Tiga ribu tahun setelah Raja Iblis "Dark" dikalahkan dan sihir kegelapan menghilang, seorang anak terlahir dengan elemen kegelapan yang memicu ketakutan dunia. Dihindari dan dikejar, anak ini melarikan diri dan menemukan sebuah pedang legendaris yang memunculkan kekuatan kegelapan dalam dirinya. Dipenuhi dendam, ia mencabut pedang itu dan mendeklarasikan dirinya sebagai Kuroten, pemimpin pasukan iblis Colmillos Eternos. Dengan kekuatan baru, ia siap menuntut balas terhadap dunia yang menolaknya, membuka kembali era kegelapan yang telah lama terlupakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yusei-kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siswa Altais vs Keluarga Velmont
Dibalik kabut-kabut dan debu yang beterbangan serta sisa-sisa api akibat serangan dari Sai sebelumnya. Terlihat, Yusei, Akira, Kiria, Sai, Yui, dan Hiyori sudah bersiap dengan posisi menyerang. Sementara, lawan mereka ternyata berjumlah enam orang yang merupakan para pria yang sempat menghadang mereka ketika keluar dari kastil tadi. Mereka terdiri dari Alaric Velmont, Lucien Velmont, Cedric Velmont, Damien Velmont, Sebastian Velmont, dan Adrian Velmont. Pertarungan 6 vs 6 antara siswa Akademi Altais melawan keluarga bangsawan dari kerajaan Veltora, Velmont akhirnya pecah.
Kiria berhadapan dengan Alaric yang saling beradu tinju dan petir milik mereka. Kiria tau persis yang mereka lawan bukanlah siswa ataupun orang lemah, melainkan keluarga bangsawan dari kerajaan Veltora yang jelas-jelas jauh lebih kuat dari mereka. Kiria mencoba terus menghindar dan menunggu saat yang tetap untuk memberikan serangan balasan.
"Wah wah, ku dengar Akazuchi terkenal dengan petir merah mematikan mereka, apa kau benar-benar Akazuchi?" ucap Alaric dengan senyum sinis sambil meremehkan Kiria. Sementara Kiria hanya bisa membalas sedikit demi sedikit serangan Alaric, ia mencoba untuk menghemat mana semaksimal mungkin untuk memberikan serangan balasan nantinya. Meskipun sepertinya mustahil, namun Kiria yakin pasti akan ada kesempatan. Sekecil apapun celahnya nanti, pasti akan ia manfaatkan dengan baik. Untuk itu, ia tetap terus bertarung meskipun dengan sihir petir dasar yang ia gunakan.
Disisi Sai, ia terlihat sangat kewalahan menghadapi Lucien dengan elemen magma miliknya. Api milik Sai tidak ada apa-apanya dibandingkan magma milik Lucien. Meskipun sudah menyerang dengan sekuat tenaga, Sai tidak dapat memberikan serangan yang berarti.
"Tidak seperti mereka yang penuh basa-basi, aku menyerang dengan kekuatan penuh dari awal" ujar Lucien yang terus membuat Sai terpojok.
"Ini ide yang buruk" gumam Kiria dalam hati. "Jika terus bertarung dan mundur seperti ini, akan butuh waktu setidaknya satu hari satu malam agar bisa mencapai kaki gunung ke arah Silvarea" ujar kiria dalam hati sambil terus berpikir bagaimana strategi yang terbaik karena sepertinya mustahil bisa mengalahkan mereka. "Ku harap kalian dapat bertahan lebih lama, setidaknya sampai kita mencapai daerah Silvarea dan meminta bantuan disana" ujar Kiria dalam hati.
Mereka terus bertarung dan lari mundur ke arah Silvarea. Melompati pohon-pohon besar sambil menghindar dan memberikan serangan balasan. Itulah strategi yang mereka gunakan saat ini, namun tentu saja ide tersebut tidak berlangsung dengan baik. Para Velmont berhasil memojokkan mereka dan memperlambat pelarian mereka.
Sementara Yusei yang sedang berhadapan dengan Cedric terlihat tetap tenang dan fokus bertarung menggunakan pedangnya, ia tidak menggunakan sihirnya sedikitpun. Cedric menyerang Yusei dengan tebasan-tebasan angin berbentuk sabit yang ditembakkan ke arah Yusei, namun Yusei dengan lihainya menghindari serangan tersebut dan melawan Cedric dari jarak dekat dengan pedang Suijin no Tsurugi miliknya. Sepertinya Yusei cukup berhasil memojokkan Cedric karena Cedric tidak terbiasa dengan pertarungan jarak dekat.
"Ada apa Cedric? jangan membuat malu nama Velmont" ejek Lucien. "Berisik!! aku bahkan belum mulai" balas Cedric. Ia terus berusaha menjaga jarak dari Yusei, ia membuat angin puting beliung yang sangat kencang agar Yusei terhempas jauh, namun sayangnya Yusei tetap bisa menembus puting beliung tersebut dengan wajah tenangnya. "Sial, aku tidak tau kalau Shimizu berbakat menggunakan pedang" gumam Cedric dalam hati.
Sementara Sai yang sedari tadi sudah terpojok melawan sihir magma milik Lucien hanya bisa berlari menghindari sambil melompati pohon-pohon besar di sekitar mereka. Dengan rasa yang penuh frustasi melawan ganasnya magma Lucien, Sai terus teringat kata-kata seseorang "Api dan magma hanyalah sebuah elemen, tidak ada yang lebih lemah dan tidak ada yang lebih kuat". Ia mencoba untuk percaya akan kata-kata tersebut, namun kenyataannya api miliknya bukanlah tandingan magma.
Ditengah pertarungan, ia teringat suatu kejadian ketika ia masih berumur 9 tahun. Sai adalah penyihir elemen api yang sangat berbakat bahkan sejak ia masih kecil. Ia sudah mampu mengeluarkan api yang sangat besar, dan juga dapat mengarahkannya secara presisi. Sampai suatu ketika, saat ia berusia 9 tahun. Ia diculik oleh salah satu kelompok yang menyebut diri mereka Tenebris Arcanum.
"Lepaskan! lepaskan aku" teriak Sai yang saat itu masih kecil yang sedang dibawa lari oleh penculik tersebut. Lalu Sai menggunakan sihir api miliknya dan mengeluarkan api yang cukup besar, cukup untuk melukai wajah pria yang menculiknya itu sehingga pria itu terjatuh dan Sai terlepas jatuh dari bahunya.
"Anak sialan, padahal kau hanya perlu diam dan mengikut saja". Ucap pria itu, kemudian ia kembali mendekati sai, namun kali ini ia berencana mengikat Sai lebih kuat.
Sai mencoba melawan dengan sihir apinya, namun apalah daya anak yang berumur 9 tahun melawan seseorang dari organisasi kriminal. Sai kalah tidak berdaya melawan sihir api yang jauh lebih kuat darinya.
"Jika kau menurut, mungkin ini tidak akan terjadi" ucap pria itu. Ketika hendak mengikat Sai, tiba-tiba ada seseorang yang berteriak "Cukup sampai disana", ucap seorang pemuda dari kejauhan yang mengenakan pakaian Akademi Altais. "Bocah Altais seperti mu sebaiknya jangan ikut campur" ucap penculik itu.
Setelah itu mereka saling bertarung, ternyata pemuda itu juga pengguna elemen api. Mereka bertarung dengan sangat sengit, pria Tenebris Arcanum itu akhirnya mengeluarkan sihir tingkat lanjut dari elemen apinya, yaitu elemen magma yang melahap semua api milik pemuda Altais itu.
"Bocah sepertimu tidak akan bisa mengalahkan elemen magma ku, jika kau memutuskan untuk tidak menggangu mungkin kau akan selamat, namun sekarang sudah terlambat" ucap pria itu. "Pada dasarnya api dan magma hanyalah sebuah elemen, tidak ada yang lebih kuat dan tidak ada yang lebih lemah" ucap pemuda tersebut dengan penuh percaya diri.
Kemudian pemuda tersebut menunjukkan kekuatannya yang sebenarnya, ia memperlihatkan aksi yang luar biasa dengan sihir api miliknya. Ia memadatkan api dan juga menambah kecepatan serangannya sehingga ia seolah-olah terlihat sedang menggunakan elemen cahaya, hanya saja lebih kuat dan lebih mematikan karena terbuat dari api yang sangat padat.
"Bagiku, magma hanyalah air yang bersifat panas, bahkan elemen magma hanya memperlambat penggunanya. Aku tidak butuh elemen seperti itu" ucap pemuda Altais tersebut.
Kemudian ia menyerang pria Tenebris Arcanum tersebut dengan membabi buta, dengan kecepatan yang cepat secepat cahaya. Bahkan magma dari pria tersebut tidak berarti apa-apa dan dapat ditembus dengan mudah. Pria Tenebris Arcanum itu tidak memiliki kesempatan untuk menang, bahkan ia tidak memiliki kesempatan untuk menyerang.
Lalu dengan serangan terakhirnya, ia menciptakan bola api seperti matahari yang sangat panas dan besar. "Entei Karyudan", serangan tersebut tepat mengenai musuhnya dan membakar habis musuhnya sampai menjadi tak bersisa.
"Jika aku terlahir dengan elemen cahaya, mungkin kau sudah mati 100 kali" ucap pemuda itu sambil berjalan menjauhi lawannya yang sudah berubah menjadi abu. "Ayo bocah, kita cari ayah dan ibumu" ucapnya kepada Sai lalu pergi meninggalkan tempat itu.
2 tahun kemudian, terdengar kabar bahwa pemuda tersebut telah dilantik menjadi kesatria suci elemen api, bahkan ia masih belum menguasai sihir tingkat lanjut dari elemen api hingga saat ini. Pria tersebut adalah Ken Homura, pria dengan tekat yang kuat, yang mampu mengalahkan lawan-lawannya yang bahkan sudah menguasai sihir tingkat lanjut. Pria yang sangat terobsesi dengan elemen cahaya, dan pria yang menjadi panutan Sai untuk masuk ke akademi altais, maupun untuk menjadi kesatria suci.
Pertarungan antara Sai dan Lucien tetap berlanjut. Meskipun sulit, Sai yakin pasti akan ada kesempatan untuk melancarkan serangan balasan.