NovelToon NovelToon
Mencintaimu Adalah Luka

Mencintaimu Adalah Luka

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kisah cinta masa kecil / Bad Boy / Enemy to Lovers / Idola sekolah
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Jaena19

Kania gadis remaja yang tergila-gila pada sosok Karel, sosok laki-laki dingin tak tersentuh yang ternyata membawa ke neraka dunia. Tetapi siapa sangka laki-laki itu berbalik sepenuhnya. Yang dulu tidak menginginkannya justru sekarang malah mengejar dan mengemis cintanya. Mungkinkah yang dilakukan Karel karena sadar jika laki-laki itu mencintainya? Ataukah itu hanya sekedar bentuk penyesalan dari apa yang terjadi malam itu?

"Harusnya gue sadar kalau mencintai Lo itu hanya akan menambah luka."

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jaena19, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

lima belas

" Lo maju selangkah, gue tabok Lo ya!"

Ancaman penuh emosi yang kembali disebabkan oleh Laras berhasil membawa candi tawa di kelasnya kali ini. Banyak orang mengatakan ketidak ramahan keluarga Pradipta adalah suatu sikap juga sifat turun temurun. Jika orang itu Karel, Kania akan percaya saja. Tapi jika itu Laras yang dijadikan contoh, atau bahkan Fabian dan juga Raden, Kania sih tidak akan percaya. Menurutnya hanya Karel-lah yang memiliki sifat ketidak ramahan itu, sisa dari anggota keluarga Pradipta seolah hanyalah isu belaka.

"Bawa balik gak?!"

Tahu apa yang Laras permasalahkan?

Kali ini yang dipermasalahkan gadis itu adalah sebatang coklat juga setangkai bunga hasil pemberian kakak kelas. Bayangkan saja, bagaimana malunya laki-laki itu harus menerima penolakan di hadapan para adik kelasnya seperti ini? Ah sudah, Kania pernah merasakan yang lebih kejam, jadi ia tidak mau membayangkan hal itu lagi.

Kania berdeham kemudian menarik Laras untuk tidak berhadapan langsung dengan si kakak kelas itu.

Baiklah, kali ini kami akan mengakui bahwa Laras tetaplah bagian dari Pradipta. Bagian yang jelas membawa sebuah keturunan yang tidak ramah. Tapi tidak apa, sebagai dirinya masih di samping gadis itu, maka ia akan menjauhkan Laras dari ketidak ramahan itu.

"Sini kak, Laras lagi PMS, jadi agak-"

"Enak aja! Gue gak lagi PMS ya!"

Seruan yang kembali memenuhi telinganya itu membuatnya berdesis jengkel dan menolehkan pahalanya ke arah Laras, menatap gadis itu sebal.

"Bisa diem gak?!" Omelnya galak." Ini namanya menghargai!"

"Idih!" Laras mendengus tidak suka. Ia melipat kedua tangannya kemudian memilih untuk kembali duduk di kursinya sembari me, perhatikan Kania yang kembali berbicara di depan sana.

" Nanti aku bantu ngomong sama dia ya, kak. Dia emang lagi galak hari ini." Kania berucap tidak enak. Ia kemudian mengambil alih kedua beda itu dan kembali menampilkan senyum tidak enaknya.

" Kalau dia gak mau, buat Lo aja."

Yah, kalau begini, keadaan sama saja memaksa Kania untuk menjadi seorang penjahat.

"Pasti dia mau kok! Gengsi aja nerima-"

"Boong aja Lo!"

Astaga, rasanya Kania ingin sekali menutup rapat mulut Laras yang tidak ramah itu.

----

"Kak Kania,,"

Panggilan kecil dari seorang anak laki-laki bertubuh mungil itu membuat senyum Kania terukir tipis. Ia melirik pada jam dinding di kamarnya yang sudah menunjuk pada angka delapan malam, sebelum akhirnya bangkit dari posisi tidurnya dan memilih melambaikan tangannya ke udara.

"Sini, Rian!" Pintanya pelan.

Rian menurut. Dengan langkah semangat juga senyuman lebarnya, anak laki-laki itu menghampiri Kania.

"Mau main-"

"Main apa?" Kania bertanya sembari memperhatikan wajah Rian yang sudah memudar energinya. "Emangnya besok Rian gak sekolah?"

Rian mengangguk." Tapi di bawah Mamah sama papa lagi berantem, Rian mau main aja."

Ucapnya dengan nada sedih itu berhasil membuat senyuman di wajah Kania sirna seketika. Ia bangkit dari duduknya, kemudian melangkah pasti mendekati pintu kamarnya sebelum menutup pintu itu dengan rapat.

"Tapi Rian harus tidur jam sembilan ya?" tawar Kania kemudian kembali berbalik menuju tempat tidurnya.

"Setengah sep-"

"Ya udah, gak usah main!"

Berbicara dengan bocah berumur 8 tahun itu sama saja dengan olahraga emosi. Ya hampir sama dengan kata pepatah, dikasih hati minta jantung. Terbuktikan dengan Rian yang malah kembali menawar waktu tidurnya, bukan hanya tinggal menurut besar ia juga mau menuruti permintaan bocah itu.

"Mau main gak?" tawar Kania lagi. Tawaran yang pada akhirnya membuat Ian mau tidak mau mengangguk saja.

"Mau main apa?"

"Ludo!" Ryan menjawab dengan semangat dan senyuman yang lebar, dia mengeluarkan tablet berukuran tujuh inci yang dibawanya ke hadapan Kania.

Jujur saja, kalau diminta untuk memainkan permainan itu kami akan memilih untuk tidur saja. Tapi karena kondisi tidak mendukung, maka ia memilih menampilkan senyumnya sebelum mengangguk pelan.

"Aku mau warna biru ya!" Rian kembali berseru semangat.

"Kamu merah aja-"

"Warna biru lebih hoki!" Rian membalas dengan senyuman lebar.

Kania terkekeh, memangnya sebuah hoki bisa diatur dengan warna?

"Kak Kania, haram itu apa?"

Kania terkesiap. Ia sedang berusaha memasuki permainan, tetapi fokusnya kembali teralih ketika pertanyaan itu keluar dari bibir Rian.

"Haram itu artinya nggak baik." Kania membalas dengan tangannya yang mulai bermain di atas layar tablet Rian. Jangan minta Iya mendefinisikan secara rinci. Sudah dibilang Kania itu tidak pintar dalam bidang apa-apa, termasuk untuk mendefinisikan sebuah kata.

"Berarti minuman haram itu artinya minuman nggak baik?"

Kania mengangguk menyetujui. Setidaknya Rian bisa mengerti pendefinisiannya yang tidak jelas itu.

"Rian tahu minuman haram dari mana?" Tanya Kania basa-basi.

"Tadi di YouTube ada channel yang isinya nangkap orang-orang yang minum minuman haram gitu."

Kania membulatkan bibirnya membentuk huruf O. "Polisi?" tanyanya lagi.

Rian mengangguk." Kalau sudah gede, Rian jadi polisi keren gak?"

Kania terkekeh pelan." Keren dong!" Ia membalasnya dengan senyuman. Tenang saja, ia juga pernah kecil.  Ia juga pernah memiliki cita-cita menjadi seorang polisi. Tapi nyatanya seiring berjalannya waktu, ia tidak mau lagi menjadi seorang polisi. Kalau ditanya apa cita-citanya saat ini, hanya satu jawabannya, yaitu keluar dari rumah ini tanpa sebuah beban.

"Kania!"

Suara serak yang dibarengi dengan ketukan pelan di pintu membuat perhatiannya juga Rian teralih. Di detik selanjutnya seorang Raihan muncul dengan seragamnya yang berantakan juga helm yang masih menggantung di tangannya.

"Temenin gue drive-thru fast food sebentar dong."

Sempat merasa bingung, tapi pada akhirnya Kania menoleh pada Rian seolah meminta persetujuan.

Raihan tidak sepenuh hati mengajaknya pergi. Bahkan Kania yakin keinginan itu tidak pernah muncul di dalam otak juga hati kakaknya itu. Ucapan Raihan barusan jelas ditujukan untuk adiknya. Panggilan untuknya hanya dari bahwa hubungannya dengan Raihan baik-baik saja, itu yang Kania sadari sejauh ini.

Lalu jika kalian bertanya-tanya mengapa Raihan mengajak pergi di waktu yang bisa dibilang sudah malam, sedangkan laki-laki itu sendiri masih menggunakan seragamnya. Kania sudah tahu jawabannya. Jawaban yang tidak pernah berganti semenjak masa remajanya, yaitu karena keadaan di bawah sudah di luar kendali dan Raihan selalu berinisiatif untuk membawa Rian keluar di saat-saat seperti ini.

"Bawain jaket adiknya ya." pinta Raihan." Aku ganti baju dulu," katanya kemudian pergi.

Sejujurnya, Jika ditanya apakah kejahatan seorang Raihan, Kania tidak bisa menemukannya. Rasa marahnya pada laki-laki yang berstatus sebagai kakaknya itu seakan selalu meluap keluar dari dirinya sesaat Elia membanggakan laki-laki itu. Tidak hanya sekedar membanggakan, tapi setiap kali Raihan mendapat perlakuan lebih dari Elia, saat itu juga amarahnya meruak.

Ia tidak pernah menuduh Raihan yang terus berlaku acuh tak acuh terhadapnya. Banyak temannya yang berbisik, menyadarkan seorang kakak lelaki bahwa adik perempuannya yang menggemaskan membutuhkan perhatian adalah misi yang hampir mustahil, terlebih di masa remaja yang penuh gejolak. Namun, di lubuk hati yang terdalam, ia tahu bahwa yang bersalah bukan Raihan, melainkan dirinya sendiri. Ia adalah aktor utama dalam drama kesalahpahaman ini, yang dengan keras kepala menutup hati dari segala kebaikan Elia dan malah menanam benih rasa tidak suka pada lelaki yang sebenarnya tak bersalah itu. Sebuah penyesalan yang terus menghantui pikirannya, seolah-olah ombak kesedihan yang tak pernah reda menghempas pantai hatinya.

1
Suryani Tohir
nice
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!