Naomi Tias Widuri menjalani hari-harinya sebagai seorang ibu rumah tangga biasa setelah menikah dengan laki-laki bernama Henda Malik Ahmad. Di persunting oleh Hendra satu tahun yang lalu, kini Naomi dan Hendra akan segera memiliki buah hati.
Naomi yang patuh kepada suami memutuskan untuk meninggalkan pekerjaan nya sebagai seorang Direktur di perusahaan ayahnya, dan lebih banyak menghabiskan waktu di rumah untuk melayani sang suami.
Namun ternyata kepatuhan Naomi terhadap suami tidak membuat Hendra setia terhadapnya, justru Hendra mempunyai wanita lain di saat Naomi hamil di usia tujuh bulan.
Penderitaan yang Naomi alami semakin lengkap setelah mengetahui bahwa selingkuhan suaminya tersebut adalah orang yang sangat ia kenal.
Jika kalian Penasaran siapa selingkuhan Hendra, mari kita simak bersama-sama novel ini.
Happy Reading ❤
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 15
Dari semalam Naomi tidak bisa tidur, bahkan kedua matanya terlihat sembab karena terus menangis. Pagi ini Naomi benar-benar terlihat sangat lelah. Bukan lelah fisik namun, lelah hati. Naomi yang sudah mengetahui semua kebusukan Hendra semakin matang untuk bercerai walaupun dengan keadaan hamil besar.
Naomi sebenarnya merasa bersalah dengan anak yang ada di dalam kandungannya. Selain merasa bersalah Naomi juga takut jika anaknya tumbuh besar tanpa seorang ayah. Tidak ada yang Naomi takuti, Selian anaknya lahir tanpa seorang ayah. Namun Naomi tidak mempunyai pilihan lain selain bercerai. Jika Naomi terus mempertahankan pernikahannya justru ia dan anaknya akan semakin tersakiti.
"Maafkan mommy ya sayang.. tapi mommy tidak punya pilihan lain, selain berpisah.. kamu ngga salah, yang salah mommy tidak bisa menjaga daddy kamu." Naomi yang mengusap perut buncitnya.
Naomi terus diam di dalam kamar, walaupun pak Wicak dan pak Leman sudah membujuknya untuk makan, namun Naomi terus saja menolak. Naomi benar-benar merasa kecewa dan marah setelah mengetahui suaminya berperilaku bejat.
Saat Naomi melamun menatap ke arah jendela. Tiba-tiba pintu kamar terbuka.
"Saya tidak lapar.." ucap Naomi tanpa menoleh ke arah pintu.
"Mau sampe kapan ngga mau makan? emang ngga kasihan sama anak kamu?." Hilda yang sudah berdiri di depan pintu.
Naomi yang mendengar suara Hilda seketika menoleh. "Hilda.."
Hilda langsung melangkahkan kaki nya masuk ke dalam kamar, lalu meletakkan bubur ayam dan susu yang masih panas di atas meja. Tanpa menunggu lama Hilda langsung memeluk tubuh sahabatnya.
"Kamu ngga perlu cerita sama aku lagi, aku udah tahu semuanya."
Naomi yang mendengar ucapan Hilda kembali menangis. Entah sudah berapa tisu yang Naomi pakai hingga bertaburan di lantai kamar. Hilda melihat Naomi benar-benar kacau. Rambut acak-acakan, mata sembab dan hitam karena bergadang semalaman.
"Menangis lah jika menangis membuat mu tenang.. tapi janji kepada ku setelah kamu tenang, berhentilah untuk menangis, sayang air matamu menangisi bajingan seperti Hendra."
"Hik.. hik.. hik.." Naomi yang sesenggukan. "Aku ngga nyangka Hil ternyata aku yang menjadi istri kedua, aku juga ngga nyangka suamiku tidur dengan pembantuku sendiri."
"Iya aku tahu.. aku tahu kamu pasti kecewa.."Hilda yang mengusap punggung Naomi dengan sangat lembut. "Tapi kamu harus ingat kamu tidak hanya membawa nyawa mu sendiri, tapi juga nyawa anakmu.. apa kamu tega menyakitinya dengan kamu tidak istirahat dan tidak makan."
"Bukankah percuma dia lahir Hil.. dia akan selalu tersakiti karena lahir tanpa seorang ayah.. bagaimana dia akan tumbuh tanpa kasih sayang seorang ayah."
"Kenapa kamu berbicara seperti itu?." Hilda yang menatap wajah Naomi, sambil mengusap air matanya. "Kamu tidak perlu takut, kamu tidak perlu takut anakmu akan menderita tanpa seorang ayah.. pikirkan justru anak mu akan menderita jika memiliki ayah seperti Hendra. Ingat Nom jangan jadikan anak sebagai alasan bertahan nya rumah tangga yang tidak sehat."
Naomi hanya diam terus menangis meratapi nasib keluarga dan calon anaknya.
"Kamu cantik.. karir mu mentereng.. keluarga mu konglomerat.. bahkan kamu cerdas.. masa depan mu sudah jelas. Apa yang kamu takuti? tanpa di minta, tanpa di bayar, laki-laki yang lebih baik dari Hendra akan datang dengan sendirinya. Hilda yang mencoba menyakinkan Naomi semua akan baik-baik saja.
"Semua kebusukan suamimu sudah terpampang nyata.. kamu tinggal keluarin semua bukti-bukti di pengadilan, lalu ceraikan dia dan jebloskan dia ke penjara.. kamu tinggal fokus mengurus anakmu hingga tumbuh besar dengan baik, iya kan.."
Naomi tetap diam. Mungkin yang di katakan Hilda itu memang benar. Namun bagi Naomi tidak semudah itu.
"Aku tau Nom.. itu tidak mudah.. tapi kamu harus bisa, banyak yang sayang sama kamu dan calon anak mu. Kamu tidak perlu takut kalau dia tidak akan tumbuh dengan baik. Aku yakin anakmu mu akan baik-baik saja secara memiliki mommy sehebat kamu." Hilda yang terus memberi semangat untuk sahabatnya.
Saat Hilda dan Naomi sedang berada di dalam kamar, tiba-tiba dari lantai satu terdengar suara orang teriak-teriak. Naomi yang mendengar suara tersebut bisa tahu kalau itu adalah Hendra. Hilda yang mendengar suara Hendra seketika merasa kesal.
"Ternyata masih berani dia datang ke rumah ini? kamu di sini aja Nom.. biar aku yang ke bawah." ucap Hilda.
"Aku ikut..." Naomi yang menarik tangan Hilda.
"Kamu di kamar aja, biar aku yang ngomong sama laki-laki bajingan itu. Kamu di sini saja istirahat, dan makan bubur nya, biar perut kamu ke isi. Kasihan anak kamu, ya.." perintah Hilda melepas tangan Naomi.
Naomi yang mendengar ucapan Hilda hanya mengangguk. Hilda seketika langsung berjalan keluar dari kamar.
"Masih berani kamu datang ke rumah ini?." Hilda yang melihat Hendra di ruang tamu dengan di cegah oleh pak Agus dan pak Wicak.
"Lepaskan!." Hendra yang memberontak hingga pak Agus dan pak Wicak melepaskan tubuh Hendra.
"Di mana Naomi? aku ingin bertemu dengannya."
"Untuk apa kau masih mau menemuinya? dia sudah tidak mau bertemu dengan laki-laki pendosa seperti mu.. mending tinggalkan rumah ini.. bukankah Naomi juga sudah mengusir mu."
"Beraninya kamu berbicara seperti itu kepada ku.. aku ini atasan mu!." Hendra yang menunjuk ke arah Hilda.
Hilda yang mendengar ucapan Hendra tersenyum kecut. "Andai saja dari dulu aku mengungkap semua kebusukan mu kepada Naomi.. pasti kau sudah mendekam di penjara dari dulu."
"Oh jadi kau yang menjelek-jelekkan aku di depan Naomi? kau yang cerita tentang perselingkuhan ku dengan Sindi?."
"What! menjelekkan mu? emang itu kenyataan bahwa lo itu busuk.. tabiat lo sebagai playboy itu gak bisa berubah.. lo pantes di sebut duta playboy dan duta mesum."
"Mending lo diem deh Hil.. gue ke sini hanya untuk bertemu dengan Naomi.. jadi lo gak usah ikut campur!."
"Kenapa? urusan Naomi sekarang menjadi urusan gue.. dan lo.." Hilda yang menunjuk ke arah Hendra. "Lo akan segera mendekam di dalam penjara, atas perlakuan busuk lo itu!."
next Thor...