Farah meninggal karena dibunuh. Namun itu bukanlah akhir kehidupannya. Farah diberi kesempatan untuk hidup kembali sebagai siswi bernama Rasti. Siswi yang tidak lain adalah murid di sekolah suaminya bekerja.
Nama suami Farah adalah Yuda. Sudah memiliki dua anak. Hidup Yuda sangat terpuruk setelah kematian Farah. Hal itu membuat Farah berusaha kembali lagi kepada suaminya. Dia juga harus menghadapi masalah yang di alami pemilik tubuhnya. Yaitu menghadapi orang-orang yang sering membuli dan meremehkan Rasti. Sebagai orang yang pernah bekerja menjadi pengacara, Farah mampu membuat Rasti jadi gadis kuat.
Apakah Farah bisa membuat suami dan anak-anaknya mau menerimanya? Mengingat dia sekarang adalah gadis berusia 17 tahun. Lalu bagaimana nasib Rasti yang selalu diremehkan karena bodoh dan berbadan gemuk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15 - Tersaingi
Rasti terdiam. Ia tidak bisa membiarkan Yuda terus marah karena dirinya. Alhasil dia membiarkan lelaki itu pergi.
Kini Rasti tidak tahu lagi bagaimana cara mendekati Yuda. Lelaki tersebut sangat sulit didekati.
Rasti mendengus. Dia melangkah gontai menuju kelas. Namun langkahnya harus terhenti saat Iqbal menghalangi.
"Apa yang terjadi padamu? Apa kau bekerjasama dengan seorang guru di sekolah ini?" timpal Iqbal. Dia murid terpintar di kelas yang merasa kalah dengan kepintaran Rasti akhir-akhir ini.
"Apa maksudmu?" Rasti mengerutkan dahi.
"Tidak mungkin kan orang bodoh dalam satu hari bisa tiba-tiba jadi pintar?" balas Iqbal.
Rasti terkesiap. Dia sekarang mengerti kenapa lelaki di depannya marah.
"Jadi karena itu kau marah? Ya sudah. Mulai sekarang aku akan membatasi diriku. Aku akan biarkan kau meraih ranking satu. Apa kau puas?" pungkas Rasti. Dia segera beranjak menuju kelas.
Mata Iqbal terbelalak. Ia tak menyangka Rasti akan menyerah secepat itu.
Belum sempat sampai ke kelas, Rasti mendadak terjerembab ke lantai. Itu semua karena kaki Fatma yang sengaja menyandungnya saat Rasti kebetulan lewat.
Saat tubuh Rasti terhempas ke lantai, Fatma dan kedua temannya mengejek dengan cara berpegang erat ke dinding. Mereka juga bersikap seolah tanah bergetar akibat jatuhnya Rasti.
"Gila. Bumi sampai bergetar begitu saat kau jatuh. Sekuat itu ya kekuatan kuda nil," cetus Fatma. Dia tergelak bersama dua temannya.
Rasti perlahan berdiri dengan tatapan mendelik. Tanpa pikir panjang, dia mendorong Fatma, Nia, dan Elita secara bergantian. Ketiga gadis itu sontak terjatuh.
"Bagaimana rasanya kekuatan kuda nil?" timpal Rasti.
Fatma, Nia, dan Elita tercengang terhadap perlawanan Rasti. Mereka sampai tak bisa berkata-kata. Para murid yang kebetulan melihat juga merasa tak percaya.
Rasti dapat berjalan ke kelas dengan santai. Dia mengambil seragam dan segera berganti pakaian.
"Eh, Ras. Maaf soal tadi ya. Aku nggak bermaksud jahat padamu." Iqbal kembali bicara dengan Rasti. Sepertinya dia takut setelah mengetahui bagaimana Rasti melakukan perlawanan terhadap Fatma dan kawan-kawan.
"Nggak apa-apa kok. Mulai sekarang aku benar-benar akan membatasi diri. Tapi kalau tidak bisa meraih rangking satu, rangking dua pun tak masalah," ujar Rasti.
Iqbal menggaruk tengkuk sambil tersenyum kecut. Dia menyesal dengan sikapnya terhadap Rasti. Karena tidak mau kalah, dirinya sampai tega bergerak untuk menjatuhkan Rasti. Terlebih sikap lapang dada gadis tersebut membuatnya semakin tidak enak.
"Kau memangnya les dimana? Aku yakin kau pasti punya alasan bisa tiba-tiba menguasai banyak pelajaran," ucap Iqbal penasaran.
Rasti terhenyak. Kini dia yang menggaruk tengkuk. Mencoba mencari alasan yang logis. Ia tentu tidak dapat mengatakan kalau dirinya bukan Rasti yang sebenarnya.
"Aku belajar sendiri aja. Internet juga sangat membantu," ungkap Rasti berkilah.
"Benarkah? Kalau begitu, maukah kau belajar bersamaku? Aku juga ingin sepertimu," pinta Iqbal. Membuat mata Rasti otomatis membulat.
"Ti-tidak, Bal. Aku tidak bisa." Rasti lekas menolak. Untungnya bel pertanda pulang bisa menyelamatkannya dari permintaan Iqbal.
Rasti harus pulang dengan transportasi umum seperti biasa. Namun dia harus jalan kaki untuk pergi ke jalan besar. Tepatnya letak halte bus berada.
Hujan tiba-tiba turun sangat deras. Rasti yang sudah berjalan hampir menggapai gerbang, mendadak diseret oleh seseorang. Orang itu tidak lain adalah Fatma dan dua temannya. Mereka membawa Rasti ke tempat paling sepi di sekolah. Yaitu area belakang sekolah.
Fatma mendorong Rasti ke tanah. Hingga tubuh gadis itu jadi basah karena guyuran hujan.
Belum sampai di sana, Fatma menuang isi bak sampah kepada Rasti. "Ini akibatnya kalau kau berani melawan! Gimana? Kuda nil sudah merasa di habitatnya kan sekarang?" hinanya.
Rasti terdiam di tempat. Dia mengerti kenapa pemilik tubuhnya yang sebenarnya menjadi sosok pendiam dan mengalah. Hal tersebut membuat rasa penasaran sontak muncul. Apakah benar jiwa Rasti benar-benar menghilang karena alergi?
'Aku harus mencari tahu. Aku curiga kepergian Rasti dari tubuhnya bukan hanya karena alergi,' batin Farah. Jiwa yang sudah mulai terbiasa dengan nama Rasti.
Perlahan Rasti berdiri. Dia menoleh ke belakang. Akan tetapi Fatma dan kedua temannya telah pergi.
"Sekarang aku percaya kau memang tidak akrab dengan Ifa." Suara seorang lelaki terdengar. Rasti sontak menoleh ke arah sumber suara. Orang yang bicara ternyata adalah Jali. Ia terlihat menyandar ke dinding sambil menikmati sebatang rokok.
"Jangan salah sangka. Aku sebenarnya ingin membalas kalau Fatma dan dua temannya tidak terlanjur pergi," imbuh Rasti. Dia berteduh sembari mengusap noda kotor di pakaian.
"Kau tahu? Sikapmu sangat berubah. Dulu aku bahkan sama sekali tak mengenalmu. Bahkan saat tubuh besarmu itu menjadi paling menonjol dibanding yang lain," pungkas Jali.
Bruk!
Rasti memasang raut wajah cemberut. Dia sengaja tidak menanggapi perkataan Jali. Gadis tersebut segera beranjak dari belakang sekolah.
Akibat tubrukan disengaja Rasti, rokok Jali terjatuh dan kena hujan. Dia sontak menggertakkan gigi karena kesal.
Sekarang Rasti sudah berdiri di depan gerbang. Bersamaan dengan itu, dia melihat Yuda lewat sambil bicara di ponsel.
"Apa dia baik-baik saja?" tanya Yuda. Jelas dia sedang merasa cemas. Seolah ada kabar buruk yang membuatnya panik. Atensi Rasti otomatis terus tertuju ke arahnya.
"Aku akan segera ke sana!" begitulah perkataan terakhir Yuda sebelum berlari menembus hujan. Lalu masuk ke mobilnya sendiri.
Melihat bagaimana kepanikan Yuda, Rasti menjadi penasaran. Keinginan untuk mengikuti lelaki itu lantas muncul dalam benak.
"Eh! Kau harus ganti rugi rokokku yang jatuh!" tukas Jali dengan ekspresi sangar.
Bukannya takut, Rasti justru menarik kerah baju Jali. Dia berucap, "Aku akan menggantinya! Katakan kau mengendarai apa ke sekolah?!"
Tak disangka Jali ciut saat melihat Rasti lebih galak darinya. "Na-naik motor..." gagapnya.
"Oke! Sekarang ayo kita pergi!" ajak Rasti memaksa. Dia ingin cepat-cepat mengejar mobil yang dikendarai oleh Yuda.
Ati ati yah ,jgn ampe kena jebakan betmen 😁