SHE IS VERY DANGEROUS

Tiba di perusahaan William, Adrianna berjalan menuju ruangan yang di tempati Damian sambil menundukkan kepalanya. Kedua tangannya terkepal erat, saat mendengar beberapa karyawan masih membicarakan hubungannya dengan atasan mereka.

Meski ia telah memakai masker untuk menutupi wajahnya. Tetap saja, akan ada beberapa orang yang masih mengenalinya.

Terutama, mereka yang akrab atau sering bertemu dengannya.

Adrianna merasa sangat malu juga kesal dan marah. Ingin rasanya dia mengkonfirmasi hubungannya dengan Damian, bahwa hubungan mereka berdua bukanlah sebuah kesalahan.

Mungkin benar ia seorang pelakor, lalu apa masalahnya bagi semua orang?

Dari awal Damian tidak pernah mencintai Auryn. Cinta pertamanya adalah dirinya seorang, Adrianna.

Justru Auryn lah yang telah merebut Damian darinya. Jika bukan karena wanita itu yang tiba-tiba saja muncul, kemudian di jodohkan oleh kakek Damian, hubungan mereka pasti sudah lama masuk ke jenjang selanjutnya.

Tidak seperti sekarang.

Status Adrianna mungkin adalah kekasih Damian. Namun di mata semua orang, dia tidak lebih dari seorang pelakor. Orang ketiga dalam hubungan Damian dan Auryn, atau perusak hubungan rumah tangga keduanya.

Damian tentu mendengar gosip atau rumor mengenai dirinya dan Adrianna. Ia sudah meminta semua orang untuk berhenti membicarakannya dan fokus pada pekerjaan masing-masing.

Akan tetapi, tidak mungkin dia membungkam mulut semua orang. Pria itu mungkin bisa membuat anak buahnya berhenti membicarakan hubungannya bersama sang pujaan hati dengan mengancam akan memecat mereka.

Tapi bagaimana dengan mulut orang luar?

Terlebih, tidak semua orang akan terus menuruti kehendak atasan mereka. Mungkin di depan, mereka masih akan bersikap sopan, tapi di belakang?

Mereka masih akan tetap bergosip dengan suara pelan, sehingga hanya yang bersangkutan saja yang mendengar.

Adrianna semakin mempercepat langkah kakinya. Dengan terburu-buru, ia menekan tombol lift yang akan mengantarnya ke lantai 4, dimana ruang Damian terletak.

Di dalam lift.

"Kurang ajar mereka semua! Beraninya mereka mengejek ku dan menyumpah serapahi ku!" ujar Adrianna geram.

"Memangnya, siapa mereka? Apa mereka pikir, mereka orang suci yang tanpa kesalahan? Jika aku adukan perihal ini kepada Damian, aku yakin mereka mungkin akan menyesal." lanjut wanita itu berkata penuh amarah.

Karena hanya ada dirinya di dalam lift, ia berani mengumpati orang-orang.

Ting...

Pintu lift terbuka, Adrianna pun memperbaiki penampilan nya. Wanita tersebut mencoba menenangkan emosinya.

Dia ingat, tujuan kedatangannya kemari adalah untuk membujuk Damian agar mau mengajaknya ke acara ulang tahun perusahaan Dominic.

"Huft, tenangkan dirimu, Adrianna. Ingat tujuanmu kemari bukanlah untuk mengadu, melainkan agar Damian mau pergi ke acara itu bersama ku." gumam Adrianna sembari membuang napas.

Setelah dirinya tenang, wanita itu pun kembali berjalan menuju ruangan sang kekasih.

Tok.. Tok.. Tok..

"Masuk." ujar Damian dari balik pintu.

Mendengar pria itu mengizinkannya masuk, tanpa banyak kata lagi, Adrianna pun segera melangkahkan kakinya memasuki ruangan.

Tapi sebelum itu, ia melepaskan masker yang menutupi wajah cantiknya. Barulah setelahnya, wanita itu membuka pintu sambil menampilkan senyum lebarnya.

"Hai, sayang. Miss you." ucap Adrianna yang melangkah mendekati Damian, kemudian mengecup pipi sang pria.

"Adrianna? Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Damian dengan raut wajah kaget.

"Kenapa? Apa aku tidak boleh datang kemari?" tanya Adrianna balik sambil menautkan kedua alisnya.

Wanita itu ber-sidekap, menatap sang kekasih dengan wajah cemberut. Ia mendaratkan tubuhnya, duduk di meja kerja Damian, membuat beberapa barang di atasnya tergeser.

"Bukan begitu maksud ku, sayang. Hanya saja kamu tahu sendiri mengenai rumor kita berdua yang kini tersebar." balas Damian sembari memijat keningnya yang pusing.

"Bagaimana jika ada yang melihat kedatanganmu kemari dan rumor malah semakin meluas kemana-mana? Aku tidak ingin kamu ataupun aku sendiri semakin dihujat netizen, sayang." ucap Damian memberi pengertian kepada sang kekasih.

"Tapi aku merindukanmu, honey." balas Adrianna manja.

"Aku tidak bisa untuk tidak bertatap muka secara langsung dengan mu." lanjutnya beralasan.

"Jika bukan karena terpaksa, aku juga tidak ingin datang kemari dan mendengar semua ejekan itu!" batin Adrianna kesal.

Namun di permukaan dia masih tersenyum manis, menatap sang kekasih dengan binar cinta palsunya.

"Lagi pula, aku bukan orang bodoh yang akan menunjukkan wajahku di saat semua perhatian terpaku padaku. Aku memakai masker saat datang kemari, selain orang yang benar-benar akrab, aku yakin tidak akan ada yang mengenali ku." ujar Adrianna lagi seraya menunjukan masker yang tadi di pakainya.

"Baiklah-baiklah. Toh, kamu juga sudah hadir disini, tidak mungkin aku mengusir mu bukan?" ucap Damian bercanda.

"Aku percaya, seorang Damian tidak akan mengusir wanita yang paling di cintainya." balas Adrianna dengan nada menggodanya.

Damian hanya tersenyum sebagai tanggapan atas godaan sang kekasih. Pria itu masih memiliki banyak pekerjaan dan akhirnya meminta wanita itu untuk duduk di sofa.

"Sayang, aku masih memiliki banyak berkas yang harus ku periksa. Bisakah kau duduk dulu? Nanti kita akan makan siang bersama." ucap Damian membujuk kekasihnya untuk berhenti menggoda.

"Oke. Tapi kita makan siang di sini saja, ya? Aku sedang tidak ingin mendengar ejekan orang-orang terhadap hubungan kita." ucap Adrianna tersenyum sendu.

Awalnya ia ingin mengatakan 'terhadapku', karena pada kenyataannya, lebih banyak sindiran mengarah padanya dari pada Damian.

Akan tetapi, dirinya juga tidak ingin di bilang egois dan mengabaikan Damian yang juga menjadi objek pembahasan.

Maka dari itu, Adrianna mengganti kata-katanya menjadi 'hubungan kita'.

"Tidak masalah. Maaf ya, sebab masalah ini, kamu jadi tidak bisa bergerak bebas." ujar Damian merasa bersalah.

"Itu bukan salahmu, honey. Tapi pelaku yang telah menyebarkan video itu. Kamu harus menangkapnya dan memasukannya kedalam penjara!" balas Adrianna penuh emosi.

Ia kembali mengepalkan kedua tangannya kala mengingat perlakuan yang ia terima dari orang-orang setelah video itu viral.

"Kau tenang saja, Aku tidak akan membiarkan orang itu lolos begitu saja." ucap Damian tak kalah emosi.

Bagaimana tidak, video tersebut telah membuat perusahaannya merugi. Banyak proyek kerja sama dengan beberapa perusahaan lain di batalkan, hanya karena takut Damian tidak bisa bertanggung jawab atas proyek tersebut.

Ditambah dengan nilai saham perusahaan nya yang menurun secara signifikan dalam satu hari. Karena itu, Damian tengah bekerja keras untuk mengembalikan nilai saham perusahaannya menjadi normal.

Sementara itu, Adrianna mau tak mau menuruti perintah kekasihnya. Ia tidak ingin mengganggu pekerjaan yang tengah dikerjakan Damian dan berbuntut pada pertengkaran keduanya.

Namun jika hanya duduk begini, ia juga bisa bosan.

"Apa aku tanyakan saja pasal acara itu sekarang?" batin wanita itu bertanya.

Adrianna memandang raut wajah kekasihnya yang terlihat serius dalam membaca setiap kata yang tersemat dalam kertas.

"Tidak-tidak! Sepertinya ini bukan waktu yang tepat. Dia terlihat sangat serius sekarang. Lebih baik aku bicarakan saja saat makan siang." batin Adrianna sedikit menggelengkan kepalanya.

"Honey, apa ada yang bisa aku bantu?" tanya Adrianna yang bosan hanya duduk dan menunggu tanpa melakukan apapun.

Wanita itu tidak mau membuka media sosial di handphonenya. Sebab dirinya tahu, hanya akan ada ejekan, umpatan, cacian, ataupun hujatan, yang ia terima di komentar media sosialnya.

Adapun aplikasi games atau aplikasi lainnya, Adrianna tidak terlalu tertarik dengan aplikasi semacam itu.

"Apa kamu bosan?" tebak Damian sambil mendongak, memandang wanita cantik yang tengah cemberut.

Adrianna yang ditanya, mengiyakannya. Membuat Damian tersenyum tipis.

"Sabar sebentar, sayang. Sebentar lagi pekerjaanku juga selesai. Kita akan makan siang setelahnya." ujar Pria itu kembali membujuk.

"Kalau begitu, aku akan memesan makanannya dulu. Kamu mau makan apa siang ini, hon?" tanya Adrianna sambil mengeluarkan handphone nya.

"Terserah kamu saja, sayang." jawab Damian.

Baru saja wanita itu menghidupkan internet, banyak komentar di media sosialnya bermunculan. Memenuhi kolom pemberitahuan.

.

.

.

TO BE CONTINUE.