NovelToon NovelToon
Cinta 1 Atap Bareng Senior

Cinta 1 Atap Bareng Senior

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Irhamul Fikri

Galuh yang baru saja diterima di universitas impiannya harus menerima kenyataan bahwa ia akan tinggal di kos campur karena kesalahan administratif. Tidak tanggung-tanggung, ia harus tinggal serumah dengan seorang senior wanita bernama Saras yang terkenal akan sikap misterius dan sulit didekati.

Awalnya, kehidupan serumah terasa canggung dan serba salah bagi Galuh. Saras yang dingin tak banyak bicara, sementara Galuh selalu penasaran dengan sisi lain dari Saras. Namun seiring waktu, perlahan-lahan jarak di antara mereka mulai memudar. Percakapan kecil di dapur, momen-momen kepergok saat bangun kesiangan, hingga kebersamaan dalam perjalanan ke kampus menjadi jembatan emosional yang tak terhindarkan.

Tapi, saat Galuh mulai merasa nyaman dan merasakan sesuatu lebih dari sekadar pertemanan, rahasia masa lalu Saras mulai terungkap satu per satu. Kedekatan mereka pun diuji antara masa lalu Saras yang kelam, rasa takut untuk percaya, dan batasan status mereka sebagai penghuni kos yang sama.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irhamul Fikri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bagian 29 Jejak Luka yang Tersisa

Malam itu, langit tampak begitu gelap, seolah ikut merasakan kepedihan yang dirasakan oleh Saras. Kosan yang biasanya ramai dengan canda tawa kini terasa sunyi. Galuh bisa merasakan ketegangan yang menggantung di udara. Segalanya berubah sejak pertemuan dengan Rangga. Dia tidak tahu bagaimana cara membantu Saras, tapi yang ia tahu, ia tak bisa tinggal diam.

Saras duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke luar jendela. Cahaya bulan memantul di wajahnya yang pucat, membuatnya terlihat begitu rapuh. Galuh berdiri di dekat pintu, memandangnya dengan hati yang berat. Ia tahu Saras sedang berjuang untuk menghadapi masa lalunya yang kelam. Semua yang terjadi beberapa hari ini membawa kembali bayang-bayang itu, dan Galuh bisa merasakan betapa berat beban yang dipikul Saras.

“Sar...” Galuh memanggil dengan lembut, perlahan mendekat. “Aku tahu kamu sedang berjuang dengan banyak hal. Aku di sini, kamu nggak sendiri.”

Saras menoleh, matanya tampak berkaca-kaca, namun dia mencoba tersenyum. “Aku... tidak ingin membuat kamu khawatir,” ujarnya pelan. “Aku cuma... merasa lelah.”

Galuh duduk di sampingnya, tidak tahu harus berkata apa, tetapi ia merasa perlu ada di sana, memberi sedikit ketenangan. “Kamu nggak harus menanggung semua ini sendiri. Kalau kamu ingin bicara, aku siap dengar.”

Saras menunduk, jemarinya menggenggam erat ujung selimut. Ia menarik napas dalam-dalam. “Aku nggak tahu bagaimana bisa melupakan semuanya. Rangga... dia bukan hanya pacar, Galuh. Dia adalah bagian dari masa lalu yang... nggak bisa aku lepaskan begitu saja.”

Galuh merasakan rasa sakit yang tersirat dalam kata-kata Saras. Setiap ucapan menunjukkan betapa dalamnya luka yang belum sembuh, dan betapa sulitnya bagi Saras untuk melepaskan masa lalu yang penuh ketakutan. “Tapi kamu sudah jauh lebih kuat sekarang. Kamu nggak lagi terjebak di masa lalu, Sar.”

Saras terdiam sejenak, kemudian menatap Galuh dengan pandangan penuh keraguan. “Kamu nggak mengerti, Galuh. Ketakutanku bukan hanya soal masa lalu. Kadang aku merasa seperti aku nggak punya tempat untuk bersembunyi. Rasanya dia selalu bisa menemukan cara untuk mengendalikan hidupku. Aku takut... dia akan kembali lagi.”

Galuh merasakan amarah yang mengalir dalam dirinya. Ia menatap Saras, berusaha menenangkan dirinya. “Dia nggak akan bisa mengendalikan kamu lagi. Aku janji, Saras. Kamu bebas sekarang. Kamu punya hak untuk menentukan hidupmu sendiri.”

Saras menunduk lagi, menahan air mata yang hampir jatuh. Galuh menggenggam tangannya, memberikan sedikit kekuatan. “Kamu nggak perlu takut lagi. Aku ada di sini.”

Perlahan, Saras mengangkat kepalanya dan menatap Galuh dengan mata yang penuh kebingungan. Ada ketakutan yang tersembunyi di balik tatapannya, namun ada juga harapan yang mulai tumbuh, meski sedikit. “Tapi, bagaimana kalau... aku belum cukup kuat untuk menghadapi semua ini?”

Galuh menarik napas panjang, mencoba mencari kata-kata yang tepat. “Kekuatan bukan berarti kamu harus melawan semuanya sendirian. Kekuatan adalah saat kamu bisa menerima bantuan dari orang lain, saat kamu bisa mengandalkan orang yang peduli padamu. Kamu nggak harus menjalani ini sendirian, Saras.”

Saras tersenyum tipis, air mata di matanya mulai mereda. “Makasih, Galuh. Aku nggak tahu harus bagaimana tanpamu.”

Mereka duduk dalam keheningan, hanya terdengar suara detak jam yang mengisi ruang. Galuh merasakan betapa dekatnya hubungan mereka sekarang, meski penuh dengan ketegangan. Ia tahu masih banyak yang harus diperbaiki, dan perjalanan ini baru saja dimulai.

Keesokan harinya, suasana kampus kembali terasa seperti biasanya. Namun, Galuh tak bisa menghilangkan perasaan cemas di dalam hatinya. Rangga belum menghilang dari ingatannya. Ia tahu, hanya masalah waktu sebelum Rangga muncul kembali. Ketika ia berjalan menuju kantin, ia melihat Rangga berdiri di bawah pohon rindang di depan gedung fakultas. Mata mereka bertemu, dan sekejap kemudian, Rangga mendekat dengan langkah yang mantap.

“Kita perlu bicara,” ujar Rangga dengan suara rendah, tapi penuh tekad.

Galuh menahan napas, mencoba untuk tetap tenang. Ia tahu bahwa saat ini bukan waktu yang tepat untuk membiarkan ketegangan itu berkembang. “Aku nggak punya urusan sama kamu,” jawab Galuh tegas, berusaha menghindar.

Namun Rangga menahan bahunya dengan paksa. “Saras itu milikku. Dia selalu milikku, dan kamu nggak bisa menghalangi itu.”

Seketika, kemarahan Galuh meluap. “Saras bukan milik siapa pun! Terutama bukan milik kamu,” ujar Galuh dengan suara yang meninggi. “Kamu nggak punya hak untuk mengendalikan hidup dia!”

Mereka berdiri di tengah kerumunan mahasiswa yang mulai memperhatikan, namun Rangga hanya tersenyum sinis. “Kita belum selesai, Galuh. Ini baru permulaan,” ucapnya dengan penuh ancaman sebelum akhirnya berbalik dan pergi.

Galuh berdiri tegak, perasaan marah dan frustasi bercampur aduk dalam dirinya. Ia merasa seolah-olah ia harus melindungi Saras dari segala bahaya yang mengintai. Namun, ia juga sadar, ini bukan sekadar tentang melawan Rangga, melainkan tentang bagaimana ia bisa menjaga Saras tetap aman dan membantu Saras menyembuhkan luka-luka emosionalnya.

Sore itu, setelah kuliah selesai, Galuh kembali ke kosan dan mendapati Saras sedang duduk di meja belajarnya, menatap laptop dengan pandangan kosong. Ia tahu Saras belum benar-benar pulih dari pertemuan dengan Rangga.

Galuh mendekat dan duduk di samping Saras. “Sar, aku tahu ini nggak mudah. Tapi kamu nggak sendiri. Kita bisa lewati semua ini bareng-bareng.”

Saras menoleh dengan senyuman tipis, meski masih ada keraguan di matanya. “Terima kasih, Galuh. Aku nggak tahu bagaimana bisa melewati semua ini tanpa kamu.”

Galuh menggenggam tangannya, memberikan sedikit kekuatan. “Kita berdua pasti bisa, Sar. Jangan pernah ragu akan itu.”

Di luar, langit mulai gelap, namun Galuh merasa bahwa di dalam dirinya, ada secercah cahaya yang bersinar. Ia tahu perjalanan ini tidak akan mudah, tetapi yang pasti, ia tidak akan pernah meninggalkan Saras. Mereka akan menghadapinya bersama.

1
Esti Purwanti Sajidin
waaahhhhhhhh keren galuh nya,laki bgt
Serenarara: Ubur-ubur makan sayur lodeh
Minum sirup campur selasih
Coba baca novel berjudul Poppen deh
Dah gitu aja, terimakasih /Joyful/
total 1 replies
kalea rizuky
bagus lo ceritanya
Irhamul Fikri: Terima kasih kak
total 1 replies
kalea rizuky
Galuh witing tresno soko kulino yeee
ⁱˡˢ ᵈʸᵈᶻᵘ💻💐
ceritanya bagus👌🏻
Irhamul Fikri: terimakasih kak🙏
total 1 replies
lontongletoi
awal cerita yang bagus 💪💪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!