NovelToon NovelToon
Bintang Antariksa

Bintang Antariksa

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Romansa
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: ajab_alit

Aku adalah anak perempuan yang memiliki nama “Upeksa Nayanika”. Aku suka buku dan hal-hal yang menakjubkan. Tapi tanpa ku sadari… aku juga salah satu dari bagian hal yang menakjubkan. Hidupku aneh setelah kejadian itu muncul. Tapi, Apakah aku akan bertahan dengan hal menakjubkan itu? Maukah kamu mengenal ku lebih dalam wahai para bintang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ajab_alit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 13

Naya menatap ke luar jendela kamar. Pikirannya penuh oleh banyak sekali enigma. Salah satunya adalah enigma tentang kata takut yang berasal dari Abya. ‘Takut? apa yang di takutkan?’ batin Naya. Ia menggigit biskuit nextar rasa cokelat yang ia beli saat perjalanan pulang. Sosok itu terus menatap ke kamar Abya yang kosong. Pemilik kamar itu akan pulang terlambat karena punya urusan yang harus ia urus.

Naya mengalihkan pandangannya ke buku diary pink-nya, mengambil pulpen, lalu menuliskan beberapa kalimat disana. Setelahnya, ia melingkari kalimat itu dengan pulpen berisi tinta merah.

...Kecelakaan dua tahun lalu? ...

...Mata yang redup?...

...Atau...

...Memori yang hilang?...

Itulah tulisan yang ia lingkari dengan pulpen bertinta merah. Hanya itu kemungkinan yang dapat ia pikirkan. Semua itu bisa jadi pemicu karena berhubungan dengan dirinya. Tapi… bisa jadi ketakutan itu tidak ada hubungan dengan dirinya.

TAKK!

Pemandangan Naya teralihkan lagi. ia menatap ke belakang, memperhatikan apa yang berbeda di sana. Buku, sebuah buku tergeletak di lantai, sepertinya buku itu yang membuat suara tadi. Naya bangkit dari kursinya, lalu mengambil buku itu. “Bintang Antariksa”, itulah nama dari buku tersebut. Naya memperhatikan buku itu dengan lekat, membuka halaman yang sebelumnya berhasil membuat ia dan Abya berpindah lokasi. Di halaman itu terdapat nama tokoh yang ia sukai dan tulisan-tulisan yang ia tak mengerti. Dirinya membaca arti dari kalimat yang tidak ia mengerti itu, seperti Abya pada hari itu. Sama seperti sebelumnya, cahaya pun keluar dari sana dan membentuk portal. Portalnya masih sama, hanya pemandangannya saja yang berbeda. Bunga-bunga putih disana layu. Tempat itu yang awalnya indah, kini bagai taman yang ditinggalkan. Naya melangkah ke portal itu, berniat menjelajahi tempat yang sebelumnya sudah ia datangi. Sendirian. Ia masih memegang buku ajaib itu di tangan kanannya. Sementara tangan kirinya memegang senter hitam pemberian ayahnya. Dirinya menggigit bibir. Anak kecil ini tak tahu apa ia bisa kembali ke kamarnya atau tidak. Tapi, masa bodohlah. Sekarang ia harus menemui sesuatu disana.

...###...

Rumput-rumput yang awalnya hijau kini berubah warna menjadi kecokelatan. Mereka hancur ketika Naya menginjak mereka. Rapuh, itulah kondisi mereka. Bunga-bunga putih yang ada di halaman rumah sang pendosa pun memiliki kondisi yang sama. Semuanya disini hancur dan berantakan. Tanaman mati serta rumah putih yang hancur, benar-benar membuat tempat ini seperti di tinggalkan. Sepertinya, pendosa belum pulang juga ke rumah putihnya. Naya pun masuk ke rumah itu dari dinding yang hancur. Ia berhati-hati saat melewati batu-batu dinding itu. Kini, ia sudah berdiri dengan mantap di kamar pendosa. Naya melakukan hal yang sama seperti sebelumnya, yaitu membuka jalur rahasia yang berada di rumah ini. Naya menekan lampu on yang ada di senter miliknya. Seketika, cahaya keluar dari benda itu, menerangi sedikit lorong yang benar-benar gelap.

“Mau kuajarkan cara menerangi lorong ini,” ucap seseorang yang pastinya bisa Naya tebak. Naya melihat ke arah kirinya. Disana, terlihat Timira yang sedang menatapnya sambil melipat tangannya di dada. Rambut bocah itu kali ini dikepang dua. Anak itu memakai baju gaun, rok gaun itu berwarna cokelat, pakaian yang ia kenakan cantik, sangat cantik.

“Nggak perlu. Lagi pula aku membawa senter sekarang.” Naya mengalihkan pandangannya ke lorong gelap itu. Ia bersiap melangkah ke dalam kegelapan.

“Okelah, tapi….” Timira menjeda kalimatnya. Ia mengaktifkan sihirnya lagi, lalu membuat ruangan itu terang. Sangking terangnya, ruangan itu tak memerlukan cahaya senter sekarang. Naya menatap Timira, Sudut bibirnya melengkung kebawah. Cemberut, itulah kondisi yang menggambarkan Naya saat ini. Timira tersenyum geli. “Kalau diterangi sedikit nggak masalah kan,” sambungnya.

“Terserah kau saja lah, Tir.” Naya menekan tombol off di senternya. Senter itu sudah tak mengeluarkan cahaya lagi. Dengan tangan menggenggam senter dan memegang buku, Naya berjalan ke lorong yang sebelumnya gelap itu dengan santai. Ia melihat ke sekitar lorong itu. Dinding-dinding di sebelah kanan lorong ini dipenuhi oleh jam-jam yang kehilangan jarum pendek dan panjangnya. Lorong ini persis seperti ruangan kerja yang sebelumnya ia kunjungi. Sementara dinding di sebelah kiri tertutupi oleh lukisan-lukisan yang didalamnya terdapat tokoh yang cantik dan tampan. di setiap bawah lukisan itu, nama-nama mereka tertera disana. Naya berhenti melangkah. Ia melihat ke arah lukisan seseorang yang memiliki rambut pirang serta mata biru bagaikan laut yang tenang. Tapi deskripsi yang Naya lihat bukanlah seperti deskripsi yang ditulis oleh author.

“Kau lihat apa sampai sefokus itu?” tanya Timira yang sebelumnya melangkah mendahului Naya. Ketika ia menyadari sosok yang mirip dengannya itu tak mengikutinya, ia berbalik. Lalu, dirinya pun menyusul Naya yang sedang melihat lukisan seseorang. Saat Timira melihat gambar itu, sebuah memori meluncur ke otaknya. Matanya berbinar. Ia takjub dengan wajah cantik yang berada di dinding ini.

“Mata biru dan hitamnya indah, ya,” ucap Naya masih memandang ke lukisan cantik itu. Timira mengerutkan keningnya. ‘Hitam? Menurutku kedua matanya biru,’ batinnya. “Aku penasaran dengan dia. Pasti banyak orang yang terpikat padanya, karena dia cantik. Mata birunya bagaikan laut yang tenang. Sedangkan, mata hitamnya bagai langit malam yang dihiasi oleh bintang. Dia sempurna.”

Timira tertawa mendengar kalimat konyol yang dilontarkan oleh Naya. Pantas saja warna lain terlihat olehnya. Karena, saat ini mata kirinya berubah warna. Ingatan konyol lagi-lagi terlintas di benak Timira. Sial, dia lagi-lagi teringat akan orang itu. Melihat Timira yang tertawa, Naya kebingungan. Ia mengangkat satu alisnya sedikit. “Kenapa? Apa ada yang lucu?”

“Ya, kau tau, kata-kata mu barusan sangat lucu. Orang ini tidak sempurna karena ada sesuatu yang gelap dalam dirinya.” Timira menujuk lukisan itu dengan telunjuk kecilnya. “Asal kau tau, Nay. Seseorang yang memiliki mata gelap atau wujud yang berwana hitam pekat, dia adalah simbol kutukan. Kau bilang matanya hitam kan, kalau begitu ia bukanlah orang yang disukai. Tapi, ditakuti dan ancaman bagi orang banyak.”

“Kau tau dari mana kalau hitam adalah simbol kegelapan?” Naya bertanya pada sosok yang ada di sampingnya itu. Ia curiga, jangan-jangan ia tahu banyak hal tentang sisi lain dari dunia yang ia tinggali.

“Entahlah, tapi sesuatu mengatakan seperti itu. Disini, orang-orang yang memiliki warna hitam di wujud atau dirinya adalah orang yang harus dimusnahkan.” Timira membalikkan badannya. Ia berjalan ke depan kembali. “Kenapa diam saja, kau tak ingin menjelajahi tempat ini?” Timira sedikit menoleh. Ia menunggu kembarannya itu kembali berjalan. Naya kembali melangkah. Ia pun pergi dari lukisan yang ia tatap tadi. Kemudian pertanyaan muncul dari otaknya. Salah satu pertanyaan itu adalah ‘kenapa semua lukisan disini menunjukkan ekspresi yang tak menyenangkan? Padahal, lukisan yang tadi memiliki ekspresi yang indah.

“Nay, apakah kau merasakan sesuatu dari balik pintu ini?”tanya Timira. Sosok itu menghancurkan teori-teori yang Naya pikirkan di kepalanya. Naya menoleh ke arah bocah itu. Kebingungan terlihat jelas di raut wajahnya. “Pejamkan matamu. Fokus. Lalu, rasakan energinya.”

Naya menurut. Ia melakukan apa yang Timira perintahkan padanya. Sontak, sebuah kegelapan menenggelamkan dirinya. Sebuah monster datang padanya dengan rupa yang menyeramkan. Seketika, kaki naya bergetar. Ia takut dengan kegelapan yang ada di depannya itu.

Naya membuka matanya. Nafasnya terengah-engah. Dirinya seakan-akan habis berlari, lari dari sesuatu. “Gelap dan aura yang mengerikan, itu yang aku rasakan,” ucap Naya setelah dirinya sudah tenang. Timira mengangguk.

“Aku juga merasakan hal yang sama. Sekarang, apa kau yakin ingin masuk ke dalam sini.” Timira menunjuk pintu besar yang saat ini sedang ada di hadapan mereka. Pintu itu memiliki ukiran jam pasir di pertengahannya. Gagang pintu itu berwarna putih perak. Timira yakin tempat yang ada di balik pintu ini pasti bukan tempat biasa.

“Tentu saja, kita harus masuk. Masa sudah sejauh ini kita harus putar balik,” ketus Naya. Ia pun maju selangkah, lalu membuka pintu besar itu. Saat dirinya melihat tempat yang ada di balik pintu itu, sebuah pertanyaan kembali muncul dalam dirinya. Ia mengucek-ucek matanya, memastikan apakah dirinya melihat ilusi. Tapi ternyata tempat yang ada didepannya itu bukanlah ilusi. Tempat itu sungguh-sungguh nyata.

“Selamat datang, wahai kalian orang-orang yang kutunggu kehadirannya,” ucap seseorang yang saat ini entah berada dimana. Pemilik suara itu tak menunjukkan raganya di tempat yang dipenuhi oleh buku-buku saat ini. Timira memasang kuda-kuda, ia bersiap menyerang jika sesuatu terjadi padanya dan orang di depannya.

“Jika anda menunggu kami, maka sambutlah kami dengan benar. Menyambut orang lain tanpa menunjukkan raga itu bukanlah tindakan yang sopan, tuan,” sarkas Naya yang direspon oleh tawa dari pemilik suara itu. Seketika sebuah kabut pun muncul dihadapan mereka. Perlahan-lahan kabut itu menghilang, terganti menjadi sosok lelaki yang memiliki tinggi sekitar 172 cm. pakaiannya serba berwarna hitam dan seperti pakaian bangsawan. Ia juga memakai topeng yang membuatnya terlihat seperti pria misterius. Sosok itu mengenakan anting bulan di telinga kirinya. Saat ini, sosok itu berdiri di hadapan dua bocah yang memiliki ukuran yang mini. Tangan kanan sosok itu menyentuh bagian dada miliknya.

“Maafkan saya terhadap tindakan saya yang barusan, nyonya ketenangan dan nyonya yale.” Timira mengepalkan tangannya ketika nama itu disebutkan. Rasa aneh menjalari tubuhnya. Lelaki itu membungkukkan tubuhnya dengan lemah lembut. “perkenalkan, saya-“

SREET

Sebuah belati melewati pipi kanan lelaki itu. Meninggalkan goresan kecil disana. “Tak perlu kau memperkenalkan dirimu sendiri. Wahai, kau penghuni kegelapan. “ Lelaki itu tersenyum di posisinya setelah mendengar kalimat dari gadis yang sejak tadi waspada akan sesuatu. Dirinya berdiri kembali dengan sikap yang tegap. Ia menyentuh lukanya, meraba, merasakan seberapa lebar goresan yang baru saja tercipta dari belati yang dilemparkan.

“Nona, tak sopan jika menyerang orang yang sedang memperkenalkan diri. Bukankah anda tahu itu, nona yale,” ucap lelaki itu lembut. Namun, kelembutan itu terdengar bagaikan sindiran. Lelaki itu menatap Timira dengan lekat, begitu juga dengan Timira. Saat ini, Timira sedang menahan singa yang sedang mengamuk dalam dirinya. Terlalu bahaya jika ia langsung mendatangi lelaki itu dengan pedang karena aura laki-laki itu sudah berkata ‘ia adalah orang yang kuat‘.

“Tolong berhenti menyebutku dengan nama itu.”

“Kenapa? Apakah karena nama asli anda itu yang bagaikan sebuah penyakit? Atau, apakah anda berusaha kabur dari masa lalu, nona-“ Timira menghampiri lelaki itu dengan pedang hitam yang memiliki warna keemasan. Singanya terlepas. Ia berhasil menebas sosok itu dengan pedang miliknya. Namun, yang ia tebas itu bukanlah sosok asli dari lelaki itu. ‘kopia lainoa’, itulah nama teknik yang lelaki itu gunakan.

“Sial, dia memakai bayangan. Nay, lebih baik kita pergi dari sini.” Timira membalikkan badannnya untuk melihat ke bocah yang ada di belakangnya. Tapi, sayang, netranya tak menemukan siapapun disana. Timira mendengus. Ia merasakan sebuah sihir di tempat Naya berdiri sebelumnya. “Sekarang, dimana kau disembunyikan, Upeksa Nayanika.”

enigma\=teka teki

1
apayaaaa
bagus bet, seruu fantasi nya
ajab_alit: makasih atas komentarnya kakak
total 1 replies
Yusup Muzaki
terasa kdunia pantasi ...walw ceritanya masih blom dpahami
ajab_alit: nanti lama-lama juga ngerti kok, kak.
total 1 replies
Shinn Asuka
Setting ceritanya memang hebat banget! Bener-bener dapet jadi mood baca di dunia fiksi ini. ❤️
ajab_alit: terimakasih
total 1 replies
XVIDEOS2212
Gak sabar lanjut baca!
Debby Liem: tuiiooooo
ajab_alit: untuk kelanjutan akan saya up besok. di tunggu saja ya/Smirk/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!