NovelToon NovelToon
Ternyata Hanya Kamu Cintaku

Ternyata Hanya Kamu Cintaku

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Ketos / Dosen / Nikahmuda / Poligami / Romansa Fantasi
Popularitas:834
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Adra

Bella, seorang gadis ceria berusia 21 tahun, diam-diam menyukai Alex, pria berusia 33 tahun yang sukses menjalankan perusahaan keluarganya. Perbedaan usia dan status sosial membuat Bella menyadari bahwa perasaannya mungkin hanya akan bertepuk sebelah tangan. Namun, ia tak bisa mengingkari debaran jantungnya setiap kali melihat Alex.

Di sisi lain, Grace, seorang wanita anggun dan cerdas, telah mencintai Alex sejak lama. Keluarga mereka pun menjodohkan keduanya, berharap Alex akhirnya menerima Grace sebagai pendamping hidupnya. Namun, hati Alex tetap dingin. Ia menolak perjodohan itu karena tidak memiliki perasaan sedikit pun terhadap Grace.

Ketika Alex mulai menyadari perhatian tulus Bella, ia dihadapkan pada dilema besar. Bisakah ia menerima cinta dari seorang gadis yang jauh lebih muda darinya? Ataukah ia harus tetap berpegang pada logika dan mengikuti kehendak keluarganya? Sementara itu, Grace yang tak ingin kehilangan Alex berusaha sekuat tenaga untuk memiliki Alex.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Adra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Drama tanpa Cinta

Suasana rumah sakit masih sunyi. Hanya suara detak mesin medis dan langkah kaki perawat sesekali terdengar di lorong.

Alex terbangun dengan tubuh kaku dan leher pegal. Ia menghela napas panjang, menggerakkan bahunya yang terasa berat.

Baru saat itu ia sadar... ada kepala bersandar di bahunya.

Grace.

Ia tertidur di sana, dengan napas teratur dan wajah yang tampak begitu damai. Seolah-olah tak ada yang lebih nyaman selain bersandar pada Alex.

Alex menghela napas pelan, menatap langit-langit. Ini situasi yang tidak diinginkannya.

"Grace, bangun," ucapnya dengan suara rendah, sambil menggoyangkan bahunya sedikit.

Grace menggeliat pelan, kelopak matanya terbuka, lalu mendapati dirinya masih bersandar di bahu Alex. Sejenak ia terdiam, lalu buru-buru menjauh.

"Oh... maaf. Aku ketiduran," katanya gugup, cepat-cepat merapikan rambutnya.

Alex tidak menanggapinya. Tanpa banyak kata, ia bangkit dan langsung berjalan ke ruang ICU.

Langkahnya sedikit terburu-buru. Ada sesuatu yang mendesaknya.

Saat tiba di depan ruangan, jantungnya berdebar lebih kencang. Tangannya terasa dingin saat hendak membuka pintu.

Namun saat melihat ke dalam...

Ayahnya sudah sadar.

Mata pria tua itu terbuka, meski masih tampak lemah. Mesin-mesin yang terhubung menunjukkan tanda-tanda stabil.

"Dad..." suara Alex bergetar, matanya sedikit memanas.

Ia melangkah mendekat, menggenggam tangan ayahnya. Terasa hangat.

Alex segera menghampiri perawat yang baru saja keluar dari ruang ICU.

"Suster, bagaimana kondisi ayah saya?" tanyanya dengan suara serius.

Suster itu tersenyum kecil, "Kondisinya sudah stabil, Tuan Alex. Kami akan tetap memantau selama beberapa hari ke depan, tetapi beliau sudah melewati masa kritis."

Alex mengangguk lega. Beban yang menekan dadanya sedikit berkurang.

Ia langsung masuk ke dalam ruangan, melihat sosok ayahnya yang kini terbaring dengan mata terbuka. Wajahnya masih pucat, tapi jelas ada kesadaran di sana.

"Dad..." Alex mendekat, suaranya lebih lembut dari biasanya.

Ayahnya menoleh, mata tuanya berbinar melihat putranya datang. Tetapi sesuatu di balik punggung Alex membuatnya lebih senang...sosok Grace yang berdiri di belakangnya.

"Alex... kamu datang bersama Grace?" tanyanya dengan suara lemah, tetapi penuh harapan.

Alex menahan napas sejenak. Sial, dia tidak bisa menyangkalnya sekarang.

Dengan ekspresi datar, ia hanya mengangguk kecil. Tidak ada pilihan lain, seolah-olah harus bersikap ramah kepada Grace demi menenangkan ayahnya.

Grace, yang menangkap situasi itu, segera melangkah mendekat. Dengan wajah penuh perhatian, ia menyentuh lembut tangan ayah Alex.

"Om, senang melihat om sudah lebih baik," katanya dengan senyum hangat, tetapi dalam hatinya ia tahu...

Alex hanya berpura-pura.

Namun, tak masalah.

Selama dunia masih percaya bahwa ia dan Alex adalah pasangan yang cocok, ia akan memanfaatkannya.

Pagi itu, setelah berbicara dengan dokter dan memastikan kondisi ayahnya stabil, Alex akhirnya merasa sedikit tenang.

Ia segera menghubungi ibunya. “Mom, Daddy sudah lebih baik. Dokter bilang kondisinya stabil, tapi tetap harus dipantau.”

“Syukurlah, Alex. Kamu sendiri bagaimana? Istirahatlah sebentar.”

“Aku baik-baik saja, Mom. Aku akan mengantar Grace pulang dulu.”

Grace yang berdiri di dekatnya tersenyum kecil. Ia tidak menyangka Alex akan mengantarnya sendiri.

Tanpa banyak bicara, mereka menuju parkiran. Alex tampak letih, tetapi tetap menyetir sendiri.

Di tengah perjalanan, Grace melirik Alex yang berkendara dengan ekspresi lelah. Matanya sedikit merah, dahinya berkeringat meskipun AC mobil menyala.

“Alex, kamu kelihatan pucat.”

Alex menghela napas panjang. “Aku hanya kurang tidur.”

Grace tanpa ragu mengambil tisu dari tasnya dan dengan lembut menyeka keringat di wajah Alex.

Alex tersentak, sedikit terkejut dengan tindakan Grace. Tapi anehnya, ia tidak menghindar.

Grace menahan senyum. Dalam hatinya, ia merasa menang.

“Lihat? Kamu butuh istirahat,” ujarnya lembut, tangannya masih menggenggam tisu di dekat wajah Alex.

Alex hanya diam, membiarkan Grace merawatnya sejenak.

Di momen itu, jarak di antara mereka terasa lebih dekat dari sebelumya

Mobil melaju di jalan yang masih sepi pagi itu. Alex mengemudi dalam diam, matanya fokus ke depan, tetapi pikirannya bercabang. Keadaan ayahnya, kelelahan yang menumpuk, dan sekarang...Grace.

Grace menyeka pelipis Alex tanpa meminta izin. Sudah terlalu lama ia menunggu momen seperti ini—bersama Alex, hanya mereka berdua.

Alex menoleh sekilas, sedikit terkejut, tetapi tidak menolak.

"Kamu kelihatan capek banget, Alex," ucap Grace pelan.

“Aku baik-baik saja.”

Grace menyeka dengan penuh perasaan seolah ia menginginkan lebih.

Tanpa sadar, tangannya berpindah ke tangan Alex yang sedang menggenggam setir. Alex menegang.

Dan sebelum ia bisa bereaksi, Grace mencondongkan tubuhnya, mendekat... lalu mengecup pipi Alex.

Alex langsung menekan rem mendadak!

Mobil berhenti di pinggir jalan dengan hentakan yang cukup keras.

Alex menoleh cepat, matanya tajam penuh kemarahan.

“Apa yang kamu lakukan, Grace?!” suaranya dalam dan dingin.

Grace terkejut, tidak menyangka reaksi Alex akan sekeras ini. “Aku cuma...”

"Jangan pernah lakukan itu lagi," potong Alex tajam.

Grace menelan ludah, merasa malu. Ia hanya ingin menunjukkan perasaannya, tapi Alex jelas menetapkan batasan.

Mobil kembali melaju, tetapi suasana di dalamnya terasa dingin dan menegangkan.

_____

Mobil berhenti perlahan di halaman rumah Grace. Pagi itu masih sunyi, tetapi di dalam mobil, ketegangan terasa begitu nyata.

Sebelum Grace sempat membuka pintu, Alex menahan pergelangan tangannya.

"Dengar baik-baik, Grace," ucap Alex, suaranya dingin dan tegas. "Apa yang terjadi di antara kita ini hanya drama. Aku harap kamu juga mengerti dan jangan bilang pada siapa pun bahwa ini lebih dari itu."

Grace menoleh, menatapnya dengan mata yang sulit ditebak. Ia ingin membantah, ingin mengatakan bahwa hatinya tak menganggap ini sekadar drama. Tapi ia tahu, Alex tidak akan peduli.

Dengan lirih, Grace hanya mengangguk.

Alex menghela napas, lalu membuka pintu mobil dan keluar. Ia memaksakan diri untuk bersikap sopan, menunjukkan tanggung jawabnya telah mengantar Grace dengan baik.

Saat mereka melangkah masuk ke rumah, orang tua Grace menyambut dengan senyum. Mereka mengira semuanya berjalan baik-baik saja.

Tapi hanya Alex dan Grace yang tahu, ini hanyalah sandiwara.

1
Dee
terima kasih kak/Heart/
Amalia Mirfada
Langsung jatuh cinta deh!
Dee: terima kasih dukungannya...
total 1 replies
Dewi Martizawati
lanjut thor keren ceritanya/Kiss//Heart/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!