Kecurigaan Agnes kepada suaminya di hari ulangtahun pernikahannya yang ke enam, membuatnya bertemu dengan pemuda tampan berbadan atletis di ranjang yang sama. Siapakah pemuda itu? Lalu apa kesalahan yang sudah diperbuat oleh suaminya Agnes sehingga Agnes menaruh kecurigaan? Di kala kita menemukan pasangan yang ideal dan pernikahan yang sempurna hanyalah fatamorgana belaka, apa yang akan kita lakukan? Apakah cinta mampu membuat fatamorgana itu menjadi nyata? Ataukah cinta justru membuka mata selebar-lebarnya dan mengikhlaskan fatamorgana itu pelan-pelan menguap bersamaan dengan helaan napas?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon lizbethsusanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seksi
Agnes menarik botol air mineral yang sudah kosong dari pangkuan Amos dan membuat pemuda tampan itu menoleh kaget dan mengerem dadakan di lampu merah berikutnya.
Untung aja lampu merah kalau enggak bisa nabrak orang aku. Tanpa sadar Amos mengernyit bingung.
"Ah, maaf. Aku hanya takut botol ini ganggu kamu nyetir" Ucap Agnes dengan raut wajah tanpa dosa.
"Ah, i.....iya. Terima kasih untuk perhatiannya" Ucap Amos sambil buru-buru mengarahkan pandangannya ke depan dengan degup jantung tidak karuan.
Justru kamu yang ganggu aku pas nyetir. Tangan kamu tanpa kamu sadari mengusap pahaku tadi. Hangat dan memberikan percikan listrik sensasinya di aku. Amos mengerutkan bibirnya.
Saat Agnes menyemprotkan minyak wangi,
Amos menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya perlahan sambil melajukan mobil kembali karena lampu hijau sudah menyala.
Sial! Parfumnya mengingatkan aku akan wangi dia di ranjang kemarin. Oh Tuhan ......beri hambaMu ini kekuatan atas godaan yang dahsyat ini Tuhan. Amos mencengkeram erat kemudi.
Agnes menyalakan tape dan lagu-lagu anak-anak, soundtrack film kartun mengudara di dalam kabin mobil mewahnya Agnes dan itu membuat Amos sedikit bernapas lega.
Ahhhhh! Syukurlah bukan lagi romantis. Bisik Amos di dalam hati.
"Maaf, semua CD di dalam laci dashboard lagu anak-anak. Kesukaannya Archie, anakku"
"Lagunya justru menyelamatkan saya" Sembur Amos tanpa ia sadari.
"Maaf?" Agnes menoleh kaget ke Amos.
Amos mengerjap dan bergegas menoleh sekilas ke Agnes sambil berucap, "Mak.....maksud saya, lagu soundtrack Doraemon ini menyelamatkan saya dari rasa tidak percaya diri" Amos mengusap tengkuknya karena ia kembali berbohong dengan terpaksa.
"Oke, menarik. Kenapa begitu" Agnes mulai bersedekap.
Amos menoleh sekilas ke Agnes lalu berucap, "Emm, lagunya, kan, aku ingin begini, aku ingin begitu, ingin ini ingin itu banyak sekali, semua, semua, semua dapat dilakukan......nah kata ini yang bikin rasa percaya diri saya timbul kembali, semua bisa dilakukan jika kita ingin ini, ingin itu. Nobita saja bisa, masak saya nggak bisa"
Agnes terkekeh geli dan membuat Amos hampir menyerempet sepeda motor saking senangnya mendengar tawa merdu perempuan yang sudah mencuri hatinya di pandangan pertama. Untung saja Amos lihai membawa mobil sehingga ia terbebas dari sumpah serapah si pengemudi motor.
Duh! Tawanya merdu dan dia tambah cantik seribu persen kalau tertawa. Lirik Amos dengan senyum tipis dan hati berdebar-debar.
"Kamu lucu juga dengan pemikiran sederhana kamu itu. Aku rasa kamu bakalan cocok sama Archie"
Amos tersenyum lalu berkata sambil menoleh sekilas ke Agnes, "Saya ingin sekali bertemu dengan Archie"
"Kapan-kapan Archie aku ajak ke kafe Mama kamu, deh"
"Saya tunggu, Bu. Benar-benar saya tunggu" Amos mengangguk senang dan Agnes tersenyum geli.
"Kamu mahasiswa baru ya?"
"Ah, i-iya"
"Pantes aku baru lihat kamu hari ini"
Amos mengangguk.
"Tapi, rambut kamu yang cepak dan badan kamu yang tinggi dan polisi, lebih pantes jadi Intel daripada mahasiswa"
Deg! Amos menoleh cepat ke Agnes. Apa Agnes tahu aku ini polisi? Jangan-jangan ia juga tahu aku ini komando di tim pasukan khusus?
"Awas lihat depan!" Pekik Agnes sambil menunjuk ke depan.
Amos sontak mengarahkan pandangannya ke depan sambil berucap "Kenapa Anda berpikiran begitu?"
"Ya, polisi itu kan berambut cepak dan berbadan atletis. Atau jangan-jangan kamu model?"
Amos menghela napas lega. Lalu ia berucap sambil membelokkan kemudi ke pelataran bengkelnya, "Saya hanya tukang bengkel. Tubuh saya atletis karena saya terbiasa mendongkrak ban, hehehehe"
Agnes kembali terkekeh geli.
Amos menghentikan mobilnya Agnes. "Sudah sampai"
"Oh, besar juga ya? Ada cuciannya juga dan bangunan berlantai dua itu rumah kamu pasti" Ucap Agnes sambil menjulurkan kaki kirinya keluar.
"Iya" Amos menunduk hendak menutup pintu dan saat Agnes sudah keluar, Amos menutup pintu mobil dengan pelan. "Anda bisa menunggu di kafe atau di rumah"
"Emm, aku menunggu di kafe saja. Lapar" Agnes mengusap perut ratanya dan GLEK! Jakun Amos naik turun karena semalam bibirnya yang mengusap perut rata itu.
Amos menatap punggung Agnes yang menjauh dengan hati tidak karuan. Ponselnya aku kembalikan sekarang apa nanti aja, ya? Nanti aja. Sekarang rasanya kurang tepat.
"Aish kurang tepat!" Amos berjingkat karena tepukan Bagaskara mendarat cukup keras di punggungnya.
"Apanya yang kurang tepat?" Tanya Bagaskara.
"Ish! Ngagetin aja. Ayo bantu aku ngerjain mobilnya Agnes"
"Siap Komandan"
Agnes masuk ke kafe dan langsung menemui perempuan berwajah ayu alami khas orang Jawa yang berkulit kuning langsat.
Ternyata mamanya Amos berwajah manis khas orang Jawa. Papanya Amos pasti yang berwajah bule. Agnes mengedarkan pandangan mencari pria paruh baya berwajah bule.
"Maaf Nona cantik, ada yang bisa Ibu bantu?" Tanya Ratna. Mamanya Amos bernama Ratna.
"Ah, emm, tolong jangan panggil Nona, Bu. Panggil saja Agnes. Ibu, mamanya Amos, kan?"
"Wah! Apa Nona cantik yang bernama Agnes ini pacarnya Amos?" Ratna memeluk Agnes dengan pekik riang.
Agnes melepaskan diri dari pelukan mamanya Amos dengan canggung lalu dosen cantik itu buru-buru berkata, "Saya dosennya Amos, Bu. Saya bukan pacarnya Amos"
"Oh, maaf, maaf. Maafkan Ibu" Ratna mengatupkan tangan di depan dada.
"Tidak apa-apa, Bu" Agnes menangkup tangan mamanya Amos sambil berkata, "Saya lapar, Bu. Makanan terenak rekomendasi dari Ibu apa?"
"Ah, untuk makanan pembuka ada kue dari ubi dikukus, makanan berat ada nasi pecel sama nasi liwet dan......"
"Makanan khas Jawa banget, ya Bu?"
"Iya, saya dari Solo jadi makanan di sini kebanyakan makanan khas Solo dan Jawa. Tapi, ada steak dan nasi goreng juga. Hari ini ibu juga masak jengkol balado kesukaannya Amos"
"Oh, Amos suka jengkol?"
Ratna mengangguk dengan senyum lebar.
"Emm saya pesan kue ubi kukus, nasi liwet, sama es teh saja, Bu. Es teh jumbo, haus banget saya" Agnes tersenyum malu dan Ratna tersenyum lebar, "Siap, silakan duduk dulu Bu dosen"
Agnes mengucapkan, "Terima kasih" Dengan senyuman lalu duduk.
Agnes melihat ada lima perempuan berpakaian seragam berwarna hijau muda dan salah satunya berada di balik meja kasir.
Lumayan banyak juga karyawan di kafe ini dan kafe ini lumayan rame, lumayan luas, dan keren interiornya. Kalau rame berarti benar kata Amos, masakan mamanya enak. Agnes mengeluarkan ponsel suaminya lalu ia memencet pesan text dari mister A. "Kenapa mister A mengirim foto tangan cewek dengan gelang cantik dan pesannya aneh begini? Mas, gelangnya sudah aku pakai dan aku pakai terus. Siapa mister A ini? Apa benar Mas Ronald selingkuh? Ada foto dia dan seorang cewek berselancar. Foto ini asli apa editan, ya?"
Saat karyawan kafenya menghidangkan semua pesanannya Agnes, mamanya Amos menemui Amos yang sedang berbaring di bawah mobil sedan mewah berwarna merah. Ratna menendang pelan tumit Amos.
Amos meluncur keluar dari bawah mobil lalu duduk untuk bertanya ke mamanya, "Ada apa, Ma?"
"Dosen kamu cantik banget. Kamu pacaran sama dia?"
"Nggak" Amos menggelengkan kepala.
"Kenapa nggak? Dia cantik banget dan......"
"Ma, mobilnya harus segera diselesaikan. Keburu hujan"
"Ah, iya, iya, baik. Kalau gitu buruan bawa pacar kamu ke sini kenalin ke Mama. Kamu udah dua lima, Mos"
"Iya, Ma" Amos tersenyum lebar agar mamanya segera kembali ke kafe agar dia bisa melanjutkan pekerjaannya.
Setelah selesai makan, Agnes kembali ke bengkel dan duduk di dalam mobilnya lalu merebahkan jok mobil kemudian ia tidur dengan santainya. Mamanya Amos yang masuk ke dalam kafe lewat pintu yang berlawanan dengan Agnes bertanya ke salah satu karyawannya, "Nona yang cantik banget berambut pendek, kulit putih, hidung mancung, ke mana?"
"Kembali ke mobilnya, Bu"
"Oh, okelah. Nanti pas dia ke sini lagi, aku akan ajak ia mengobrol lebih lama" Ratna tersenyum lebar.
Agnes merasa gerah lalu ia bangun dan duduk di jok mobil dengan kedua kaki berada di luar. Ia tersenyum dan menyandarkan kepalanya ke telapak tangan yang bertumpu di paha. Dengan kepala miring ditopang telapak tangan, Agnes tersenyum melihat Amos yang masih mengecek ban belakang.
Dia kekar banget lengannya dan dengan kaos singlet begitu badan atletisnya terlihat keren. Astaga! Badannya yang berkeringat kenapa jantungku yang ngap-ngapan begini, yaaakkk? Agnes menghapus senyumannya dan menegakkan kepalanya saat Amos menoleh.
Agnes lalu masuk ke mobil dan kembali merebahkan diri. Sial! Kenapa dia tiba-tiba noleh? Dia lihat aku pas senyum konyol nggak ya? Sial! Kenapa jantungku aneh begini? Agnes mengusap-usap dadanya dan sontak menautkan alisnya saat Amos menunduk ke dalam mobil dan berkata, "Sudah selesai semuanya. Anda mau pulang sendiri apa saya antarkan? Hujan di luar"
Jarak wajah Amos yang cukup dekat dengan wajahnya, membuat Agnes mematung alih-alih merespons ucapannya Amos.
Amos tanpa sadar menurunkan pelan wajahnya dan tatapan pemuda tampan itu menatap lurus bibir seksinya Agnes.
Deg, deg, deg,deg!