuh kamu, nanti kalau kurang kamu bilang aja, aku transfer lagi," ucap Arya.

Mery meletakkan ponselnya lagi di atas nakas, kemudian dia duduk di depan Arya sehingga mereka sekarang saling berhadapan. Mery tidak mengucapkan apapun, dia hanya memandangi Arya dengan tatapan dalam. "Ada apa? Apa ada yang aneh di wajahku?" tanya Arya yang mulai salah tingkah. 

Mery tidak menjawab, dia tetap memandangi Arya dengan tatapan tajam, hingga Arya pun menyudahi aktivitasnya dengan ponsel dan menatap balik Mery

Cup.

Sedetik kemudian, Mery tiba-tiba saja mendaratkan kecupan di bibir Arya. Hanya kecupan, tidak ada lumatan atau apapun, tapi hal tersebut rupanya mampu membangkitkan aliran listrik yang ada di tubuh Arya. Setelah memancing Arya, Mery segera kembali duduk di sebelah Arya dan memainkan ponselnya, membiarkan Arya begitu saja dengan perasaan yang sudah teraduk-aduk. "Hanya seperti itu?"  monolog Arya dalam hati, sembari melirik ke arah Mery, tapi Mery sepertinya terlihat cuek dan biasa saja.

"Apa kamu tidak kelelahan?" tanya Arya akhirnya.

"Lumayan, karena aku masih harus menyesuaikan diri di lingkungan baru," jelas Mery.

"Kenapa kamu tidak bilang padaku kalau melamar di perusahaan Gavin? Tau gitu kan kamu bisa jadi sekretarisku," ucap Arya.

"Gak mau ah, bosen lihat kamu terus," jawab Mery yang seketika membuat Arya terkejut.

"Eh, kamu tau gak Arya?" tanya Mery.

"Gak tau," jawab Arya dengan cuek dan kesal.

"Tadi di kantor, aku... " Mery pun menceritakan semua aktivitasnya selama seharian di kantor dengan antusias. Awalnya Arya tidak menghiraukan karena masih merasa kesal, tapi lambat laun dia akhirnya juga mengikuti alur Mery dan mendengarkan cerita Mery, sesekali juga Arya menyela ucapan Mery dan mereka tertawa bersama.

***

Keesokan harinya.

Saat ini Mery dan Gavin baru saja pulang dari restoran, karena harus melakukan janji temu dengan seorang klien. Setelah sampai di parkiran depan kantor, tiba-tiba saja Gavin melihat ada seorang wanita yang memaksa masuk ke kantor dengan membawa banyak barang. "Hany," gumam Gavin setelah dia menyipitkan matanya, dia ingin memastikan siapa yang ada di depan kantor tersebut.

Grep.

Saat Gavin hendak turun dari mobil dengan raut wajah yang sudah geram, tiba-tiba saja Mery memegang tangannya. "Ada apa Mery?" tanya Gavin sembari menoleh ke arah Mery yang duduk di sebelah kursi pengemudi.

"Apa kamu bisa menolongku?" tanya Mery.

"Tenang saja Mery, aku akan segera mengusirnya dari sini. Itu dia memang tidak bisa masuk, karena sudah aku infokan ke semua security," jelas Gavin.

"Tidak Gavin, biarkan dia masuk," ucap Mery.

"Apa?" tanya Gavin yang tidak mengerti.

"Percayalah padaku, hubungi security dan bilang agar wanita itu bisa masuk. Lalu pindahkan mobil ini sedikit mundur, agar kita bisa melihat ruangan Arya dari bawah sini," pinta Mery.

"Apa kamu yakin?" tanya Gavin.

"Hmb," jawab Mery dengan penuh keyakinan.

Gavin segera menutup kembali pintu mobil yang tadi sempat dibukanya sedikit, kemudian dia pun melakukan apa yang dipinta Mery.

Awalnya menghubungi security, setelah memastikan bahwa Hany masuk, Gavin pun segera memundurkan mobilnya, sehingga mereka bisa melihat punggung Arya yang ada di lantai dua dari bawah, melalui dinding kaca yang besar. Mery segera membuka kaca mobilnya dan menarik nafas dalam. "Tunggu Gavin, sebentar lagi akan ada pertunjukan," ucap Mery sembari mengulas senyum. 

Gavin yang belum tahu apa-apa malah merasa khawatir melihat keadaan yang sepertinya akan tidak stabil.

***

BRAAK!

"Arya!!" teriak Hany sembari membuka pintu ruangan Arya dengan kasar.

"Hany?" Arya merasa sangat senang tatkala melihat Hany datang menemuinya di kantor, karena merasa bahwa langkahnya sudah berjalan dengan lancar.

Bugh.

"Apa maksud dari semua ini!" teriak Hany sembari melemparkan semua barang yang sejak tadi dibawanya ke lantai begitu saja, tepat di sebelah meja kerja Arya. Ada tas, baju, kotak perhiasan dan masih banyak lagi barang-barang mewah.

"Kenapa Hany? Apa barang-barang yang aku berikan masih kurang?" tanya Arya dengan tetap duduk di kursinya.

"Oh, jadi kamu sengaja melakukan semua itu?" tanya Hany.

"Iya, bukankah kamu sangat suka dengan barang-barang mewah ini? Aku memang sengaja membelikannya untukmu," jawab Arya dengan tidak merasa bersalah.

Terlihat Hany sedang menarik nafas dalam untuk meredakan emosinya. Sementara Mery mengulas senyum di parkiran mobil. Saat ini Mery dan Gavin sedang melihat siaran langsung perdebatan antara Arya dan Hany yang direkam diam-diam oleh sekretaris Arya, tentu saja semua itu atas perintah Gavin, karena juga permintaan Mery. "Kenapa kamu malah senyum-senyum?" tanya Gavin.

"Ssst ... " Mery segera meletakkan jari telunjuknya di atas bibir agar Gavin berhenti berbicara ataupun bertanya.

"Jika kamu memang ingin memberikannya untukku, lantas kenapa semua tagihannya kamu bebankan di kartu kreditku Arya?" teriak Hany, dia sedari tadi terus menggunakan intonasi tinggi di pada Arya.

"Bagaimana bisa seperti itu?" tanya Arya dengan kebingungan.

"Pertunjukan akan segera dimulai," bisik Mery sembari melihat layar ponselnya, terlihat Mery sedang mencari nama Arya dan segera menghubunginya.

Tuuuut ...

Saat dua sejoli di lantai 2 itu masih terus berdebat, tiba-tiba saja Mery menghubungi Arya, hingga terlihatlah oleh Hany, saat telepon genggam Arya berbunyi dan menyala. Tertulis di layar ponsel tersebut 'Istriku' dengan gambar hati, juga foto Arya saat mengoleskan lotion di paha Mery dengan tatapan ingin dan menikmati. 

"Apa itu Arya?" pekik Hany dengan mata yang melotot sembari menunjuk ponsel Arya yang masih berdering dan menyala di atas meja.

Sementara Mery yang ada di parkiran mobil terus mengulas senyum. "Oh, jadi telepon ku tidak dihiraukan," ucap Mery. Mery segera mengganti photo profilnya dan menghubungi Arya lagi. Kali ini terlihat ponsel Arya yang menyala dengan foto Arya yang tengah tertidur di tengah-tengah dua gundukan kenyal milik Mery, bahkan kedua gundukan itu tidak terbungkus bra, hanya dua tonjolan kecil yang tertutup plester.

"Arya!!!" Hany berteriak lagi dengan sangat kencang, sehingga membuat sekretaris Arya terkejut dan segera menyudahi sambungan teleponnya dengan Gavin.

"Memang apa yang kamu lakukan Mery, sehingga membuat Hany sangat kesal seperti itu?" tanya Gavin dengan penasaran.

"Lihatlah, aku menggunakan dua foto ini sebagai photo profilku barusan," ucap Mery yang tidak bisa berhenti tertawa sembari menyodorkan ponselnya pada Gavin.

Glek.

Tentu saja Gavin segera menelan salivanya, saat melihat pemandangan yang indah tersebut, tidak ingin berlama-lama melihat aset istri sahabatnya, Gavin pun segera mengembalikan ponsel Mery. "Eh maaf Gavin, aku tidak sadar sudah menunjukkan foto itu padamu," ucap Mery yang baru menyadari kesalahannya. Gavin hanya mengulas senyum tipis dengan malu.

"Maaf juga aku sudah melihatnya," ucap Gavin dengan gugup.

"Tidak apa, lupakan saja," ucap Mery yang segera menguasai kecanggungan di antara mereka berdua.

"Tapi kamu sangat hebat Mery," ucap Gavin sembari mengacungkan jari jempolnya.

"Ayo kita segera turun, agar bisa berpapasan dengannya," ajak Mery yang segera melepas sabuk pengamannya. Gavin pun juga segera melepas sabuk pengaman dan menyusul Mery yang sepertinya sudah tidak sabar.

Saat mereka berdua sedang berjalan, benar saja, di loby mereka berpapasan dengan Hany. "Hai Hany," sapa Gavin yang seketika mengejutkan Hany, karena dia berjalan dengan cepat dan tidak memperhatikan sekitar.

"Hai Gavin," sapa balik Hany dengan suara lemas.

"Gavin, aku duluan ke lantai dua ya, aku tunggu di ruangan kamu," pamit Mery yang segera pergi begitu saja.

"Apa itu sekretaris barumu?" tanya Hany sembari menoleh sejenak dan melihat rambut panjang milik Mery yang sedikit bergoyang mengikuti langkahnya.

"Hmb, dia cantik kan?" tanya Gavin.

"Cantik sih, tapi sangat tidak beratitude," jawab Hany.

"Kenapa kamu menghardik sekretarisku seperti itu?" tanya Gavin.

"Lihatlah, dia tahu bahwa kamu sedang mengobrol denganku, tapi dia tidak menyapaku," keluh Hany. Dulu saat masih berpacaran dengan Arya, hampir seluruh karyawan Gavin sangat hormat padanya.

"Sekretarisku tidak punya kewajiban untuk menyapamu Hany," ucap Gavin yang seketika membuat Hany mencebikkan bibirnya.

"Apa kamu sungguh tidak tahu dengannya?" tanya Gavin.

"Memang siapa dia?" tanya Hany yang sebenarnya sudah malas menanggapi Gavin.

"Dia adalah istrinya Arya. Cantik kan dia?" tanya Gavin, seakan mengejek.

"APA???!!" pekik Hany, yang seketika itu juga, darah di kepalanya menjadi semakin mendidih.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!