"menikah lah dengan putra ku, Kayla!", tuan Arya memohon kepada Kayla yang seorang anak pembantu sekaligus perawatnya. Kayla yang dari kecil diajarkan patuh oleh ibunya pun tidak bisa mengatakan tidak, apalagi Kayla yg sudah lama memperhatikan putra tuannya tentu saja ia senang. akan kah pernikahan Kayla dan putra majikan nya bahagia?
Buat yang suka romantis mending baca ini, konfliknya ringan.
keluarga Zein
Kebetulan rumah kedua orang tua Zein tidak jauh dari lokasi pemakaman, mungkin hanya sekitar 1 kilometer.
Mereka pun sampai di depan rumah orang tua Zein, Rumah yang besar dengan halaman yang luas namun tidak terlalu mewah karena orang tua Zein lebih suka membeli sawah dari pada memperbaiki rumah. Bu Yuli, ibunya Zein segera keluar dari rumah tatkala mendengar suara mobil Zein.
Terlihat Zein keluar dari mobil dengan buru buru sambil membopong Kayla yang masih pingsan dan di iringi oleh Mita dibelakang nya. "Zein ada apa ini nak?", tanya Bu Yuli yang nampak cemas.
"Nanti ku jelaskan ibu", jawab Zein sambil menuju ke kamar Mita untuk membaringkan tubuh Kayla.
"Mit, kakak mau mandi dulu gerah, jagain dia!", ucap Zein pada Mita.
Zein masuk ke dalam kamar nya untuk mengambil handuk dan baju ganti karena dari pagi ia memakai pakaian kantor nya yaitu celana hitam dan kemeja putih. Tidak lupa ia meletakkan kaca mata nya di atas meja lalu bergegas menuju kamar mandi. "Astaga, disaat seperti ini dia berdiri. Padahal cuma menggendong Kayla sebentar", gumam Zein mencoba menenangkan senjata nya yang terangsang dari tadi.
Sementara itu di dalam kamar, Mita menceritakan apa yang menimpa Kayla kepada ibu nya. Mendengar cerita dari Mita, ibu nya merasa kasian pada Kayla, sudah ditinggal mati oleh ayahnya dari kecil, eh sekarang ibunya yang juga meninggal kan nya apalagi Kayla juga tidak punya rumah untuk pulang.
Jam menunjukkan pukul 5 sore, "sudah sore, kamu mandi dulu sana!", suruh ibu Mita.
"Ya udah Bu, Mita mandi dulu ya!", jawab Mita yang kemudian pergi bersiap siap untuk mandi.
Disaat Mita menuju ke dapur tampak pintu kamar mandi nya masih tertutup, sebenarnya disamping kamar mandi nya ada WC tapi Mita enggan untuk mandi di WC. Mita menggedor gedor pintu kamar mandi, "dok..do..dok ya ampun kak Zein, dari tadi belum selesai juga. Lama banget sih mandi nya!!! cepat dong gantian keburu magrib ini!", teriak Mita dari luar.
"Iya... iya, bentar lagi selesai kok", sahut Zein dari dalam kamar mandi. "ceklek", Zein keluar dengan memakai kaos hitam agak ketat dan celana pendek sebatas lutut. Rambutnya terlihat basah dan ada handuk yang menggantung di bahu nya.
"Orang tampan memang mandi nya lama", ucap Zein menggoda adik nya.
"Idih... tampan? jadi pengen muntah deh!", ucap Mita yang kemudian masuk ke dalam kamar mandi lalu mengunci pintu nya.
Ayah Zein yang baru pulang dari sawah seketika tersenyum dengan mata yang berkaca kaca melihat anak lelaki nya pulang. "Zein, kamu pulang nak?", kata ayah nya. "Iya ayah, baru saja kok", jawab Zein sambil mencium tangan ayahnya. Benar saja jika ayah nya terharu, karena memang semenjak Zein bekerja dan membeli rumah di kota, ia jadi hampir tidak pernah pulang. mungkin hanya ketika lebaran saja Zein akan pulang, itu pun tidak lebih dari 3 hari. walaupun begitu Zein selalu mengirim uang setiap bulan untuk kedua orang tuanya, tapi karena kedua orang tuanya Zein tidak suka pemborosan, jadi uang yang Zein kirim dibiarkan terkumpul hingga terbeli beberapa sawah dan kebun. Kedua orang tuanya hanya mengambil secukupnya saja.
Zein telah selesai menjemur handuk nya, ia ingin melihat kondisi Kayla. "Zein, ibu mau masak dulu untuk makan malam", pamit ibunya. "Ya sudah, biar Zein yang jagain", jawab Zein. "Tadi sudah ibu kasih minyak kayu putih dan ibu pijitin, sebentar lagi pasti dia sadar. Nanti kalau sudah sadar, kamu kasih dia minum yang udah ibu siapin di atas meja itu ya!", kata Bu Yuli sebelum pergi ke dapur. "Iya ibu, jangan lupa masak ayam suwir pedas kesukaanku!", pinta Zein pada ibunya. "iya, nanti ibu masakin spesial untuk putra tampan ibu", jawab ibu nya. "Tuh kan, ibu aja selalu bilang aku tampan, tapi si Mita itu pasti nggak pernah terima kalau kakak nya di bilang tampan!", gerutu Zein. Ibunya pun tersenyum melihat putra nya yang terkadang kekanak-kanakan.
....