NovelToon NovelToon
The Secret Marriage

The Secret Marriage

Status: sedang berlangsung
Genre:Dosen / Pernikahan Kilat / Nikahmuda / Persahabatan / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:2.2k
Nilai: 5
Nama Author: Marfuah Putri

Adelina merupakan seorang selebgram dan tiktokers terkenal yang masih duduk di bangku SMA.

Parasnya yang cantik serta sifatnya yang periang membuatnya banyak disukai para followers serta teman-temannya.

Tak sedikit remaja seusianya yang mengincar Adelina untuk dijadikan pacar.

Tetapi, apa jadinya jika Adelina justru jatuh cinta dengan dosen pembimbing kakaknya?

Karena suatu kesalahpahaman, ia dan sang dosen mau tak mau harus melangsungkan sebuah pernikahan rahasia.

Pernikahan rahasia ini tentu mengancam karir Adelina sebagai selebgram dan tiktokers ratusan ribu followers.

Akankah karir Adelina berhenti sampai di sini?

Akankah Adelina berhasil menaklukkan kutub utara alias Pak Aldevaro?

Atau justru Adelina memilih berhenti dan menyerah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Marfuah Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ke Rumah Mertua

"Kok lo gak bilang sih kalau punya om sama tante di sini?"

Kupingku melebar mendengar pertanyaan Raina. Sejak kapan om dan tanteku pindah ke Bandung?

"Om, tante?" tanyaku bingung.

Mereka saling bertatapan kemudian menatapku dengan alis yang terangkat. "Kata bunda, lo sekarang tinggal sama om dan tante lo yang belum punya anak itu," jelas Raina yang mendapat anggukan dari Senja.

Benar sih, aku punya om dan tante yang sampai sekarang belum dikaruniai buah hati. Entah mengapa, padahal mereka menikah sudah cukup lama, ekonomi mereka juga cukup bahkan lebih tapi belum juga dikaruniai seorang anak sebagai pelengkap keluarga. Tapi, bukankah mereka tinggal di Surabaya, sejak kapan mereka pindah ke Bandung?

Bunda memang panutanku dalam berbohong.

"Oh, iya. Hehe ...."

Mereka mengangguk-anggukan kepalanya. Sedang aku menggaruk tengkuk yang tak gatal sama sekali.

...🍉🍉...

Suami Tampanku😘

Saya jemput, ikut saya ke suatu tempat.

Senyumku mengembang membaca pesan singkat dari Mas Al. Gak sabar rasanya hati ini untuk segera pulang. Kira-kira Mas Al akan mengajakku ke mana, ya? Apa Mas Al akan mengajakku makan malam romantis seperti di drama-drama korea itu? Atau Mas Al mengajakku untuk nonton, setelah itu kita akan menghabiskan waktu dengan jalan-jalan di sekitar taman.

Ke mana pun, asal dengannya aku suka.

Melihat i'tikad baik Mas Al, aku akan memaafkannya kali ini. Sepertinya dia juga sudah gak marah denganku. Kan, gak mungkin Mas Al bisa tahan marah dengan gadis imut sepertiku.

Detik demi detik berputar begitu lama. Ingin rasanya aku memutar jarum jam di dinding itu ke angka 2, atau kupencet saja bel pulang sekolah. Apapun, asal aku bisa cepat pulang. Udah gak sabar mau ketemu suamiku.

Tet! Tet! Tet!

Jarum jam tepat menunjuk angka 2 bersamaan dengan bel yang berbunyi. Akhirnya yang kutunggu datang juga. Segera kukemas alat tulis dan bukuku ke dalam tas.

"Pelajaran hari ini kita cukupkan, Ibu akhiri wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh," ucap Bu Lina seraya bangkit dari kursi.

"Walaikumsalam warrahmatullahi wabarakatuh," sahut kami serempak.

Semua siswa segera berhambur ke luar setelah Bu Lina meninggalkan kelas. Begitu juga denganku yang begitu semangat meninggalkan kelas.

"Tumben sia teh buru-buru banget, Del."

Aku menoleh pada Senja dan Raina yang berusaha menyusulku di belakang. Langkahku memelan. "Gak papa, pengen cepet pulang aja. Duluan ya, Guys!"

Aku melambaikan tangan seraya sedikit berlari menuju gerbang sekolah. Kulihat mobil Mas Al terparkir di sebrang jalan, di depan gerobak mie ayam. Kupercepat langkahku untuk segera sampai di sana. Terlalu fokus dengan mobil Mas Al, aku tak menyadari saat sebuah mobil sedan melaju cukup kencang ke arahku.

"Delina!" teriakan yang begitu keras membuatku menoleh, mataku melotot pada mobil sedan itu. Kakiku terasa mati rasa, lemas. Hanya satu yang terlintas dalam benakku, 'mati'.

Sampai tarikan kuat pada tanganku berhasil membuatku selamat dari maut. Hampir saja aku bertemu Malaikat Izrail.

"Dasar gadis bodoh! Bisa nggak berhenti buat saya khawatir?" umpatan kesal dari bibir laki-laki di depanku membuatku terdiam.

Mataku mengerjap menatap wajah khawatir yang begitu terpatri di wajah baby softnya. Sementara tanganku berkeringat dingin dalam genggamannya. Benar kata pepatah 'Dibalik musibah akan ada hikmah'.

"Del, lo gak papa?"

Mas Al segera melepaskanku dari dekapannya saat beberapa siswa menghampiriku begitu juga dengan Rain.

"Gue gak papa kok," sahutku seraya tersenyum.

Rain mendekat ke arahku, "Del itu siapa?" tanyanya setengah berbisik.

"Om gue," bisikku padanya.

"Anjay!!" teriaknya yang memancing perhatian siswa lain.

Aku membekap mulutnya, kemudian tersenyum canggung pada mereka. "Kalian boleh pergi sekarang," ucapku.

Mereka segera bubar setelah memastikan aku baik-baik saja.

"Kok lo gak bilang kalau punya Om seganteng ini, Del?" ucap Rain setelah aku membuka bekapan tanganku.

"Emang penting?" balasku.

Rain menarikku dari samping Mas Al, ia segera mendekat ke Mas Al. Seraya tersenyum ia mengulurkan tangannya. "Raina, sahabatnya Adelina, Om!"

Mas Al menatap dingin pada tangan Rain yang menggantung di udara. Tak tampak niat untuk membalas uluran tangan itu. Ia kemudian menatapku, aku memberinya kode untuk membalas jabatan tangan Raina. Aku tak ingin sahabatku itu merasa malu.

"Al," jawabnya singkat seraya mengangkat tangan dan menyentuh telapak tangan Rain. Hanya menyentuhnya kemudian kembali memasukkan tangannya ke saku celana.

Rain menarik tangannya kemudian menggenggamnya di depan dada. Bibir tipis gadis itu nampak tersenyum malu. "Om Al, boleh gak Rain gantiin posisi istri Om?"

Mataku membulat mendengar celetukan Rain yang tak terduga sama sekali. Bisa-bisanya dia mengajukan diri untuk mengantikan posisiku.

"Kalau gak bisa, Rain mau kok jadi simpenannya Om," ucapnya lagi yang membuatku menggelengkan kepala.

Edan! Sahabatku sendiri ingin menjadi selingkuhan suamiku. Mana ngomongnya tepat di depanku. Nyeseknya sampek ubun-ubun!

"Lo apa-apaan sih! Ayo Om kita pulang." Aku segera menarik Mas Al untuk masuk ke dalam mobil.

Mas Al menurut dan langsung menghidupkan mesin mobil kemudian menjalankan mobilnya.

"Om, angkat aku jadi selingkuhanmu!" teriak Rain dari belakang.

Sepertinya Raina sudah melebihi kadar kewarasan manusia. Kupikir sudah saatnya membawanya ke rumah sakit jiwa.

...🍉🍉...

Mobil BMW hitam itu berbelok ke sebuah rumah besar yang tampak seperti istana. Setelah melewati satpam yang menjaga gerbang, mobil BMW milik Mas Al terparkir di antara deretan mobil mewah khas orang kaya. Di sini, mobil Mas Al tampak paling murah.

"Mas, ini rumah siapa?" tanyaku saat Mas Al hendak membuka seatbeltnya.

Ia menatapku. "Ini rumah mertua kamu," ucapnya.

Otakku mencerna ucapan Mas Al. Cukup lama, hingga aku sadar jika ternyata Mas Al bukan membawaku untuk makan malam romantis ataupun nonton seperti yang kubayangkan. Tapi, ia membawaku untuk bertemu orang tuanya. Dengan seragam SMA yang masih melekat di tubuhku, aku ragu untuk bertemu mereka.

Entah, antara senang, gugup, atau takut yang aku rasa. Yang pasti kini aku mulai menggigiti kuku jariku.

Inikah rasanya bertemu mertua untuk pertama kali? Aku takut mereka tak menerimaku karena statusku yang masih anak SMA.

"Jangan lakukan itu di depan mereka," peringatnya.

Segera aku menurunkan tanganku dari mulutku. Tak lupa untuk mengelap bibirku. Tanganku yang gemetar terasa lebih tenang saat Mas Al menggenggamnya. Kami berjalan beriringan menuju rumah besar itu.

"Jangan bicara apapun, biar saya yang jawab mereka nanti, mengerti?"

Aku mengangguk menanggapi pertanyaan Mas Al. Sedikit tak mengerti, tapi ya sudahlah. Kuturuti saja apa kata suamiku.

Beberapa kali Mas Al menekan bel, tapi pintu bercat coklat ini belum juga terbuka. Sekali lagi ia menekan bel itu kali ini cukup lama tangannya berada di sana, berulah pintu terbuka. Seorang wanita paruh baya menyambut kami, ia terkejut saat melihat siapa yang datang.

"Nak Al!" pekiknya tak percaya.

Mas Al tersenyum menatap wanita paruh baya itu. Ia segera memeluk wanita itu dengan hangat. Belum pernah aku melihat sisi lain Mas Al yang seperti ini. Ternyata tetap ada sinar hangat di kutub yang dingin.

Wanita paruh baya itu menitikkan air mata dalam dekapan Mas Al. Seperti seorang ibu yang merindukan anaknya. Apa mungkin ini ibu Mas Al?

"Ibu," ucapku seraya menyalami wanita itu.

Ia tampak kebingungan, dahinya mengerut mengikuti garis yang tergambar di dahinya.

"Ini bukan ibu saya, Del," kata Mas Al.

Aku menatapnya bingung. Terus siapa wanita ini jika bukan ibunya?

"Ini Mbok Iyem, pengasuh saya dulu," jelasnya menjawab kebingunganku.

Mbok Iyem tersenyum lantas mempersilakan kami masuk. Di dalam rumah tampak lebih mewah. Semua barang berasal dari brand ternama. Sangat berbanding terbalik dengan rumah sederhana milik Mas Al. Aku jadi heran, kenapa ia gak tinggal bersama orang tuanya di sini dan lebih memilih tinggal di rumah itu.

Aku mengikuti Mas Al duduk di sofa ruang tamu. Mataku masih saja menelusuri isi rumah yang tertata rapi. Sangat bagus jika aku bisa mengambil gambar di sini, pasti feed instagramku semakin ramai.

"Papa mana, Mbok?" tanya Mas Al saat Mbok Iyem kembali dengan dua gelas minuman dan beberapa camilan.

"Masih di kantor, Nak. Mungkin sebentar lagi pulang," sahut Mbok Iyem seraya meletakkan minuman dan camilan itu ke meja.

"Lalu ... wanita itu?" tanyanya lagi. Kali ini ada nada keraguan dalam pertanyannya.

Mbok Iyem tampak berpikir sebentar sebelum kemudian menjawab pertanyaan Mas Al, "Lagi ke luar juga," sahutnya.

Mas Al mengangguk kemudian menyenderkan tubuhnya di sofa. Ia memejamkan matanya seraya menarik pelan napasnya. Sementara Mbok Iyem pamit untuk melanjutkan pekerjaannya di dapur.

Tak lama, pintu bercat coklat itu kembali terbuka. Seorang pria yang sudah berumur bersama seorang wanita cantik seusia Mas Al muncul dari balik pintu. Seraya bergandengan mesra mereka memasuki rumah. Canda tawa mereka berubah menjadi ekspresi terkejut saat melihatku dan Mas Al.

"Keyla?!" teriak pria itu menatapku ketakutan.

Keyla? Siapa pemilik nama itu?

Telunjuk pria itu menunjukku gemetar. Matanya menatapku seolah aku adalah hantu. Aku menatap bingung pada Mas Al yang justru menatap wanita cantik itu.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!