Malam itu, Ajela dijual oleh ibunya seharga satu miliar kepada seorang pria yang mencari gadis perawan. Tak ada yang menyangka, pria tersebut adalah aku! Aku yang membeli Ajela! Dia dipaksa menjalani sesuatu yang belum pernah dia lakukan sebelumnya, dan Mama masih tega menganggap Ajela sebagai wanita panggilan?
Ajela dianggap tak lebih dari beban di keluarganya sendiri. Hidupnya penuh penderitaan—dihina, diperlakukan tidak adil, bahkan sering dipukuli oleh ibu dan kakak tirinya.
Demi mendapatkan uang, Ajela akhirnya dijual kepada seorang pria yang mereka kira seorang tua bangka, jelek, dan gendut. Namun, kenyataan berkata lain. Pria yang membeli Ajela ternyata adalah pengusaha muda sukses, pemilik perusahaan besar tempat kakaknya, Riana, bekerja.
Bagaimana Riana akan bereaksi ketika menyadari bahwa pria yang ia incar ternyata adalah orang yang membeli Ajela? Dan bagaimana nasib Ajela saat malam kelam itu meninggalkan jejak kehidupan baru dalam dirinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Banggultom Gultom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Apa yang ditemukan Alvian membuatnya nyaris kehilangan akal sehat. Untuk beberapa saat ia seperti kehilangan kemampuannya untuk berpikir. Duduk terpaku di tempat dengan pikiran menerawang jauh.
Dunia memang sempit, ternyata orang yang dicari berada tepat di depan mata. Alvian benar-benar tak pernah menyangka bahwa ibunya Ajela adalah wanita yang telah bekerja di rumahnya sebagai ART selama beberapa tahun belakangan ini.
Bara masih melayangkan tatapan penuh tanya ke arah sang bos. Sebab sejak lima menit lalu Alvian masih diam seribu bahasa. Seolah sedang memikirkan sesuatu yang sedemikian berat.
"Tuan?" panggil lelaki itu. “ Anda mengenal wanita di dalam foto itu?" Bara memberanikan diri mengulang pertanyaan itu.
Alvian menarik napas dalam-dalam demi mengembalikan fokusnya. Ia menganggukkan kepala setelahnya. "Iya. Aku mengenalnya. Kamu pasti tidak akan percaya kalau aku beritahu siapa wanita ini."
Ada kerutan di kening Bara.Berusaha menebak dalam hati siapa wanita itu sampai sang bos terlihat sangat syok setelah melihatnya. "Memangnya dia siapa?"
"Bik Nana. Salah satu asisten rumah tangga yang bekerja di rumahku."
Sontak saja kelopak mata Bara membulat penuh. Sekarang dirinya yang tampak syok menggantikan Alvian. Bara memang tak pernah tahu siapa yang bekerja di rumah pribadi sang bos. Sebab selama bekerja untuk Alvian, ia sama sekali belum pernah menginjakkan kaki ke rumah pribadi bosnya.
"Anda yakin?" tanyanya hendak memastikan. Barangkali saja hanya mirip, sebab foto tersebut diperkirakan foto lama yang diambil lebih dari 10 tahun lalu.
"Aku yakin. Wanita di dalam foto ini memang Bik Nana." Punggung tegapnya ia sandarkan pada kursi. Sama sekali tak pernah terlintas dalam pikirannya akan menemukan kebetulan konyol dan mengejutkan seperti ini.
Setahu Alvian, Bik Nana adalah seorang janda dan memiliki anak perempuan. Alvian tahu hal itu ketika tiba-tiba Mama Veny memintanya memberikan uang 80 juta kepada Bik Nana, dengan alasan untuk biaya operasi putrinya yang sakit. Alvian yang kala itu merasa iba tanpa pikir panjang memberikan uang 100 juta kepada Bik Nana.
Tetapi, kejadian ini berlangsung belum lama ini.
Bahkan jauh setelah Alvian membeli Ajela seharga satu miliar. Lalu, uang satu miliar itu dikemanakan? Alvian seperti sedang berada di dalam sebuah labirin yang tak memiliki jalan keluar. Namun, di titik ini ia sadar bahwa Bik Nana telah berbohong tentang anaknya yang sakit.
Karena menurut informasi yang ditemukan Bara sebelumnya, Ajela tinggal seorang diri tanpa keluarga.
"Jadi bagaimana sekarang? Anda akan menanyakan langsung pada wanita itu?"
"Tidak! Jangan tergesa-gesa. Selidiki semua dengan hati-hati dan jangan sampai ada yang curiga
"Baik," ucap Bara. "Saya benar-benar tidak habis pikir, bagaimana seorang ibu bisa menjual anaknya sendiri?"
"Aku juga ingin tahu apa alasannya. Apa mungkin Ajela bukan anak kandung?"
"Mungkin saja. Kalau ibu kandung tidak mungkin tega, kan ?"
Alvian mengangguk. Ucapan Bara memang ada benarnya. Binatang buas sekalipun masih memiliki naluri untuk melindungi anaknya.
"Kalau begitu selidiki semuanya! Informasi sekecil apapun segera laporkan! Cari tahu juga ke mana uang satu miliar yang kuberikan untuk Ajela malam itu."
"Baik, Tuan."
Bara mohon pamit. Ia akan melanjutkan penyelidikannya. Tepat setelah Bara keluar dari ruang kerja Alvian, Galih datang menghampiri dengan membawa beberapa berkas.
Alvian meraih map pemberian Galih dan meletakkan di antara tumpukan map lainnya.
"Bisakah kamu siapkan kamar bayi di apartemenku? Ajela dan anakku akan tinggal di sana setelah keluar dari rumah sakit."
Bola mata Galih melotot setelah mendengar perintah itu.
"Maksudnya Ajela juga akan tinggal di apartemenmu?" tanyanya hendak memastikan.
Barangkali saja tadi telinganya salah dengar atau mulut Alvian yang salah ucap.
"Iya," jawab Alvian cepat.
Kenapa reaksimu berlebihan seperti itu?"
"Tidak. Aku hanya terkejut.
Soalnya semalam kamu seolah berkata mau anaknya saja. Apa sekarang kamu berubah pikiran dan mau ibunya juga?" Pertanyaan itu membuat Alvian berdecak kesal.
"Kenapa pertanyaanmu banyak sekali?"
Galih terkekeh. Semalam Alvian memang memborong hampir seisi toko. Box bayi, ayunan dan mainan lengkap. Ia hanya membawa perlengkapan yang akan digunakan selama di rumah sakit. Sisanya masih disimpan di toko.
"Kenapa kamu tiba-tiba berubah pikiran? Apa sesuatu terjadi?"
Alvian mengangguk. Ia mulai bercerita tentang temuan Bara tadi. Bahwa ternyata Ajela adalah anak Bik Nana. Galih pun menunjukkan reaksi yang sama terkejutnya dengan Alvian. Ya, siapapun tidak akan pernah menyangka.
"Kamu yakin Bara tidak salah memberi informasi?" tanya Galih.
"Memangnya sejak kapan Bara bisa salah memberi informasi?"
Galih membenarkan ucapan Alvian dengan anggukan kepala. Bisa digorok Tante Veny dan Oma kalau kamu ketahuan menghamili anak pembantu yang bekerja di rumah kalian sendiri." Galih menjeda ucapannya dengan hela napas. "Apa ini artinya kamu akan bertanggung jawab dan menikahi Ajela ?"
"Bertanggung jawab tidak harus dengan menikahi, kan?"
Sebenarnya Alvian tidak begitu peduli dengan status sosial. Tetapi, sebagai pewaris Darmawan Grup tentu saja Mama dan oma akan mencarikan wanita yang bagus bibit, bobot dan bebetnya.
"Ya, kamu benar. Setidaknya berikan kehidupan yang layak untuk Ajela dan anaknya dulu."
Bersambung ~