NovelToon NovelToon
Suster Kesayangan CEO Lumpuh

Suster Kesayangan CEO Lumpuh

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / CEO / Cinta Seiring Waktu / Pengasuh
Popularitas:275.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ra za

Sebuah kecelakaan tragis merenggut segalanya dari leon—kesehatan, kepercayaan diri, bahkan wanita yang dicintainya. Dulu ia adalah CEO muda paling bersinar di kotanya. Kini, ia hanya pria lumpuh yang terkurung dalam kamar, membiarkan amarah dan kesepian melumpuhkan jiwanya.

Satu demi satu perawat angkat kaki, tak sanggup menghadapi sikap Leon yang dingin, sinis, dan mudah meledak. Hingga muncullah seorang gadis muda, seorang suster baru yang lemah lembut namun penuh keteguhan hati.

Ia datang bukan hanya membawa perawatan medis, tapi juga ketulusan dan harapan.
Mampukah ia menembus dinding hati Leon yang membeku?
Atau justru akan pergi seperti yang lain, meninggalkan pria itu semakin tenggelam dalam luka dan kehilangan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ra za, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15 Mulai Bangkit

Setelah memastikan Leon tertidur dengan tenang, Nayla dan Nyonya Gaby perlahan keluar dari kamar. Pintu kamar ditutup perlahan, agar tidak menimbulkan suara yang bisa membangunkan pria itu. Di luar kamar, suasana terasa hening, namun hati Gaby bergemuruh.

Tatapan Gaby tertuju pada leher Nayla yang memerah, bekas cekikan putranya tadi. Rasa bersalah langsung menyeruak di dadanya. Bukan hanya sebagai seorang ibu, tapi juga sebagai wanita yang merasa Nayla telah terlalu banyak berkorban untuk Leon.

“Nayla…” ucap Gaby pelan, namun suara itu sarat dengan beban emosi. “Maafkan Leon, ya… Karena merawat anak saya, kamu jadi terluka. Apa setelah kejadian ini… kamu masih ingin tetap merawatnya?”

Nayla menatap Gaby dengan senyum lembut, meski lehernya masih tampak memerah. Senyum yang menunjukkan kekuatan dan ketulusan, bukan kepura-puraan.

“Tidak apa-apa, Nyonya,” jawab Nayla lembut. “Hanya merah sedikit. Nanti juga sembuh kalau disapu salep. Saya tidak menyalahkan Tuan Leon. Saya tahu, dia sedang tidak baik-baik saja. Saya akan tetap merawatnya… selama saya masih dibutuhkan.”

Mata Gaby sedikit berkaca-kaca mendengar jawaban Nayla. Ia mengangguk perlahan, kemudian menggenggam tangan gadis itu.

“Terima kasih, Nayla. Hatimu benar-benar lembut. Aku beruntung kamu hadir dalam hidup Leon. Semoga setelah ini, dia tidak akan mengamuk lagi.”

Nayla hanya tersenyum. Belum sempat ia menjawab, suara langkah kaki terdengar mendekat. Seorang pria dengan jas hitam dan ekspresi khawatir datang dengan cepat. Rafa.

Rafa tahu betul bahwa Nyonya Gaby pulang terburu-buru dari kantor. Ia sudah menduga pasti ada sesuatu yang terjadi. Begitu semua urusannya selesai, ia langsung menyusul ke rumah keluarga Mahesa.

“Maaf, Tante… Bagaimana kondisi Leon?” tanya Rafa begitu sampai di hadapan mereka.

“Leon sudah tidur sekarang. Kondisinya sudah tenang,” jawab Gaby sambil menghela napas, masih terlihat lelah secara emosional.

Rafa kemudian mengalihkan pandangannya ke Nayla. Rasa penasaran dan khawatir tergambar jelas dari sorot matanya.

“Apa yang terjadi? Kenapa Leon bisa mengamuk lagi? Setahuku… sejak kamu merawatnya, dia tak pernah mengamuk seperti ini lagi.”

Gaby mendengarkan dengan seksama. Baru ia sadar, sejak tadi belum sempat bertanya pada Nayla tentang penyebab Leon mengamuk. Kepanikannya tadi membuatnya langsung berfokus menenangkan putranya.

Nayla tampak menunduk sejenak sebelum menjelaskan.

“Tadi sore, Tuan Leon minta saya menemaninya ke taman kota. Kami baru saja berjalan beberapa menit… saat tiba-tiba Tuan Leon minta pulang. Rupanya, ia melihat mantan kekasihnya di sana.”

Rafa langsung mengangguk pelan, seolah mengerti.

“Clarissa…” gumamnya.

Gaby menatap Rafa penuh tanya. Rafa hanya memberi anggukan kecil sebagai penegasan.

“Sejak kecelakaan itu, Leon memang sangat terpukul karena ditinggal Clarissa,” ujar Gaby, suaranya mengandung nada pilu. “Tapi aku tak menyangka bayangan perempuan itu masih sekuat itu mengganggunya.”

“Leon butuh waktu, Tante,” ujar Rafa pelan. “Tapi dia juga butuh orang-orang yang bisa membantunya pulih… seperti Nayla.”

Nayla hanya tersenyum tipis mendengar ucapannya. Tak ada yang mudah dalam merawat seseorang dengan luka sedalam itu, namun ia juga tak bisa meninggalkannya begitu saja. Ia sudah terlanjur peduli.

“Bolehkah aku melihat Leon sebentar?” tanya Rafa.

“Silakan,” jawab Gaby, mengangguk.

Rafa pun melangkah pelan menuju kamar Leon. Di belakangnya, Gaby dan Nayla hanya berdiri, saling diam dalam lamunan masing-masing.

---

Rafa melangkah masuk ke dalam kamar Leon dengan perlahan. Udara malam yang tenang menyelimuti ruangan, hanya terdengar suara detak jam di dinding yang berdetak pelan. Di atas ranjang, Leon tertidur dalam diam, wajahnya tampak tenang, meski masih meninggalkan bekas luka batin yang belum sembuh.

Rafa berdiri di tepi ranjang, menatap sahabat sekaligus atasannya itu dengan perasaan campur aduk. Dalam hati, ia berkata lirih, “Kamu harus kuat, Leon. Kamu harus bangkit. Jangan biarkan mereka menang.”

Rafa hendak berbalik dan melangkah keluar, namun langkahnya terhenti ketika sebuah suara serak namun tegas memecah keheningan.

"Apa kau sudah tahu tentang mereka?" suara itu berat, namun jelas.

Rafa menoleh. Leon sudah terjaga, menatapnya lurus dari ranjang. Meski tubuhnya lumpuh, sorot matanya kini mulai menunjukkan tanda-tanda kesadaran dan semangat yang perlahan tumbuh kembali.

Rafa berjalan kembali mendekat, wajahnya sedikit menegang. Ia tahu siapa yang dimaksud Leon.

"Maaf, Leon..." ucap Rafa dengan nada bersalah. "Sebenarnya aku sudah lama tahu. Sejak awal aku ingin memberitahumu, tapi aku khawatir dengan kondisi mentalmu waktu itu. Aku takut kamu akan makin jatuh."

Leon menghela napas panjang. Pandangannya kosong menatap langit-langit kamar, seolah sedang memutar kembali semua kejadian menyakitkan yang baru ia ketahui.

"Kapan kau tahu?" tanya Leon pelan.

"Beberapa minggu setelah kecelakaanmu. Aku menyelidiki mereka diam-diam, tanpa instruksi darimu. Aku minta maaf soal itu," ujar Rafa jujur. "Tapi aku merasa harus mencari tahu, dan ternyata… hubungan mereka bukan sekadar kebetulan. Mereka sudah dekat bahkan saat kamu masih di ruang ICU."

Tangan Leon mengepal di atas selimut. Meski tidak bisa berdiri, hatinya masih bergejolak. Luka karena pengkhianatan Clarissa dan musuhnya Davin, tidak hanya menghancurkan hatinya—tapi juga harga dirinya.

"Apa mereka ada rencana lain?" suara Leon terdengar pelan, tapi kali ini tidak ada nada putus asa di sana. Yang terdengar hanyalah… amarah yang terpendam.

Rafa mengangguk, lalu duduk di kursi di samping ranjang Leon.

"Sejauh ini, dari data yang kukumpulkan, mereka bersama mempunyai rencana untuk menjatuhkan mu, yang mana Davin yang memang sudah lama menaruh dendam dengan mu. Merasa kini adalah waktu yang tepat, ditambah lagi Clarissa lebih memilih nya. dan sekarang Clarissa mendukung sepenuhnya rencana Davin.

Leon menutup mata. Hatinya perih, tapi kali ini bukan untuk menangis. Justru dari kepedihan itu, mulai tumbuh tekad. Kata-kata Nayla dan mamanya kembali terngiang di kepalanya.

“Kamu tidak sendiri.” “Kamu harus bangkit.”

"Terima kasih, Rafa," ucap Leon akhirnya. "Mulai sekarang, aku tak mau lagi dikasihani. Aku harus kembali, dengan cara apapun."

Rafa tersenyum lega mendengar ucapan itu.

"Itu yang ingin aku dengar dari kamu. Aku, Nayla, Tante Gaby... semua ada untukmu, Leon. Tapi perjuangan ini tetap harus kau yang pimpin. Jangan biarkan Clarissa dan Davin tertawa di atas kehancuranmu."

Leon menatap Rafa. Tatapan yang dulunya kosong, kini mulai berubah. Ada bara kecil yang menyala, menandakan awal kebangkitan seorang pria yang pernah runtuh, namun tak akan menyerah.

"Aku akan kembali. Bukan karena dendam. Tapi karena aku ingin membuktikan, bahwa aku bukan pria lemah yang bisa mereka injak sesuka hati."

Rafa berdiri dan menepuk bahu Leon perlahan.

"Dan ketika waktunya tiba, aku akan berada di barisan paling depan untuk menyaksikan mereka tumbang."

Keduanya terdiam, namun dalam diam itu, terbentuk tekad dan kesepakatan. Luka mungkin belum sembuh, tapi semangat untuk bangkit telah kembali.

1
Lisa
Bahagia selalu y Rafa & Tia
Suhe Jallu
aduhh ini bang rafa kpn belah duren nya
suti markonah
untuk davin dan maya semoga saja berjodoh dan menerima keadaan masing² dan tidak mengulangi perbuatan buruk masa lalu..tinggal clarisa ini yg belum di eksekusi othorrr
suti markonah
kereeen thor~karna imajinasimu cukup bagus menurutku, dari kata perkata jelas dan rapi, jadi mudah di cerna
Zani: terimakasih kakak, 🥰
total 1 replies
(ツ)
Happy Wedding U/ Rafa & Tia ... 😘🥰
suti markonah
selamat berbahagia rafa tia~
Evi Lusiana
cemburu tp gengsi,clarisa gk nyadar cm d peralat
Lisa
Happy wedding for Rafa & Tia..bahagia selalu yaa..langgeng terus..Tuhan memberkati 🙏
Ani
ini pasti mata matanya musuh Leon nih
Ani
lah ada yang cemburu tidak bertempat nih... aku kira orang suruhan mantan dan musuh Leon.. ternyata pekerja nya toh..heeemmm
Ani
🤔🤔🤔🤔🤔 masih misteri
Rainah Suhandi
😊
Ani
aku masih penasaran sama sepasang mata yang menatap tak senang ketika Bibi Eli dan Nayla sedang ngobrol di dapur...
(ツ)
Gpp Thor...Semoga Cepat Sembuh...Semangattt Iyaa...😘🤗
Zani: terimakasih kak🙏🏻❤️
terimakasih do'a nya
InshaAllah semangat terus 💪
total 1 replies
suti markonah
lekas sembuh thorrr..biar bs cpt beraktifitas seperti biasa..semagattt💪💪💪
Zani: terimakasih kak,🙏🏻❤️
Alhamdulillah saya sehat, tapi anak yang sakit harus dirawat inap di RS
total 1 replies
Lisa
Gpp Kak..kita maklum koq..Kak Raza ya yg sakit ? cpt pulih y Kak .
Lisa: o gitu..cepat pulih y buat anaknya Kak Zani..
Zani: terimakasih kak,🙏🏻❤️
bukan, tapi anak yang sakit harus dirawat inap.
total 2 replies
suti markonah
mungkin barang berharga peninggalan orang tua nya
(ツ)
Hmmm...Benda Apa Tuh...???🤔🤔
Lisa
Apa y yg diberikan Rafa ke Tia..
Erni Erni
seorang davin aja jengkel ngadepin sikap lo clarissa, emg enak😏
beruntung lion berlian lo buang dapetnya berlian jg
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!