Perhatian:
Semuanya, ini adalah season dua dari kisah Maudy dan Elgara yang berjudul "Menikahi Pria Koma"
Setelah dua tahun berpisah, Elgara memutuskan untuk merebut Maudy kembali.
Ia menjalankan sebuah rencana untuk membuat kelaurga Maudy menyerahkan Maudy kembali ke padanya, hal ini berdasarkan rasa dendam nya yang tak bisa ia lupakan.
Jikalau kalian tidak membaca season pertama pasti akan kebingungan dengan alur nya, jadi author sarankan baca dulu season satu nya ya, baru datang ke season dua nya.
Season dua nya idak banyak, hanya empat puluh bab saja, dan buat yang ngikutin season satu dari awal yuk kita pindah ke season dua untuk mengetahui bagaimana kisah mereka selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab #15
"kenapa kau diam? Bagaimana? Bagus kan rencana ku," ungkap Elgara kepada Hans ia menantikan jawaban dari sahabat nya.
"Tidak Elgara, jangan melakukan cara ini, ini sangat berlebihan dia seorang wanita," kata Hans tak menyetujui tingkah Elgara.
Elgara terdiam dia mengerutkan keningnya dan menatap Hans dengan tatapan bingung.
"Tunggu, ada apa dengan mu? Kenapa memang nya kalau dia seorang wanita? Aku hanya ingin dia merasakan apa yang aku rasakan," kata Elgara lagi.
"Terserah kau saja, aku hanya tidak ingin kau menyesali nya, oh ya bukan nya kau akan kembali ke Jakarta besok untuk mengurus sesuatu?" tanya Hans mengalihkan pembicaraan mereka.
"Ya, untung kau ingat, kau juga ingin ikut bersama ku?" tanya Elgara menawarkan Hans untuk ikut dengan nya.
"Aku rasa tidak perlu, kau hanya satu malam di sana kan? Buang-buang tiket saja," jawab Hans.
"Yasudah," jawab Elgara singkat.
"Oh ya, aku keluar dulu, ada hal yang ingin aku kerjakan," kata Hans yang kemudian tanpa basa-basi berjalan keluar dari ruangan Elgara.
Elgara hanya diam dan menatap punggung Hans yang kian menjauh dari pandangan nya.
"Ada apa dengan nya? Kenapa dia sangat aneh hari ini?" batin Elgara.
Namun Elgara tidak ingin terlalu memikirkan nya, dia kemudian kembali bekerja.
Sementara itu di galery seni milik Gaza.
Terlihat Maudy yang saat ini mulai melukis lukisan milik Hans.
"Apa kau butuh sesuatu?" tanya Gaza yang baru saja tiba di ruangan tersebut untuk melihat keadaan Maudy.
"Aku tidak butuh apapun, sudah lengkap semua," kata Maudy lagi.
"Oh ya, Maudy aku ingin bertanya sesuatu tentang mu," kata Gaza yang wajahnya terlihat sangat serius.
"Apa itu?" Maudy menghentikan aktivitas nya sejenak dan kemudian menatap wajah Gaza.
"Bagaimana dengan kelaurga mu sekarang? Aku dengan sudah cukup baik karena ada seorang pengusaha yang memutuskan untuk berinvestasi ke perusahaan papa mu, apakah itu benar?" tanya Gaza dengan hati-hati ia juga takut kalau dirinya akan menyinggung Maudy.
Maudy terdiam sejenak, dia kemudian tersenyum tipis dan mengangguk pelan.
"Iya, itu benar," jawab Maudy.
"Maudy, sebenarnya aku masih sangat merasa bersalah karena keputusan papa ku untuk memutuskan pertunangan kita, tapi aku tidak bisa melawan karena dia mengancam ku akan menyakiti mu jika aku tidak mengiyakan keinginan nya," jelas Gaza yang akhirnya memilih untuk jujur kepada Maudy alasan yang membuat nya meningalkan Maudy.
Maudy tercengang mendengar ucapan Gaza, dia tidak menyangka kalau papa nya Gaza akan sekejam itu sampai mengancam.
"Apakah papa mu sampai sekejam itu?" tanya Maudy kaget.
"Ya, dan aku menyetujui nya demi membuat kau tetap berada dalam posisi aman," jawab Gaza.
Maudy menundukkan kepalanya,dia tau menjadi Gaza mungkin sangat sulit, Gaza juga rela melakukan hal ini demi keselamatan Maudy sendiri.
"Terima kasih banyak kak, kau sudah menyelamatkan aku," kata Maudy dengan air mata yang kini mengalir perlahan.
"Sudah jangan menagis, kita masih bisa berteman meskipun tak ada lagi jalan untuk bersama-sama saat ini, kau juga sudah menikah dengan laki-laki itu kan?" tanya Gaza sambil menghapus air mata Maudy.
Deg ...
Jantung Maudy terasa ingin berhenti berdetak ketika mendengar ucapan Gaza barusan, dia tidak menyangka kalau Gaza ternyata sudah mengetahui hal ini.
"Da-dari mana kau tau kalau aku sudah menikah?" tanya Maudy dengan air mata yang semakin lama semakin mengalir deras.
"Maaf kan aku, aku mengirim seseorang untuk memeriksa keadaan mu yang sekarang dan aku mengetahui semuanya baru semalam, sungguh ini sangat menyakitkan namun aku tau kalau diriku cukup tidak berguna untuk menyelematkan mu, dan aku laki-laki bodoh yang sudah meningalkan dan melepaskan mu untuk menjadi jaminan dengan orang itu," ujar Gaza panjang lebar.
Maudy menagis sejadi-jadinya dan kemudian memeluk Gaza, dia sudah tidak tau harus bicara apa lagi, sejujurnya cinta nya kepada Gaza yang lembut sudah mulai bersemi namun takdir berkata lain ia malah kembali menuju Elgara demi keluarga besar nya.
"Kenapa kau rela melakukan ini Maudy? Apakah demi kelaurga?" tanya Gaza sambil mengelus punggung Maudy.
"Tidak ada jalan lain, aku tidak ingin mama dan papa menderita," kata Maudy sambil menngis.
Namun tampa mereka ketahui, ternyata Hans mendengar dan melihat mereka dari pintu masuk ruangan tersebut yang sedikit rengang.
"Ternyata Gaza adalah mantan tunangan Maudy? Elgara harus tau ini," batin Hans.
"Tapi tunggu, this bisa, tidak boleh dia akan mengila dan menyiksa Maudy," Hans mengurungkan niatnya.
Ia harus memikirkan cara lain untuk membuat Maudy tidak dekat dengan Gaza lagi.
Beberapa menit pun berlalu, setelah Hans memastikan kalau Gaza telah keluar dari ruangan tempat Maudy melukis dirinya pun berjalan masuk ke dalam ruangan tersebut.
"Huh, maaf aku baru tiba," kata Hans sambil membawa sesuatu di tangan nya.
"Hans," kata Maudy kaget.
"Ya aku," jawab Hans.
"Kenapa kau datang ke sini?" tanya Maudy sambil tersenyum tipis.
"Mama ku ingin aku memotret lukisan nya, apakah boleh?" tanya Hans dengan ramah.
"Ya, tentu kalau begitu aku menyingkir dulu ya, tapi lukisan nya masih di awal," kata Maudy lagi.
"Jangan kemana-mana, kau di situ saja mama ku ingin melihat proses nya," ujar Hans sambil mengeluarkan ponsel nya.
"Astaga begitu ya, oke baik lah," kata Maudy yang kemudian melepaskan kuas nya dia mengambil ikat rambut yang ada di tas nya dan kemudian mencepol rambut panjang nya agar tidak menggangu pekerjaan.
Seketika kedua alis Hans terangkat ke atas, mata nya tertuju ke arah Maudy, dia merasa kalau jantung nya berdebar kencang ketika melihat Maudy mengingat rambut.
"Astaga dia cantik sekali," batin Hans hilap.
"Sudah?" Tanya Maudy.
"Ah iya, sudah, sudah aku kirimkan," kata Hans sambil tersenyum kecil ia terlihat salah tingkah.
"Baik lah kalau begitu, aku lanjut dulu," jawab Maudy yang kemudian hendak kembali bekerja.
"Eh Maudy tunggu dulu, kau sudah sarapan? Aku bawakan roti keju untuk mu, aku tidak tau kau suka atau tidak, saat perjalanan ke sini aku tidak sengaja mampir dan membelikan ini," kata Hans sambil menyerahkan kotak makanan yang berisikan roti keju.
"Apa? Roti keju?" tanya Maudy dengan mata berbinar.
Hans mengganguk kan kepala nya.
"Tentu saja aku sangat suka, boleh aku makan?" tanya Maudy dengan mata berbinar-binar.
"Tentu saja," jawab Hans yang tak menyangka kalau ternyata Maudy menyukai roti.
Maudy yang memang tidak sempat sarapan pun melahap roti tersebut, ia juga memang senang dengan makanan yang ada keju nya.
"Kenapa aku tidak menyadari kalau dia terlihat seperti ikan buntal ketika sedang makan?" batin Hans merasa lucu dengan pipinya Maudy.
Bersambung ....