Ketulusan Cinta Nada

Mendengar suara pintu kamar mandi terbuka, Kania dengan cepat mengembalikan surat cerai itu kembali ke atas tempat tidur lalu menghampiri Farhan yang berjalan pelan sambil mengusap-usap rambutnya yang basah dengan handuk kecil.

Sejenak Kania tertegun melihat penampilan Farhan yang hanya mengenakan handuk menutupi sebagian tubuhnya, menampilkan dada bidang dan juga perut sixpack milik sang suami yang sangat seksi dimatanya. Namun, ia tak dapat memiliki tubuh itu sesuka hatinya karena sejak malam pertama yang mengecewakan itu Farhan seperti sudah kehilangan selera padanya.

"Mas, pakaiannya sudah aku siapkan." Ujar Kania, sesaat setelah sadar dari fantasinya, sambil menunjuk kearah tempat tidur.

"Ya," jawab Farhan dengan singkat sambil melirik Kania sekilas lalu berjalan kearah tempat tidur.

Farhan meraih selembar surat cerai itu lalu mendudukkan tubuhnya di tepi tempat tidur. Ia menatap dengan nanar coretan tanda tangan Nada diatas kertas itu, rasanya masih tak percaya dengan ini semua.

Tanpa Farhan sadari, Kania telah duduk di sampingnya tersenyum simpul dan ikut menatap apa yang dipegang oleh Farhan.

"Mas, itu apa?" Tanyanya berpura-pura tidak tahu.

Farhan sedikit tersentak dengan pertanyaan Kania, ingatannya terus tertuju pada Nada sehingga ia tidak menyadari kehadiran Kania yang telah duduk disampingnya.

"Bukan apa-apa," jawabnya lalu beranjak dari sisi tempat tidur, Farhan menyimpan surat cerai itu didalam laci lalu mengambil pakaiannya diatas tempat tidur.

Setelah memakai pakaian, Farhan merangkak naik keatas tempat tidur lalu menyadarkan tubuhnya di kepala ranjang sambil memainkan ponselnya, ia sama sekali tak menghiraukan Kania yang masih duduk diam ditempatnya.

Farhan mengirim pesan kepada salah satu temannya untuk membantunya mencari tahu kemana Nada pergi, tentu tidak gratis untuk itu semua. Temannya itu yang sudah bagaikan seorang detektif meminta bayaran tinggi dan akan memberikan informasi yang diinginkan Farhan besok sebelum matahari terbit besok pagi. Tentu saja Farhan langsung menyetujui tak perduli berapapun uang yang dia keluarkan asalkan bisa menemukan keberadaan Nada.

Kania yang diacuhkan merasa kesal, namun ia tak akan tinggal diam saja. Ia beranjak dari tempat duduknya lalu melangkah kearah lemari, senyum tipis tersungging di bibirnya seraya mengeluarkan sehelai lingerie dari dalam lemari lalu membawanya ke kamar mandi.

Tak lama kemudian ia keluar dari kamar mandi dengan mengenakan lingerie yang memperlihatkan setiap lekuk tubuhnya. Walaupun Farhan masih kecewa dan tampak marah padanya namun ia yakin suaminya itu tidak akan bisa menolak godaannya malam ini.

Terbukti, Farhan sampai tak berkedip menatapnya yang telah berdiri di sisi tempat tidur.

Melihat reaksi suaminya, Kania semakin memperlancar aksinya, ia merangkak naik ke tempat tidur lalu merebahkan kepalanya di atas paha sang suami. Tak tinggal diam jari-jari lentiknya pun ikut bermain-main mengusap dada Farhan yang hanya mengenakan kaos tipis.

.

.

.

Kania tersenyum puas sambil menatap wajah Farhan yang sudah tertidur pulas disampingnya, ternyata tidak sesulit yang ia kira kembali menaklukkan Farhan yang kecewa padanya.

Hanya dengan sedikit sentuhan, Farhan sudah tak tahan dan langsung menerkam dirinya.

Namun, Kania belum merasa senang meski Farhan sudah mau menyentuhnya karena masih ada Nada diantara ia dan Farhan. Dan ia tidak mau kehangatan Farhan juga terbagi pada wanita itu.

Beberapa saat memikirkan cara agar Farhan dan Nada tidak akan kembali bersama lagi, perhatian Kania teralihkan oleh notifikasi dari ponsel Farhan. Ia meraih ponsel itu dan tanpa berpikir panjang langsung membuka pesan yang dikirim entah oleh siapa.

[Aku suda menemukan keberadaan Nada, dia dan beberapa teman guru lainnya berada di sebuah desa terpencil mengajar secara sukarela disana] Isi pesan itu.

"Desa..." Kania menyeringai tipis setelah membaca pesan itu, ternyata Nada pergi secara diam-diam dari Farhan dan Farhan berusaha mencarinya.

"Maaf, Mas, aku tak akan membiarkan kamu bertemu Nada lagi." Gumamnya lalu menghapus pesan itu.