NovelToon NovelToon
Figuran Dalam Dunia Fiksi

Figuran Dalam Dunia Fiksi

Status: sedang berlangsung
Genre:TimeTravel / Reinkarnasi / Teen Angst / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Transmigrasi ke Dalam Novel / Idola sekolah
Popularitas:16.7k
Nilai: 5
Nama Author: Lily Dekranasda

Jelita Pramono seorang gadis periang, namun jangan sampai kalian mengusik nya, apalagi keluarga maupun orang yang ia sayang disekitarnya. Karena jika kamu melakukannya, habislah hidupmu.

Hingga suatu hari, ia sedang pergi bersama kakak nya, tapi di dalam perjalanan, mobil mereka tertabrak mobil lain dari arah belakang. Sehingga, Jelita yang berada di mobil penumpang mengeluarkan darah segar di dahi nya dan tak sadarkan diri.

Namun, ia terbangun bukan di tubuh nya, tapi seorang gadis bernama Jelita Yunanda, yang tak lain merupakan nama gadis di sebuah novel yang ia baca terakhir kali.

Bukan sebagai pemeran utama atau si antagonis, melainkan figuran atau teman antagonis yang sikapnya dingin dan jarang bicara sekaligus jarang tersenyum.

Mengapa Jelita tiba-tiba masuk kedalam novel menjadi seorang figuran? Apa yang akan terjadi dengannya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lily Dekranasda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Operasi

Sementara di dunia yang berbeda, dua ambulans melaju kencang menembus malam. Sirinenya meraung, memecah ketenangan kota, mengiringi kecemasan yang menggantung di udara. Lampu-lampu merah dan biru menari-nari di antara lalu lintas yang diberi jalan.

Jelita dan Jordi terbaring di dua ranjang ambulans yang berbeda. Di dalamnya, para medis sibuk bekerja.

Di dalam ambulans pertama, tubuh Jelita terguncang halus seiring kecepatan kendaraan. Wajahnya pucat pasi, darah mengalir dari pelipis hingga ke dagu. Kepalanya dibalut perban darurat, tapi darah terus Merembes keluar, membasahi kain putih yang kini mulai menguning kecokelatan. Dadanya naik turun cepat, napasnya tidak stabil.

"Tekanan darahnya drop!" teriak salah satu paramedis panik.

Suara monitor berdetak cepat, menggambarkan denyut jantung yang terus melemah. Salah satu perawat menekan-nekan dada Jelita ringan, mencari respons.

"Nona, dengarkan kami. Bertahan ya. Kita akan segera sampai."

Sementara itu, di ambulans kedua, Jordi terbaring lemah dengan luka di kepala yang sudah mulai membiru. Pelipisnya robek, darah mengalir menuruni lehernya. Tapi bukan sakit itu yang membuatnya gelisah.

Jordi terus menggumamkan nama adiknya.

"Adikku Jelita... Jelita... Aku... Aku ingin melihat adikku. Jelita... Tolong jangan pisahkan kami!"

Suara Jordi serak, matanya berkabut namun tetap terbuka. Setiap helaan napasnya seperti membawa beban berat.

Salah satu petugas menggenggam lengannya pelan.

"Tenang, Pak. Adik Anda sedang dirawat di ambulans di depan. Kami akan segera sampai. Fokus pada pernapasan dulu, ya."

Namun Jordi menggeleng pelan. Tangannya yang lemah mencoba mencengkram apapun yang bisa dijangkau, berusaha bangkit walau tubuhnya tak mampu.

"Tolong! Aku ingin bersama adikku. Aku ingin melihatnya."

Tangan Jordi bergetar, wajahnya penuh peluh dan darah yang mengering. Di balik kekacauannya, ada cinta dan perlindungan yang mendalam sebagai seorang kakak.

Seketika, kedua ambulans berhenti serempak. Pintu belakang dibuka, ranjang dorong segera dikeluarkan. Suasana di depan UGD Rumah Sakit Harapan Citra langsung berubah jadi medan pertempuran.

Tim medis sudah siap. Dua ranjang dorong segera digelindingkan masuk. Suara perintah bersahutan:

"Pasien dengan trauma kepala berat, perempuan! Darah aktif keluar dari pelipis dan hidung! Kemungkinan fraktur!"

"Pasien pria, benturan keras di kepala, kesadaran masih ada namun berisiko gegar otak."

Suara sepatu para dokter dan suster berpacu, membawa ranjang Jelita dan Jordi ke dua ruang perawatan berbeda. Namun saat ranjang mereka hampir bersisian, tangan Jordi terangkat lemah, mencoba menunjuk ke arah Jelita.

"Adikku... Tolong adikku."

Tapi Jelita tak bisa menjawab. Matanya terpejam, wajahnya tenang seolah tertidur, padahal tubuhnya sedang bertarung melawan maut.

"Adikku, kakak disini, jangan takut."

Jordi meneteskan air mata. Untuk pertama kalinya, ia merasa begitu tak berdaya.

Ranjang Jordi digiring masuk ke dalam bilik ruang observasi, tirai digeser pelan. Dua perawat langsung sigap bekerja, yang satu membersihkan luka di pelipisnya dengan kain kasa basah, yang lain memeriksa denyut nadi dan menyiapkan infus.

"Tolong, adikku gimana? Kalian bawa dia kemana tadi?" suara Jordi parau, matanya mulai berkabut tapi penuh cemas.

Seorang dokter pria berpakaian hijau tua masuk, membaca cepat data yang diberikan perawat. Wajahnya serius, namun tetap ramah.

"Pasien sadar sebagian, tekanan darah turun tapi masih dalam batas aman. Gegar otak ringan, luka luar di pelipis dan dahi. Kita perlu observasi 24 jam ke depan."

"Dok! Jelita! tolong kasih tahu aku, bahwa dia baik-baik saja."

Jordi mencoba bangkit, tubuhnya bergetar hebat. Perawat buru-buru menahannya agar tak terjatuh.

Dokter menunduk sedikit, menatap Jordi. "Tenang dulu, Tuan. Adik Anda sedang ditangani. Tim medis kami terbaik, mereka akan lakukan yang terbaik untuknya."

"Aku harus lihat nya, dok. Lita, kakak janji nanti kakak gak akan usilin kamu lagi."

Tangis Jordi pecah. Matanya merah, dan tubuhnya makin melemah.

Dokter memberi isyarat pada perawat di sampingnya. "Kita beri obat penenang. Pasien perlu istirahat. Kalau terus begini, kondisinya bisa makin turun."

Perawat mengangguk dan segera menyuntikkan obat penenang lewat selang infus. Dalam hitungan menit, nafas Jordi mulai melambat. Tatapannya memudar pelan-pelan, tapi masih sempat bergumam di ujung kesadarannya.

"Jelita, jangan tinggalin kakak ya."

Dokter menarik napas dalam, lalu berkata, "Istirahatlah dulu. Adikmu butuh kamu nanti."

Tirai ditutup kembali, dan dokter serta perawat pergi meninggalkan Jordi yang telah tertidur.

Ruang Operasi 3 dipenuhi Lampu putih terang menyinari tubuh Jelita yang terbaring tak sadarkan diri di meja operasi. Seragam operasi berwarna hijau dan biru bergerak cepat dalam diam yang tegang. Bunyi mesin monitor detak jantung menjadi irama satu-satunya di ruangan itu, cepat, lalu mendadak melambat.

"Luka terbuka di pelipis, robekan dalam. Ada kemungkinan pendarahan. Kita harus buka dan pastikan tekanan di rongga otak tidak meningkat." ucap Dokter Andika, ahli bedah saraf yang memimpin operasi.

Asisten dokter mengangguk.

"Pendarahan aktif dari pembuluh temporal. Siap klem, suction."

Salah satu perawat dengan cekatan menyedot darah yang menggenang. Dokter Andika dengan tangan stabil mulai mengisolasi bagian yang terluka, sementara dokter anestesi memonitor tekanan darah Jelita yang terus naik-turun.

"Detak jantungnya mulai tidak stabil!" suara panik terdengar dari sudut ruangan.

"Tekanan darah drop. Cepat, infus dopamin, tambah oksigen. Kita hampir selesai."

Keringat mengucur dari pelipis dokter, masker yang menutupi wajahnya tak bisa menyembunyikan ketegangan.

"Jangan menyerah, Nak. ayo, bertahan lah. Saudara ku sedang menunggu mu di luar." gumam dokter Andika, nyaris seperti berdoa.

Beberapa jam berlalu bagai selamanya.

"Pendarahan berhasil dikendalikan. Kami tutup lukanya sekarang."

Suara napas lega dari beberapa tim medis terdengar samar, namun ruangan tetap fokus. Jahitan halus mulai menutup luka, dan satu perawat mencatat jam waktu penyelesaian prosedur.

"Operasi selesai pukul 01.00 dini hari. Pasien akan dipindahkan ke ruang ICU untuk pemantauan."

Salah satu perawat menatap wajah Jelita yang masih penuh darah namun mulai tenang. "Anak ini, kuat sekali."

Like, Komen dan Subscribe ya. Jangan lupa Rating dan vote nya.

1
Viona Syafazea
apa mungkin dulu jiwa mereka tertukar, dan sekarang jiwa mereka ( jelita dunia asli dan novel) kembali ke tubuhnya masing-masing.. 🤔
Viona Syafazea
ini juga bisa dijadiin judul novel baru.. /Facepalm/
Viona Syafazea
wahhh si author ngasi kisi-kisi judul novel baru mu ya thor.. /Facepalm//Facepalm/
Viona Syafazea
lahhh mochi mah kucing aku tapi punyaku oyen.. /Facepalm//Facepalm/
karina
up lagi thor. yg banyak 😁😁
vj'z tri
Thor setelah buat aku tertawa ,sekarang kamu buat ku 😭 😭😭🤧🤧
Lilyana Azzahra Dekranasda: kumenangis........ membayangkan...
total 1 replies
vj'z tri
kerennnn kerennnn kerennnn thorrrr 🥳🥳🥳🥳🥳
vj'z tri
makin seru Thor 🥳🥳🥳🥳
Sribundanya Gifran
lanjut
Putra Baja
gak sabar nunggu up
Tiara Bella
aku mampir Thor....ceritanya banyak,judul banyak ..otaknya encer kaliiiiiii.....semangat ya
Mineaa
ga sabar liat tumbang ny si ulet manipulatif....🤬
vj'z tri
gak sabar tunggu kotak Pandora ke buka 🤭🤭🤭🤭
vj'z tri: coba nanti aku tengok ya Thor 🤭🤭🤭
Serenarara: Ubur-ubur makan sayur lodeh
Minum sirup campur selasih
Coba baca novel berjudul Poppen deh
Dah gitu aja, terimakasih. /Smile/
total 2 replies
vj'z tri
🤣🤣🤣🤣🤣🤣jelita kan yang minta jadi figuran yng langsung di kabulkan author 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
vj'z tri
pakai bawang merang berapa ton Thor 😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭🤧🤧🤧🤧🤔
Wahyuningsih
mantap thor q ska thor klau pemrannya badas abis keren n gk mudah d tindas thor buat buat si goblok varel menyesl krna lbih memilih btu kli ke timbang tunangnnya sndri di buat segan mtipun tk mau biar nyakho dia d tggu upnya kmbli yg buanyk thor n hrs tiap hri sellu jga keshtn istrht yg ckp mkan tept wktu seeeeeeeemaaaaangaaaaaaaat thor 😁😁😁
Sribundanya Gifran
lanjut
Rina Nurvitasari
ceritanya bagus keren👍👍
ᵉᶠ・゚:* 𝕰𝖑𝖑𝖊 *:・゚
beri ingatan sedikit demi sedikit ke lita nya thor, biar gak terlalu puyeng dia ngingat nya
ᵉᶠ・゚:* 𝕰𝖑𝖑𝖊 *:・゚
jika masalah di novel udah kelar, jelita nya balikin ke dunia asli nya lagi ya thor.
gak rela rasanya harus terpisah sama kak jordi nya 🥺
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!