"Kita putus!"
"putus?"
"ya. aku mau kita menjadi asing. semoga kita bisa menemukan kebahagiaan sendiri-sendiri. aku pergi,"
"Silahkan pergi. tapi selangkah saja kamu melewati pintu itu ... detik itu juga kamu akan melihat gambar tubuh indahmu dimana-mana,"
"brengsek!"
"ya. itu aku, Sayang ..."
***
Bagai madu dan racun, itulah yang dirasakan Eva Rosiana ketika jatuh dalam pesona Januar Handitama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eva Rosita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
15
"Aku ke kamar dulu, Babe."
JAnu dan Eva sudah sampai di apartemen.cOwok itu berpamitan ingin kekamarnya sementara Eva meletekkan tasya di sofa, lalu ergi menuju dapur. Dia haus ingin minum, tadi sudah meminta izin ke Janu.
Grep.
Eva berjingkat kaget karena Janu tiba-tiba tanpa suara langsung memeluknya dari belakang.
Bukan main kagetnya Eva, sampai jantung pun ikut menggila rasanya. Oh ayolah, Eva tahu jika Janu sering melakukan skinship dengannya, tapi untuk sebuah pelukan seperti ini, rasanya ... dia masih adaptasi dengan skinship yang dilakukan Janu ini.
"Jan," hampir seperti bisikan suara Eva.
"Hmm," Janu hanya membalas dengan gumaman. Sialannya dia malah mengeratkan pelukannya dan menenggelamkan wajahnya ke ceruk leher pacarnya.
Makin-makin itu jantungnya si Eva menggilanya. Bahkan dia yakin tak hanya jantungnya sajayang berulah, pasti pipinya sudah bersemu mengeluarkan ronanya.
"Januu ..." tanpa sadar Eva merengek karena Janu semakin menghimpit tubuhnya.
Ah, Janu sangat suka sekali mendengar pacarnya merengek seperti ini. Sejak kapan gadisnya yang kuat ini bisa menjadi kucing menggemaskan?
"Apa, sayang?"
Duh Jan, suaramu loh, malah bikin Eva merinding sekarang. Sahutan lembut itu sangat kontras dengan gambar-gambar yang ada di tangannya.
"Geli,"
Janu terkekeh, karena gemas dia mencium pipi kanan pacarnya.
Baru saja Eva bernapa lega karena Janu melepas pelukannya, tapi napasnya kembali tercekat karea ternyata tubuhnya di balik oleh Janu dan sekarang malah pinggangnya di pegang.
Janunya tersenyum melihat wajah si pacar yang sudah bersemu merah. Imut sekali ternyata pacarnya ini ketika salting.
"Babe?"
"Ya?"
Yang awalnya menatap mata Eva, sekarang beralih menatap bibir yang tergigit dibagian bawah, lalu kembali untuk menatap manik pacarnya yang mengerjap pelan.
"Boleh?"
Eva mengerjap lagi, bibir yang tadinya ia gigit sendiri karena gugup sekarang ia bebaskan. Terbuka sedikit lalu tertutup dan terbuka lagi. Bingung mau menjawab apa karena Eva tahu apa kemana arah pertanyaan Janu.
Tak kuasa menahan sabar dan sudah sangat tergda untuk menyicipinya, Janu mendekatkan wajahnya dan mencium bibir itu.
Merasa disambut karena tak ada penolakan dari Eva, Janu beranikan untuk melumatnya. Memagut dengan lembut membuat Eva hanyut untuk membalasnya.
JAnu semakin terbuai dengan gerakan Eva yag turut membalasnya. Semakin lincah Janu menggerakkan bibirnya, pun lidahnya yang sudah ikut bermain. Tangan yang merembet ke atas memegang tengkuk Eva untuk memperdalam ciumannya, dan dengan reflek kedua tangan Eva mengalungi leher Janu.
Heningnya ruangan itu membuat suara decapan dari kegiatan cumbu dua anak muda itu terdengar.
Janu baru menjauhkan wajahnya karena mendapat tepukan dibahunya. Kekasihnya itu hampir kehabisan napas ternyata.
"Manis," bisik Janu seraya mengusap bibir lembab tadi yang sudah dibuatnya basah.
Eva mencebik dan memalingkan muka karena malu. Dan itu membuat Janu terkekeh.
Menangkup kedua pipi Eva, Janu satukan kening keduanya membuat dua hidung mancung itu bersentuhan, lantas dia gesekkan pelan hidungnya.
"I love you, Babe," bisiknya.
Eva tersenyum dan memejamkan matanya. Bohong kalau dia tidak berbunga-bunga mendengar pernyataan cinta dari Janu.
"I love you too,"
Setelah beberapa detik terdiam, Eva membalas ungkapan cinta itu dengan lirih.
Janu yang terkejut dan tak menyangka jika ungkapan cintanya akan dibalas oleh Eva, sontak membuatnya menjauhkan wajah dan menatap Eva dengan tak percaya. Namun bibirnya berkedut ingin tersenyum.
"Babe ... Is that true?"
Eva memang menerima cintanya dan mau menjadi pacarnya, namun gadis itu tidak mengatakan jika mencintainya juga.
Eva mengangguk pelan disertai senyum tipisnya yang manis.
"Yeah, i feel the same way. I love you too, Janu."
Tidak akan Eva katakan dusta jika mengenai hati. Eva juga tahu apa yang dirasa hatinya, dia sudah mencintai cowok di depannya ini.
Terlalu cepat mungkin, tapi siapa yang bisa tahu hati ini akan berlabuh cepat atau tidak. Janu sudah mengambil, merebut dan merawatnya membuat hadir rasa yang lebih dari nyaman bahkan bahagia rasanya. Bukankah sudah sepantasnya jika hatinya dimiliki Janu?
Janu melipat bibirnya yang rupanya tak mau berhenti untuk tersenyum senang. Berpaling muka juga karena tersipu rupanya.
"I love you more, Darling," ungkapnya yang lebih dalam setalah kembali menatap Eva.
Membawa tubuh pacarnya untuk dipeluk, didekapnya dengan erat. Dan kalimat-kalimat cinta itu di gumamkan berkali kali oleh Janu.
Cukup lama mereka berpelukan, merayakan bahagianya perasaan masing-masing. Tak ada yang lelah meski keduanya sama-sama berdiri.
Memang begitu orang jatuh cinta, hampir mirip orang bodoh karena luapan rasa yang menggebu.
"Jan,"
"Hem?"
"Nggak ke kampus. Ada kelas kan bentar lagi?"
DI ingatkan tujuan dia datang kesini hanya untuk mengantar, Janu berdecak kesal. Dia ada kelas sebentar lagi, dan kebetulan Dosennya mirip orang kerasukan yang suka mode senggol bacok.
"Apa bolos aja ya?" gumam Janu.
"Ya jangan dong!" seru Eva, melepaskan pelukannya membuat si pacar menampilkan wajah protesnya.
Eva terkekeh, lucu juga si pacarnya ini. Kalau dilihat-lihat memang sebenarnya wajah Janu ini ada imut-imutnya, cma ketutup sama tampilannya yang sangar.
Dan satu lagi yang membuat Janu terlihat dingin,tatapan matanya. Meski bermata sipit, tapi tatapan itu bisa setajam elang membuat yang ditatap bergidik ngeri.
"Kuliah gih,"
Lagi.Si Janu berdecak kesal lagi. "Masih mau sama lo, loh, Babe,"
"Idih,"
Eva mendengus geli melihat si pacar yang tiba-tiba manja begini.
"Nanti kan bisa ketemu lagi, Jan.Lagian gue juga nggak kemana-mana, ada disini,"
Jan menghela napas panjangnya. Begini banget nasib, baru juga bisa mesra-mesraan! Batinnya.
"Iya deh,gue berangkat,"
Bilangnya iya berangkat, tapi malah nemplok lagi di badannya Eva. Memeluknya lagi dengan erat.
"Heh, katanya mau berangkat?"
"Bentar. Isi tenaga dulu," gumamnya.
Apa isi tenaganya cuma pelukan doang? oh jelas tidak, si Janu juga kembali menyatukan bibirnya. Benar-benar isi tenaga sampai full dia.
Sosor aja terus, Jan.
Setelah drama Janu yang hampir tidak mau ke kampus karena maunya nempel terus, Eva duduk di sofa cengar cengir sendiri. Tak menyangka saja jika dia sekarang sudah punya pacar modelan seperti Janu.
Ternyata semenyenangkan ini memang punya pacar.Kenapa tidak dari dulu saja dia bertemu dengan Janu ya?
Sedang asyik memikirkan Janu, ponsel Eva berdenting ada pesan masuk.
Dari adeknya, yang sudah pasti isi pesannya tentang Ibunya yang mengeluh soal uang uang dan hutang.
"Ck, kayaknya semesta nggak setuju banget gue seneng dikit," keluh Eva yang sudah membaca pesan dari adiknya.
kak kenapa ga di fizo aja sih novel ini..