NovelToon NovelToon
Pendekar Pilih Tanding II : Ksatria Bhumi Mataram.

Pendekar Pilih Tanding II : Ksatria Bhumi Mataram.

Status: sedang berlangsung
Genre:matabatin
Popularitas:68.7k
Nilai: 4.9
Nama Author: Zakaria Faizz

Ah,..rasa- rasanya diriku perlu menemukan seorang guru yg mampu untuk mengajariku mendapatkan cara memiliki tenaga dalam, berkata pemuda itu di dalam hatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zakaria Faizz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

#4 Di Permoni.

Wisanggra Kinangkin segera memesan makanan untuk mengisi perutnya.

Tapi tiba-tiba dari arah pintu rumah makan itu nongol kepala seorang perempuan, dan ia adalah perempuan yang berpakaian mewah yang di tolong nya tadi.

" Ah, ternyata kau berada disini anak muda, diriku masih memerlukan bantuan mu untuk membawa pedati itu pulang!" ucap Perempuan yang berpakaian mewah ini kepada Wisanggra Kinangkin.

Saat melihat pemuda itu tengah bersiap akan makan .

" Maaf Nyi, diriku harus makan lebih dahulu , karena sedari tadi belum makan!" jawab Wisanggra Kinangkin.

Lantas perempuan yang berpakaian mewah dan banyak memiliki perhiasan ini pun mengambil tempat duduk di dekat pemuda itu.

Ia pun memesan makanan dan makan bersama dengan Wisanggra Kinangkin.

Setelah selesai ia pun berkata.

" Pelayan, tolong hitung semuanya!" ucap nya kepada pelayan itu.

" Satu kepeng perak, Nyi,!" sahut pelayan rumah makan tersebut.

Segera saja perempuan itu menyerahkan sekeping uang perak kepada si pelayan.

" Terima kasih, Nyi!" ucap pelayan itu kepada nya.

" Kamu harus segera membantuku membawa pedati itu anak muda..oh iya siapa namamu,?" tanya perempuan yang berpakaian mewah itu kepada Wisanggra Kinangkin.

" Namaku Wisanggra Kinangkin, dan nyi,?" tanya Wisanggra Kinangkin.

" Oh iya, Namaku adalah Nyi Wijih Arum, panggil saja Nyi Arum!" jawab perempuan itu.

" Lalu kalau boleh tahu, apa yg bisa Kinangkin bantu?"

Kembali Wisanggra Kinangkin mempertanyakan tugas nya kepada perempuan yang mengaku sebagai Nyi Wijih Arum itu.

" Tugasmu adalah membawakan pedati yg bermuatan barang -barang dagangan itu sampai ke rumah ku, nanti setelah nya dirimu bebas, jika masih ingin bekerja denganku juga boleh, namun bila ingin pergi diriku pun tidak akan melarang.!" terang Nyi Wijih Arum tersebut.

" Baiklah , Kinangkin akan setuju membantu Nyi membawakan pedati itu hingga sampai ke rumah,!" jawab Wisanggra Kinangkin.

Akhirnya kedua orang itu pun meninggalkan rumah makan tersebut dan menuju pedati yg berada di tepi pasar itu.

Pemuda asal dari dusun Winanga ini pun segera naik ke atas pedati tersebut , demikian pula dengan Nyi Wijih Arum.

Lalu Wisanggra Kinangkin pun segera menjalankan pedati itu dengan melecutkan cambuknya pada binatang penarik pedati yaitu dua ekor sapi.

Bergeraklah pedati tersebut meninggalkan pasar Kotaraja Mataram ini.

Mereka berjalan menuju arah barat.

Namun karena jalan kedua sapi amat lambat, sehingga membuat perjalanan itu terasa lama.

" Mungkin menjelang malam baru kita akan sampai,!" ucap Nyi Wijih Arum.

" Dimana tempat tinggal Nyi Arum sebenarnya,?" tanya Wisanggra Kinangkin.

Ia merasa sudah berjalan cukup jauh meningalkan Kotaraja Mataram tetapi belum pun tiba di tempat tujuan.

" Disana .di balik hutan itu,!" seru Nyi Wijih Arum.

" Jadi kita akan melintasi hutan itu, Nyi Arum,?" tanya Wisanggra Kinangkin.

Sambil menganggukkan kepalanya, Nyi Wijih Arum menjawab.

" Benar Kinangkin, disanalah rumahku berada, di pedukuhan Godean" jawab Nyi Wijih Arum.

" Dan untuk itu lah dirimu ku ajak turut serta sebab kusir ku sedang sakit sehingga tidak dapat menemaniku berbelanja,!" sambung Nyi Wijih Arum lagi.

" O,!" seru Wisanggra Kinangkin.menanggapi.

Ia terus saja mengarahkan jalan kedua binatang penarik pedati itu.

Hingga mentari merendah di ufuk barat meninggalkan cahaya kemerahan, pedati yg di tumpangi oleh kedua orang itu bergerak secara perlahan memasuki hutan yang sebenarnya tidak terlalu rapat pepohonan nya.

Sehingga benar yg di ucapkan oleh Nyi Wijih Arum bahwa jika perjalanan itu berlangsung aman maka pada saat malam tiba mereka akan tiba di tempat yang mereka tuju itu.

" Berjalan lah terus Kinangkin, jangan berhenti di hutan ini,!" ucap Nyi Wijih Arum.

" Baik Nyi Arum,!" sahut Wisanggra Kinangkin.

Ia pun memasuki jalanan yang membelah hutan itu.

Belum terlalu jauh masuk ke dalam hutan itu, tiba tiba saja kedua sapi,binatang penarik pedati ini berhenti mendadak.

" Hehh, ada apa ini Kinangkin,?" tanya Nyi Wijih Arum.

" Kinangkin tidak tahu, Nyi,!" jawab Wisanggra Kinangkin .

Ia terlihat sibuk memberikan lecutan pada kedua sapi tersebut.

Akan tetapi tetap saja tidak mau bergerak.

Wisanggra Kinangkin pun segera memperhatikan sekeliling nya untuk memastikan apakah binatang buas yg sedang menghadang perjalanan mereka.

" Hua, ha, ha, ha, seperti nya malam ini kita mendapatkan mangsa yang cukup baik"

Terdengar suara seseorang yg tertawa , akan tetapi ia belum menampakkan dirinya.

" Siapa dia Nyi,?" tanya Wisanggra Kinangkin kepada Nyi Wijih Arum.

" Aku tidak tahu Kinangkin,!" sahut Nyi Wijih Arum yg tampak gugup sekali.

Karena menurut nya, hutan pembatas ke pedukuhannya itu tidak pernah di satroni kawanan rampok ataupun begal.

Karena tempat ini masih termasuk dekat dengan Kotaraja Mataram , dan banyak prajurit yang nganglang sampai ke tempat itu.

" Apakah mereka itu adalah kawanan rampok Nyi,?" tanya Wisanggra Kinangkin.

Sambil menggeleng Nyi Wijih Arum mengatakan tidak tahu, menurut nya tidak pernah terjadi di hutan ini ada orang yg melakukan pencegatan terhadap para pedagang yang melintasinya.

" Jika memang demikian lalu siapa mereka?" tanya Wisanggra Kinangkin lagi.

Dan tiba-tiba saja di hadapan kedua orang ini nampak empat sosok yang tengah berdiri menghadang lengkap dengan senjata nya yg terhunus.

" Cepat tinggalkan tempat ini jika kalian ingin selamat," seru salah seorang.

Dan tampaknya orang itu adalah pemimpin nya.

" Bagaimana kami akan pergi jika kalian semua menghadang jalan kami,?" tanya Wisanggra Kinangkin dengan polos nya.

" Cepat tinggalkan tempat ini, dan tinggalkan barang -barang bawaan mu serta juga perhiasan yang dipergunakan oleh perempuan itu, cepaaat! .sebelum batas kesabaran ku habis,!" seru orang tersebut sambil mengacungkannya senjata nya.

Sebuah golok yg besar terarah pada Wisanggra Kinangkin yg masih saja duduk diatas pedati itu.

" Kalau kami menolak bagaimana,?" tanya Wisanggra Kinangkin asal saja.

" Hehh, berarti kau mencari mati anak muda, cepat serang mereka, bunuh jika berani melawan,!" seru orang tersebut kepada ketiga temannya.

" Baik Ki Lurah,!" jawab ketiga nya serempak.

Majulah mereka mendekati Wisanggra Kinangkin dan Nyi Wijih Arum.

Perempuan yang berpakaian serba mewah ini terlihat ketakutan sekali begitu ada orang yg menghadang perjalanan mereka.

Bahkan saking takutnya ia sampai memegangi dengan eratnya pakaian dari pemuda dusun Winanga ini.

" Tenanglah Nyi Arum, tenanglah,!" ucap Wisanggra Kinangkin sambil menepuk tangan perempuan itu agar melepaskan pegangannya.

" Aaa, ap, apakah mereka akan membunuh kita, Kinangkin,?" tanya nya sambil mulutnya bergetar.

Wajah perempuan itu pucat pasi,..ia memang sangat ketakutan sekali, sebab baru kali ini mendapatkan hadangan dari kawanan para perampok.

Apakah prajurit Mataram tidak ada yg nganglang sampai kemari , bertanya di dalam hatinya perempuan itu.

Matanya melihat ke kiri dan kanan, seperti nya sedang mengharap kan bantuan dari para prajurit.

Tetapi pada saat itu memang tidak ada prajurit Mataram yang meronda sampai ke tempat tersebut.

" Heh, cepat turun kau bocah dan segera berlutut dihadapan ku, jika tidak, golok ku ini yg akan bicara,!" seru salah seorang dari tiga orang yg datang itu.

" Baiklah," sahut Wisanggra Kinangkin.

Ia pun melompat turun dari atas pedati dan langsung berhadap hadapan dengan ketiga orang penghafang nya ini.

" Cepat berlutut,!" perintah orang itu kepada Wisanggra Kinangkin.

" Kalau aku tidak mau kalian mau apa,!" balas Wisanggra Kinangkin dengan tenang nya.

" Sudah kang, habisi saja agar cepat urusan kita,!" teriak teman nya yg ada di sebelah kiri dari Wisanggra Kinangkin.

" Baiklah bocah, ternyata dirimu tidak sayang kepada nyawa mu sendiri, terima ini, hiyyah!" seru orang tersebut sambil menebaskan senjatanya ke arah leher Wisanggra Kinangkin.

" Hufhh, haithh,!"

Wisanggra Kinangkin melompat mundur satu tindak menghindari serangan tersebut.

Ia pun telah bersiap untuk melayani para penghadang nya ini.

" Cepat bunuh mereka semua,!"

Perintah dari pemimpin para perampok yang masih tegak berdiri mengawasi pertarungan yang baru saja di mulai itu.

Tanpa menunggu kedua kalinya,.tiga orang tersebut langsung mencecar Wisanggra Kinangkin dengan senjatanya masing-masing.

Ketiga nya langsung mengeroyok pemuda yang merupakan murid dari Ki Bodho tersebut.

Pecahlah pertarungan yang sengit.

Wisanggra Kinangkin dengan sangat cepat meraih senjatanya yg berupa Canggah dengan landean nya yg pendek.

" Traakk,"

" Traakk,"

" Trining,"

Tiga kali benturan pun terjadi.

1
Agus Leo
Semakin asyik ceritanya lanjut thor....
Sarip Hidayat
waaah
Amit
lnjukn thor ciaaaaaaaat duarrrrrrrrrtr
Bodas_2337
ternyata lumpuh kena keris kinangkin
AbhiAgam Al Kautsar
nantikna kisah selanjutnya
Umar Muhdhar
1
Sarip Hidayat
dah ajak ajalah temenin kasian sendirinya
AbhiAgam Al Kautsar
ada misteri apa di balik kematian ki ageng gede lumut... kita nantikan keseruan keseruan lainnya pada episode selanjutnya..
sampai jumpa
Agus Leo
Iys
Miko
Episode ya terlalu singkat...
Sarip Hidayat
waah
AbhiAgam Al Kautsar
lanjutkan
Umar Muhdhar
1
Sarip Hidayat
waah ternyata dia paman guru nya
AbhiAgam Al Kautsar
apa yg akan dinyatakan mbh sulo
Agus Leo
Lanjutttt
Umar Muhdhar
1
AbhiAgam Al Kautsar
pertolongan kita tunggu chapter selanjutnya
Sarip Hidayat
waah
Umar Muhdhar
1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!