"Jadilah kuat untuk segala hal yang membuat mu patah."
_Zia
"Aku mencintai segala kekurangan mu, kecuali kepergian mu."
_Darren
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @nyamm_113, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PERLAHAN BERUBAH???
...RINTIK HUJAN
...
Seperti biasa. Zia tetaplah sosok perempuan dengan ketulusan hatinya, kelembutan hatinya, kesabaran hatinya yang masih melayani suaminya walau seringkali diberi luka yang dalam.
Perempuan itu tidak peduli dengan perih di pergelangan tangannya dan kepalanya yang masih terasa pusing, serta bekas tamparan dikedua pipi yang gembul itu.
“Alhamdulillah, akhirnya selesai juga.” Ujar Zia. Menatap meja makan yang penuh dengan hasil masakannya.
Uang bulanannya tetap masuk. Darren tetap memberinya nafkah walau dirinya sering mendapatkan luka.
Tak
Tak
Suara langkah kaki menyapa indera pendengaran Zia, menatap kearah tangga dimana Darren sudah siap dengan setelan kerjanya berjalan kearahnya.
“M-mas Darren.”
Darren sampai didepan Zia, menatap istrinya sejenak lalu beralih pada meja makan.
“Tidak sarapan?” Tanyanya dengan sedikit kaku. Jangan lupakan wajah dingin dan datar itu.
Zia jelas kaget, biasanya makanan dimeja makan ini berakhir sia-sia karena Darren tak menyentuhnya. Namun, pagi ini berbeda.
“Ma-s.” Kata Zia kaku.
Darren menarik kursi, lalu duduk. Zia yang melihat itu juga ikut duduk, sungguh perasaannya sangatlah bahagia. Sarapan pagi bersama suami adalah salah satu keinginan kecilnya sedari dulu.
“Mas mau sarapan lauk yang mana?” Tanya Zia dengan senyum cerahnya.
Darren menatap Zia, sebahagia itukah istrinya? Dia juga tak tau mengapa kakinya membawanya kemeja makan pagi ini.
“Apapun.” Jawab Darren seadanya.
Zia mengangguk, mengambilkan nasi, lalu lauknya ada ikan goreng, tumis kangkung dan sambel.
“Silahkan mas.” Ujar Zia. Memberi piring itu pada Darren.
Darren menerimanya dengan senyum kaku. “Hm.”
Zia ikut mengambil makanan untuk dirinya, hari ini dirinya sangat bersyukur kepada tuhan yang telah mengabulkan do’a dan harapannya.
Mereka makan dalam keadaan hening, namun Zia tak berhenti tersenyum membuat Darren tak berhenti mencuri pandangan pada Zia.
Dia tak berhenti tersenyum, apakah tidak pegal bibirnya? Batin Darren.
Setelah beberapa menit, mereka selesai sarapan. Zia terlebih dahulu membereskan meja makan dan mencuci bekas sarapan merka berdua. Sedangkan Darren sudah keluar rumah, entahlah dia sudah berakat atau belum.
“Mas Darren kenapa bisa berubah tiba-tiba ya? Kalau seperti ini terus, aku jadi semangat.” Tutur Zia. Menutup pintu rumah, lalu.
“Loh mas Darren? Kok masih disini? Kenapa belum berangkat mas?” Cecar Zia. Entah kapan dia menjadi cerewet begini dan sangat berani didepan suaminya.
Darren menetralkan wajahnya menjadi cuek. “Cerewet.” Kata Darren.
Zia diam, merutuki dirinya yang masih pagi-pagi sudah banyak bertanya. “Maaf mas.”
Darren bingung, secepat itu kah perubahan Zia. Apakah Zia masih takut padanya?
“Saya antar kamu kesekolah, masuk.” Ujar Darren. Meninggalkan Zia yang termenung.
“Itu mas Darren ngak kerasukan setan pagikan? Kok.”
“Zia, masuk atau saya tinggal kamu!”
“EH! Iya mas.”
Ya. Manusia itu dinamis, kapanpun bisa berubah. Begitu juga dengan Darren, mencoba menerima pernikahannya dan mencoba menirima Zia dikehidupannya.
Perlahan Darren mulai berubah, tapi kita tak tau kedepannya bagaimana.
***
Mobil mewah Roll Royce Sweptail terparkir rapi didepan pintu gerbang sekolah Zia. Sontak menjadi pusat perhatian semua siswa, itu bukan sembarang mobil.
Zia meringis, menatap sekitarnya. Lalu menatap Darren yang juga tengah menatap dirinya.
“Aduh mas, kenapa aku diturunin disini?” Zia sedikit panic. Jangan sampai Darren ikutan turun, bisa habis dia.
Darren mengangkat satu alisnya. “Kenapa? Tidak turun disini, lalu kau mau turun dimana?”
“Aku tadi udah bilang ke mas, turunin di dekat halte saja mas.” Ujar Zia. Yang dikatakannya memang benar.
Darren mengangkat bahu acuh. “Sudah terlanjur.” Jawabnya enteng.
Zia menarik nafasnya dalam, lalu menyodorkan telapak tangannya pada Darren. Darren jelas bingung.
“Salim mas.” Ucap Zia. Menjawab kebingungan suaminya.
Darren dengan kaku, membalas uluran telapak tangan Zia. Saat kuliat tangan mereka bersentuhan, mereka berdua dapat merasakan sensasi aneh.
Zia mencium penuh takzim punggung tangan suaminya. Setelah itu memberikan senyum kepada Darren.
“Aku pamit mas, hati-hati dan selamat bekerja.” Kata Zia. Mengepalkan tangannya diudara.
Darren terpukau, mengangguk kaku. “Hm, baiklah.”
Zia turun dari mobil, lalu berjalan masuk kedalam lingkungan sekolah dengan senyum yang tak pernah luntur. Bahagianya tak bisa diukur dengan apapun, dia mungkin saat ini manusia paling bahagia.
Darren tersenyum sangat tipis melihat itu, ada-ada saja istrinya itu. Darren menjalankan kembali mobilnya untuk keperusahaannya, ada rasa yang tak bisa dia ungkapkan, rasa yang berbeda dari hari-hari sebelumnya. Membuatnya merasa tenang dan menikmati udara ibukota Jakarta pagi hari.
Dikantor Darren menormalkan ekspresi wajahnya, seperti biasa. Cuek, datar dan dingin. Nando terlihat menatap heran bosnya, saat sudah melewati karyawan Darren tiba-tiba saja merubah kembali ekspresinya dengan senyum kecil tercetak dibibir itu.
“Kenapa?” Tanya Darren. Sadar diperhatikan oleh Nando.
Nando tersenyum kiku, menggaruk tengkuknya yang tak gatal. “Ngak pak, maaf. Cuman kalau dilihat-lihat, sepertinya suasana hati anda berbeda hari ini.” Jelas Nando.
Darren menatap Nando yang berjalan disebelahnya, lalu menepuk-nepuk pundak Nando sembari berkata.
“Hari ini saya memang senang, jadi kosongkan jadwal saya hari ini.” Ucap Darren. Baru tiga langkah Darren berbalik lagi menatap Nando.
“Saya mau leha-leha.” Lanjutnya. Lalu benar-benar menghilang dari hadapan Nando.
Setelah pintu ruangan bosnya tertutup, Nando menutup mulutnya.
“Itu bos kah? Apakah dia salah makan pagi ini? Atau menang lotre?”
***
“Dia kenapa? Senyum mulu dari tadi.” Bisik Noni pada Cantika.
Mereka berdua menatap Zia duduk dimejanya dengan senyum yang mengembang, lantas keduanya saling menatap.
“Gue merinding, jangan-jangan Zia kerasukan setan pagi.” Bisik Cantika.
Plak
“Ngawur lo!”
“Ya gimana ya? Dia ngak pernah kaya gini sebelumnya.”
“Atau jangan-jangan dia menang lotre? Tapi dia ngak tau main gituan.”
“Ngak lah!” Ujar Zia dengan tiba-tiba.
Kedua temannya mendekat.
“Terus lo senyam senyum kek orang gila kenapa?” Tanya Cantika. Berdiri disisi kira Zia dan Noni disisi kanan Zia.
“Aku senang banget tau, mas Darren hari ini aneh banget.” Jelas Zia. Kembali tersenyum mengingat perilaku Darren tadi pagi.
“Gue makin ngeri tau ngak, liat lo kaya gini.” Ucap Noni. Tak ada hujan aka da angina, temannya ini entah kenapa.
“Tunggu, lo bilang laki lo aneh? Aneh gimana?” Tanya Cantika. “Lo ngak di apa-apain lagikan?” Lanjutnya.
Zia menggeleng. “Ngak, mas Darren. Pokoknya bedah lah.”
“Lah nih bocah ngak jelas, gue kepo Zia.” Greget Noni.
Cantika ikut mengangguk. “Benar.”
***
Di kediaman bak istana modern. Rumah yang jauh dari ibukota Jakarta, jauh dari lingkungan masyarakat. Di tengah hutan yang lebat dengan pepohonan yang menjulang tinggi, terdapat rumah mewah berdiri kokoh ditengah-tengah hutan.
Seorang pria tua duduk di meja makan tengah menatap pria yang lebih mudah darinya.
“Bagaimana perkembangan bisnis mu?” Tanyanya. Walau sudah tua, dia tetap terlihat awet mudah.
Pria yang duduk disebelah kanannya itu menjawab. “Sangat lancar, jika saja taka da penganggu daddy.”
“Hm, siapa?” Tanya pria yang di panggil Daddy itu.
“Darren, pria itu benar-benar pengganggu. Tapi, daddy tenang saja. Aku sudah menemukan alat untuk menghancurkannya secara perlahan dad.”
“Kau yakin?”
“Tentu saja.”
“Hm, baiklah. Lakukan apapun yang bisa membuatnya jatuh.”
“Ya, daddy tak perlu khawatir.”
terimakasih banyak....
tinggalkan saran, masukan dan kritiknya yahh
dan akhirnya cerita pun tamat.
moga ada karya yg lain ya Thor 🙏🥰
lanjut Thor,,,
moga Darren bener" insyaf ga ada lagi kdrt.