Karena menghindari perjodohan yang dilakukan orang tuanya, Khavi Zean Rakhayasha terpaksa harus kabur dari rumah dan mengganti identitasnya.
Namun di tengah pelarian nya, Khavi harus terjebak menjadi bodyguard seorang Nona muda arogan bernama Shena Athalia Sarfaraz.
Seiring berjalannya waktu, benih-benih cinta mulai tumbuh diantara keduanya. Namun, ada satu fakta yang menjadi penghalang cinta keduanya. Mereka sama-sama telah dijodohkan oleh orang tuanya masing-masing.
Akankah cinta mereka bersatu?
Atau justru harus gagal sebelum berkembang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kikan dwi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
One More Time
"Apa kamu menyukai Princess?"
"Ti... tidak, Tuan. Mana berani saya menyukai Nona. Saya cukup tau diri, Tuan."
Khavi sedikit menundukkan kepalanya, saat tiba-tiba saja Daddy Kaisar menodongkan sebuah pertanyaan yang begitu menohok padanya.
"Baguslah, kalau kamu tidak memiliki perasaan pada Princess," ucap Daddy Kaisar.
"Saya tidak pernah membedakan strata sosial seseorang. Kamu pria baik, jujur saja saya tidak keberatan jika Princess berjodoh dengan kamu," ucap Daddy Kaisar.
Khavi pun terkejut mendengar ucapan Tuan nya itu. Namun kalimat yang Daddy Kaisar ucapkan selanjutnya, membuat harapan Khavi pupus seketika. "Hanya saja, saya sudah berjanji dengan teman saya, bahwa saya akan menjodohkan Princess dengan putra nya," ucap Daddy Kaisar lagi.
Deg
"𝘋𝘪𝘫𝘰𝘥𝘰𝘩𝘬𝘢𝘯," 𝘨𝘶𝘮𝘢𝘮 𝘒𝘩𝘢𝘷𝘪 𝘥𝘢𝘭𝘢𝘮 𝘩𝘢𝘵𝘪𝘯𝘺𝘢.
Lagi-lagi kata perjodohan. Khavi merasa setiap orang tua itu egois. Mereka selalu memaksakan kehendaknya pada anak-anak nya.
"Apa Nona tau, kalau dia dijodohkan?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut Khavi. Membuat Daddy Kaisar tersenyum tipis, sangat tipis sekali bahkan Khavi pun tidak menyadarinya.
"Tentu saja, tau. Princess putriku yang sangat penurut, dia tidak akan kabur dari rumah hanya untuk menghindari perjodohan."
Deg
Khavi merasa tertampar oleh ucapan Tuan nya itu. "𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘛𝘶𝘢𝘯 𝘒𝘢𝘪𝘴𝘢𝘳 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘮𝘦𝘯𝘺𝘪𝘯𝘥𝘪𝘳 𝘬𝘶?"
...----------------...
"Mommy makan dulu, ya? Biar Vya suapin." Khavya hendak menyuapi Mommy nya, namun lagi-lagi Mommy nya menggelengkan kepala menolak untuk makan.
"Mommy tidak lapar."
Vya menghela napasnya dengan kasar. Semenjak Khavi pergi dari rumah, Mommy nya itu sering sakit-sakitan. Mommy Vyora terus memikirkan kehidupan putra nya di luaran sana.
"Mom, mau sampai kapan Mommy seperti ini? Apa yang penting di hidup Mommy itu hanya Khavi? Apa Mommy tidak memikirkan Vya, Ava dan Daddy?"
Khavya tidak sadar sudah meninggikan suaranya pada Mommy nya, membuat Daddy Kafka menegur putri nya itu.
"Kakak, jangan meninggikan suaramu pada Mommy!"
Khavya terdiam, wanita cantik itu tidak bermaksud untuk membentak Mommy nya. Hanya saja rasa kesal di hatinya sudah terlalu menumpuk pada Mommy nya. Mommy Vyora hanya sibuk memikirkan Khavi tanpa memperdulikan yang lainnya.
"Maaf, Dad." Khavya menundukkan kepalanya menyesal. "Tapi apa yang Vya katakan itu benar, kan? Mommy hanya sibuk memikirkan Khavi, Mommy bahkan tidak tahu Daddy makan mie instan karena kelaparan."
Mommy Vyora mendongakkan wajahnya menatap Daddy Kafka dan Khavya bergantian. Dilihatnya wajah suami tampannya yang tampak lelah, juga wajah putri cantik nya yang memendam kecewa padanya.
Rasa sesal di hatinya tiba-tiba saja menyeruak. Apalagi saat putrinya mengatakan Daddy Kafka makan mie instan karena kelaparan. "𝘠𝘢𝘢...𝘛𝘶𝘩𝘢𝘯. 𝘐𝘴𝘵𝘳𝘪 𝘮𝘢𝘤𝘢𝘮 𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶."
"Maaf... Mommy bukan istri dan ibu yang baik untuk kalian," ucap Mommy Vyora. Mommy Vyora menatap suami dan putrinya bergantian. Lelehan air mata di pipi Mommy cantik itu membuat Daddy Kafka dan Khavya langsung memeluk wanita kesayangan mereka itu.
Ke-tiganya berpelukan membuat seseorang yang melihat adegan keluarga itu mencebikkan bibirnya. "Tega sekali kalian berpelukan tanpa aku."
Ke-tiga orang itu menoleh dan tertawa melihat protes si bungsu. Mereka ber-tiga pun sengaja kembali berpelukan membuat Khava berteriak dan berlari memeluk mereka ber-tiga. Keluarga itu pun saling berpelukan sambil tertawa.
...----------------...
Hari berlalu begitu cepat, tanpa terasa usia kandungan Dara sudah memasuki trimester ke-tiga. Perut yang semakin membuncit tidak menghalangi aktivitas nya seperti biasa.
Arthur yang semakin perhatian membuat ibu hamil itu bahagia menjalani kehamilannya. Walaupun Dara tahu, Arthur bersikap perhatian hanya karena menganggap anak yang Dara kandung adalah anaknya.
Dara tidak pernah memusingkan hal itu, selagi Arthur tidak mengetahui yang sebenarnya. Hanya saja, satu hal yang masih mengganggu fikiran nya, Shena. Dara belum tenang selama mantan sahabatnya itu masih ada di dunia ini.
Shena seperti boom waktu yang siap meledak kapan saja. Karena dugaannya selama ini tentang Shena ternyata benar. Shena mengetahui bahwa anak yang dikandungnya itu bukan anak Arthur.
"Bagaimana ini, Dad? Shena tau, anak yang aku kandung ini bukan anaknya Mas Arthur. Dia juga tau tentang perselingkuhan kita," ucap Dara panik.
Seperti biasa, saat Arthur pergi ke kantor, Dara selalu pergi ke apartemen rahasia nya. Ibu hamil itu selalu bertemu diam-diam dengan Daddy angkatnya.
"Tenanglah, Baby. Dia tidak punya bukti apapun. Lagipula, sebentar lagi gadis ingusan itu akan pergi dari dunia ini," ucap Daddy Munaf.
Pria paruh baya itu mendudukkan Dara di pangkuannya. Tangannya mengusap lembut perut Dara yang besar.
"Apakah dia menyusahkan mu saat Daddy tidak ada, Baby?" Tanya Daddy Munaf sambil terus mengusap sayang perut wanita nya.
Dara merasa terharu saat Daddy angkatnya itu memperlakukan nya seperti itu. Dara merasa sangat dimanjakan oleh Daddy Munaf. Karena Arthur, suaminya sendiri bahkan tidak pernah melakukan hal seperti itu, walaupun yang Arthur tau anak yang dikandung Dara adalah anaknya.
"Kenapa kamu menangis, Baby? Apa yang sakit?" Tanya Daddy Munaf panik saat melihat wanita nya menitikkan air mata.
"No, Dad. Aku bahagia karena Daddy ada di samping ku. Daddy selalu menyayangiku, tidak seperti----"
"Stop! Jangan pernah menyebutkan nama suami bodoh mu itu di depan Daddy!" Kesal Daddy Munaf. Pria paruh baya itu tidak suka jika wanita nya membicarakan Arthur. "Jangan-jangan kamu mencintai suamimu itu, Baby?" Selidik Daddy Munaf.
"Ti... tidak, Dad." Dara gelagapan. "Aku hanya mencintaimu, Dad. Lagipula hanya milikmu saja yang membuatku puas," bisik Dara.
"𝘋𝘢𝘥𝘥𝘺 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘰𝘭𝘦𝘩 𝘵𝘢𝘶 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢𝘪 𝘔𝘢𝘴 𝘈𝘳𝘵𝘩𝘶𝘳."
Daddy Munaf memejamkan matanya saat Dara dengan nakal nya memegang sesuatu di balik celana Daddy nya. "Baby... kamu membuat Jono terbangun," ucap Daddy Munaf tertahan.
Dara tersenyum puas melihat ekspresi Daddy nya yang berusaha kuat menahan sesuatu. "Dad, anak kita minta dijenguk Daddy nya," bisik Dara.
Daddy Munaf tersenyum senang saat mendapatkan lampu hijau dari wanita nya. "Anak kita atau Mommy nya yang ingin, hmmm?"
"Ahhhh..."
Desahan Dara lolos begitu saja saat Daddy Munaf memainkan pucuk squishy nya. Tanpa berlama-lama, Daddy Munaf melucuti semua pakaian Dara membuat wanita yang berada di pangkuan nya itu tidak mengenakan sehelai benang pun. Ke-duanya pun kini larut dalam pergumulan panasnya.
Satu minggu tidak bertemu dengan Dara karena pekerjaan nya, membuat Daddy Munaf menggila. Begitu juga dengan Dara, mungkin karena hormon kehamilan nya membuat ibu hamil itu tidak puas hanya dengan satu ronde.
"Please... one more time, Dad!"
Daddy Munaf tersenyum senang mendengar rengekan wanita nya. Pria paruh baya itu sengaja mengulur-ulur waktu supaya wanita nya itu merengek.
"Let's play, Baby!"
𝘛𝘰 𝘉𝘦 𝘊𝘰𝘯𝘵𝘪𝘯𝘶𝘦
Astaga 🫣
Jangan lupa tinggalkan jejak😘