"Aku mau kita bercerai mas!." ucap Gania kepada Desta dengan sangat lantang.
"Aku dan adikmu tidak mempunyai hubungan apa-apa Gania?." Desta mencoba ingin menjelaskan namun Gania menolak.
"Tidak ada apa-apa? tidur bersama tanpa sehelai kain apapun kamu bilang tidak ada hubungan apa-apa, apa kamu gila?."
"Bagaimana kita akan bercerai, kamu sedang hamil?."
"Aku akan menggugurkan anak ini!." Gania yang pergi begitu saja dari hadapan Desta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dwi cahya rahma R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Hari semakin sore, kini tuan Maxim sedang menarik sebuah koper besar ke arah luar kamarnya. Dengan nyonya Dewi terus menghalanginya sambil menangis.
"Pergi kamu sekarang dari rumah ku, dan bawa sekalian Vania anakmu bersama di penjara." ucap taun Maxim dengan sangat tegas.
"Mas.. aku tidak mau pergi dari rumah ini, kenapa kamu tega mengusirku dan juga Vania." nyonya Dewi yang terus bergelayut di kaki tuan Maxim.
"Minggir.. jangan menyentuh ku, aku sangat jijik kepadamu." tuan Maxim mencoba melepaskan gelayutan nyonya Dewi di kakinya.
"Kamu dan anak mu itu tidak punya malu, bagaimana bisa kalian berbuat hal gila seperti itu kepadaku? coba kalau kamu tidak aku nikahi, apa Vania akan bersekolah hingga sampai perguruan tinggi, makan enak setiap hari, memakai baju bagus, dan belanja sesuka hati. Kamu dan anak mu aku pungut dari desa, tapi kenapa kalian seenaknya!." teriak tuan Maxim.
"Maafkan mama dan Vania mas.. maafkan kita berdua, kita memang salah." ucap nyonya Dewi.
"Iya yah.. Vania sama ibu minta maaf, jangan usir kami dari rumah ini, dan jangan jebloskan kami penjara." Vania yang terus memohon agar bisa lepas.
"Enak saja, tinggal minta maaf doang, semua orang juga bisa cuman bilang minta maaf! semua hukuman yang ayah ku berikan kepada kalian tidak sebanding dengan apa yang kalian berikan kepada keluargaku." sahut Gania yang berdiri tidak jauh dari mereka.
Nyonya Dewi seketika merangkak mendekat ke arah Gania, dan bersujud di kaki Gania. "Maafkan tante Gania. Tante tahu tante salah, maafkan tante."
"Apa tante bilang? maaf?." Gania yang sedikit menunduk mendekat ke arah wajah nyonya Dewi. "Bertahun-tahun saya menuruti ucapan ayah karena hasutan wanita seperti anda, saya kehilangan mama saya di saat saya masih membutuhkan beliau, itu karena anda! mama sakit keras karena anda merebut ayah dari mama, apa anda tidak sadar soal itu?." Gania seketika teringat jelas bagaimana dulu ayahnya berselingkuh dengan nyonya Dewi.
"Maaf kan tente Gania... hik.. hik.." nyonya Dewi yang terus menitihkan air mata.
"Setelah anda membuat mama saya sekarat, dan meninggal, anda ingin juga membuat ayah saya mati secara pelan-pelan, dengan obat-obatan yang anda berikan kepada ayah saya, dengan alasan untuk menguasai hartanya? ucap Gania menatap benci ke arah ibu tirinya. "Lalu semua itu belum puas, anda bersekongkol dengan Desta suami saya, agar Desta menikahi saya, agar bisa mendapatkan jabatan yang bagus di perusahaan Maxim Komunity, lalu dengan mudah anda membayar semua kesalahan itu dengan kata maaf? itu tidak adil nyonya Dewi Yang terhormat."
Vania yang tadinya berdiri kini seketika juga duduk di bawah kaki tuan Maxim. "Maafkan Vania yah..."
"Jangan panggil aku ayah, aku bukan ayahmu, aku juga tidak sudi mempunyai anak seperti mu, licik, pemalas, boros, bahkan suka celap celup sana sini." ucap tuan Maxim.
"Namanya juga buah tidak jatuh dari pohonnya yah.. dia seperti ibunya, suka menggoda laki-laki orang." sahut Gania lagi.
"Aku hanya lah umpan dari kasus ini, bukan aku dalang dari semua ini, melainkan ibu, ibu yang menyuruhku untuk ini, itu. Semua rencana ibu. Bahkan ibu yang menyuruh kak Desta menikahi kak Ganian, bukan aku, padahal kita saling mencintai namun karena keserakahan ibu, membuat kita menurut, jadi tolong jangan usir aku, karena kau juga korban di sini." ucap Vania kepada tuan Maxim dan juga Gania.
Nyonya Dewi yang mendengar ucapan Vania seketika terkejut, bagaimana bisa putri satu-satunya yang juga terlibat dalam rencana liciknya sekarang malah menyalahkan dirinya, dan mencari aman sendiri.
"Apa yang kamu ucapakan Vania?." nyonya Dewi yang menatap ke arah Vania.
"Bukankah benar buk.. selama ini ibu hanya memanfaatkan aku dan juga jak Desta agar bisa mendapatkan harta keluarga ini?."
"Kenapa kamu hanya menyalahkan ibu saja, kamu juga ikut dalam rencana ini, bahkan kamu dan Desta juga menikmati hasilnya, kenapa kamu sekarang jadi menyalahkan ibu saja, padahal kamu juga salah." Nyonya Dewi yang tidak terima karena putrinya berbuat curang.
"Selama ini Vania tidak pernah melakukan apapun kepada ayah, semua obat-obatan ibu yang merencanakannya, bukan Vania." Vania yang terus membela diri.
"Tapi kamu juga_."
"Stop!." bentak tuan Maxim sebelum nyonya Dewi selesai berbicara."keluar kalian berdua sekarang dari rumah ku, aku sudah tidak mau melihat wajah kalian di sini." perintah tuan Maxim lagi.
"Ayah aku mohon, jangan usir Vania, Vania minta maaf." Vania yang seketika berlutut di depan tuan Maxim.
"Pergi kamu dari rumah ku, aku bukan ayah mu lagi!." bentak tuan Maxim.
"Aku tau aku salah.. tapi itu semua karena khilaf." Vania yang terus memohon kepada tuan Maxim.
"Jika aku masih mempertahankan kalian di rumah ini. kelurga ku akan semakin hancur, cepat pergi kalian, lagi pula sebentar lagi kalian juga akan di hukum."
"Security.. Security.." teriak Gania, dan tidak lama dua security seketika datang masuk ke dalam rumah.
"Iya nona?." pak Bambang yang sudah berdiri di depan Gania.
"Seret mereka berdua pergi dari rumah saya!." perintah Gania.
Kini pak Bambang dan juga Daniel menarik paksa nyonya Dewi dan juga Vania untuk keluar dari dalam rumah.
"Lepaskan aku, ayah.. jangan usir aku.. aku mohon!." teriak Vania yang terus memohon agar tidak keluar dari rumah tersebut, dan di bebaskan dari penjara.
"Mas.. aku mohon.. maafkan semua kesalahan ku, aku tidak akan mengulangi kesalahan ku lagi, dan menjadi istri serta ibu yang baik untuk Vania dan juga Gania, aku akan tobat mas.. aku akan menebus kesalahan ku dengan cara apapun asalkan jangan mengusirku dan menjebloskan aku ke penjara." Nyonya Dewi yang terus menggelayuti kaki tuan Maxim, namun dengan cepat pak Bambang menarik tubuhnya.
Setibanya di depan rumah, mereka berdua kembali di bawa oleh mobil polisi dan segera di tahan, setelah mereka di nyatakan bersalah, karena bersekongkol untuk melenyapkan tuan Maxim. Bahkan nyonya Dewi juga di nyatakan bersalah karena membunuh nyonya Kania 16 tahun yang lalu, dengan cara meracuni. Kini mereka berdua mendekam di penjara selama 20 tahun penjara, atas dugaan pembunuhan berencana. Sedangkan Desta hanya mendekam di penjara selama 10 tahun, atas dugaan penggelapan uang dan juga pemerasan.