Ini tentang pengguna Nerkhuzogh antar Negeri Atas Angin. Dunia makin dipenuhi ras Liz-ert yang ingin menguasai Dunia.
Para Liz-ert itu hendak menjadikan manusia sebagai ternak mereka.
Untunglah di berbagai negeri masih ada para pemuda yang di pilih Dewa, Dewi yang membekali Nerkhuzogh.
Bersama mereka dipertemukan dan saling membantu mengatasi masalah yang dibuat para Liz-ert.
100% Fiction
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tenth_Soldier, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mata-mata Maharaj ; Membuat Alat Pemindai
Sikap diam, ketus, serta keras Maharaja Chandragupta terhadap Rajesh Gupta bukannya tanpa sebab. Chandragupta sebenarnya juga telah mengetahui hal itu, tetapi dalam sikap ketidak peduliannya itu Chandragupta sedang berpikir keras untuk mencari pusat lokasi markas para Liz-ert berada.
Dia telah memerintahkan seseorang dengan kemampuan membuat tubuhnya tembus pandang untuk selalu membuntuti pendeta dari sekte Dewi Kali.
Namun masih belum juga mendapatkan hasil. Saat itu dia sedang menunggu utusannya itu di kuil Dewa Sinuw.
Mondar-mandir di depan altar, dengan gelisah Maharaja Chandragupta menyeka keringat yang membasahi dahinya.
Tiba-tiba terdengar suara lirih tanpa wujud, memberi hormat padanya.
"Hormat hamba, Yang Mulia. Hamba telah kembali dari memata-matai Liz-ert yang menyamar sebagai Pandit sekte Dewi Kali."
"Oh, bagus dan apakah kau sudah menemukan sarang mereka?" tanya Chandragupta pada suara tanpa sosok depannya.
"Hamba, membuntutinya ketika dia telah selesai melahap korban di kuilnya. Ternyata di kamarnya terdapat pintu rahasia menuju dasar bumi, Yang Mulia!" Sosok yang tidak kelihatan itu terdengar gemetar.
"Hamba menyelusuri lorong bawah tanah itu, hingga jarak yang sangat jauh dan dalam dan... dan..." sesaat sumber suara itu berhenti.
"Ada apa? Kau terdengar begitu cemas, apa yang telah kau lihat?" tukas Chandragupta.
"Hamba, hamba melihat suatu peradaban di dasar bumi Yang Mulia, dan sebuah kekuatan militer Liz-ert yang sangat banyak," Sosok tanpa wujud itu akhirnya menjelaskan segala yang telah dia temukan.
"Hmmm... Baiklah Jadav, Ksatria Klan Pandya aku terima laporanmu ini, beristirahatlah sejenak, sudah berminggu-minggu kau menjelajah dan membuntuti makhluk-makhluk itu tentu sangat melelahkan bagimu."
"Terima kasih Yang Mulia, hamba akan selalu waspada, tapi hamba mendengar putra anda telah mengetahui keberadaan Liz-ert di istana ini beberapa hari yang lalu, benarkah itu?"
"Ya, benar aku telah berusaha untuk tidak menggubrisnya untuk sementara, agar Liz-ert yang ada di sekitar kita tidak mengetahui rencana tersembunyi kita," jawab Chandragupta.
"Oh, kalau begitu, sebaiknya hamba menjaga pangeran Rajesh, setelah ini," Jadav yang tetap tidak menampakkan wujudnya itu berpendapat.
"Tidak, tidak perlu, Jadav. Kau beristirahatlah dulu, segarkan tubuhmu. Adikku yang yang akan menjaganya untuk sementara waktu ini."
"Baiklah kalau demikian, Yang Mulia, hamba meninggalkan tempat, sekarang..." Jadav mengundurkan diri.
"Baiklah, kita akan bertemu di tempat yang sama seminggu dari sekarang," titah Chandragupta.
"Baik, Yang Mulia hamba mengerti..."
Setelah itu hanya terdengar denting halus baju zirah Jadav menjauh dari Kuil Dewa Sinuw itu.
Chandragupta tidak menyadari, ternyata dengan menggunakan kekuatan Nerkhuzoghnya, Rajesh telah mendengar percakapan ayahnya itu. Dengan kekuatan ilusi-nya seolah Rajesh tidak berada di tempat itu.
Nerkhuzogh Rajesh bernama Kilátás, telah memberitahu segala kekuatan yang dimilikinya. Rajesh sudah sangat mahir menggunakannya.
"Oh, lega, ternyata diam-diam ayah telah mengetahuinya lebih dulu, untuk keselamatanku dia bersikap tak acuh, hmmm... Terima kasih Ayah, tapi aku juga tidak akan tinggal diam begitu saja!" bertekad dalam benaknya, Rajesh lalu bergerak menuju rumah Jadav, Ksatria klan Pandya.
...*****...
Siggrin, Donlon, Negeri Hujan dan Kabut.
Sosok yang diselimuti bayang-bayang muncul, menampakkan Dewi Morrigan. Matanya, seperti serpihan obsidian, tertuju pada Bryant, "Tabir sudah mulai terkuak, Hai ilmuwan muda. Bisikan Liz-ert bergema semakin jelas sekarang."
Bryant bergegas mundur, Liz-ert yang mengejarnya terlupakan di hadapan kehadiran Dewi yang berkarisma kuat itu, "Siapa...siapa kau?"
Morrigan mengulurkan tangan, batu bintang emas gelap berkilauan di telapak tangannya, "Aku Morrigan. Ambil ini, Nerkhuzogh Feltaláló. Ia akan membimbingmu, menguatkanmu. Wabah Liz-ert menyebar. Dunia membutuhkanmu."
"Maksudmu, Liz-ert yang mengejar ku sebelumnya?" Bryant berkata lirih.
"Ya, kau adalah dari sekian orang yang terpilih dari kami Dewa-Dewi yang telah kalian lupakan," jelas Dewi Morrigan.
"Lalu, apa yang harus aku lakukan? Kenapa kalian tidak langsung saja melenyapkan para Liz-ert itu?" Pertanyaan yang sama persis yang pernah ditanyakan Mitsuko Izumi muncul di benak Bryant Whittle.
"Kekuatan kami sangat besar, Bryant Whittle. Kami bisa saja melenyapkan mereka, tetapi itu juga berarti kami akan melenyapkan manusia yang tidak bersalah." jawab Dewi Morrigan.
"Manusia telah dibutakan teknologi baru yang mempermudah pekerjaan mereka, dan mulai mengabaikan kearifan lokalnya."
"Membuat sistem yang tunduk dengan benda yang bernama uang, bangunan-bangunan baru untuk membuat kuda-kuda besi, senjata letup secara masal. Tanpa menghiraukan akibat yang mereka perbuat," Dewi Morrigan dengan tegas melontarkan nada kecewa.
"Tapi kau Bryant, aku menaruh harapan padamu, aku percaya dengan cara berpikirmu yang penuh hikmat itu."
"Pulang dan bicarakanlah dengan Nerkhuzoghmu itu, Feltaláló akan mendukung segala yang akan kau lakukan untuk melenyapkan para Liz-ert dari muka bumi," Dewi Morrigan kemudian menghilang perlahan-lahan.
"Bryant pada waktunya kau akan bertemu yang lain dari pihak kita..." Gema suara Morrigan terdengar untuk yang terakhir kalinya.
Bryant Whittle bergegas pulang, batu bintang misterius tergenggam erat di tangannya. Bryant menerobos pintu depan, matanya bersinar dengan kegembiraan, "Ayah! Kau tidak akan percaya apa yang telah terjadi! Aku bertemu ... aku bertemu ..."
Sir Brennan menurunkan korannya, mengintip dari balik kacamatanya ke arah putranya. "Bryant! Haruskah kau membuat keributan seperti itu? Dan apa itu yang ada di genggamanmu? Benda rongsokan yang tak berguna lagi?"
"Ini bukan barang rongsokan, Ayah, ini adalah batu bintang yang diberikan oleh. mmmm... ceritanya panjang. Tapi ini ada hubungannya dengan Jack The Ripper dan Liz-ert..." Bryant menjadi ragu bercerita tentang Dewi Morrigan.
Brennan mendesah, " Liz-ert? Bryant, Jack the Ripper bukanlah semacam makhluk mitologis, Obsesinya sangat memuakkan."
Semangat Bryant mulai mengendur, "Tapi Ayah, aku melihatnya sendiri, Pastur Malcolm... berubah wujud menjadi Liz-ert... Tepat di depan mataku!"
Ayah Brennan menghela napasnya, dengan nada pelan berkata, "Bryant, ayah tahu kau telah melewati hari-harimu yang melelahkan dengan munculnya Jack the Ripper, sampai-sampai harus berimajinasi yang berlebihan seperti itu. Sekarang simpan barangmu itu, dan kita makan malam bersama," Sir Brennan nampaknya tidak mempercayai kata-kata Bryant.
Bryant mengangguk pelan, ia mengantongi batu bintangnya, ia juga memaklumi ayahnya pasti tidak percaya dengan apa yang telah ia alami.
"Baiklah, ayah. Tapi aku akan membuktikannya pada saatnya nanti," ucap Bryant Whittle.
Setelah selesai makan malam, Bryant berada di kamarnya. Dia mengeluarkan batu bintangnya, mengamatinya lalu menyebut namanya, "Feltaláló, kau bisa mendengarku?"
Beberapa saat Bryant menunggu, dan tak lama kemudian Nerkhuzogh bernama Feltaláló itu menunjukkan wujudnya memancar seperti sinar hologram di depan Bryant Whittle.
"Feltaláló, kau mengerti masalahnya kan? Liz-ert itu nyata, bukan? Dan mereka berada di antara manusia, benar begitu?" tanya Bryant Whittle ketika melihat sosok hologram Feltaláló.
Gambar holografik berkedip-kedip, memproses data, "Berdasarkan terbatasnya data yang tersedia, hipotesis Liz-ert masih sangat simpang siur. Namun jika kita berasumsi keberadaannya, perangkat pendeteksi berdasarkan analisis bio-signature dapat dikembangkan."
Mata Bryant berbinar, "Alat pendeteksi! Cemerlang! Bisakah kau mendesainnya?"
"Membuat alat seperti itu memerlukan akses ke peralatan khusus. Bengkel ayahmu mungkin berisi komponen-komponen yang diperlukan."
Bryant menyeringai, sudah menuju pintu ruang bawah tanah, "Sempurna. Ayo mulai bekerja, Feltaláló. Saatnya mengungkap kebenaran."
Bersambung...