Shanum mendapat kabar bahwa ayahnya sakit. Demi menuruti permintaan sang ayah, ia pun harus rela menjalani perjodohan dengan seorang pria.
Siapa sangka pria yang dijodohkan dengan dirinya adalah Arga, mantan kekasih Shanum yang pernah menggores luka mendalam di masa silam. Membuat Shanum trauma untuk menjalin cinta lagi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ririn Puspitasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Bulan Madu
Mobil yang dikendarai oleh Arga tiba di halaman rumah Pak Bayu. Namun, mata mereka tertuju pada satu mobil yang juga terparkir di sana.
"Loh, ini kan mobil papa," batin Arga.
Shanum juga memandangi mobil tersebut secara seksama. Membuat wanita itu juga bertanya-tanya siapa yang tengah berkunjung ke rumah kedua orang tuanya.
"Papa punya tamu? Ini mobil siapa ya?" gumam Shanum.
"Sepertinya di dalam ada kedua orang tuaku," timpal Arga.
Sontak hal tersebut membuat bola mata Shanum hampir keluar dari tempatnya. "Aa-apa? Kedua orang tuamu?" ucapnya terbata-bata.
Arga hanya merespon ucapannya dengan menganggukkan kepala. Shanum menghela napasnya dengan berat. Bukan karena ia tidak ingin bertemu dengan mertuanya, akan tetapi hal ini membuat Shanum dan Arga harus semakin lengket. Lalu ... bagaimana dengan meminta maaf pada Pak Bayu jika kedua orang tua Arga ada di sana.
"Hei! Apakah orang tuamu mengetahui tentang perjanjian pranikah kita?" tanya Shanum berucap sedikit kuat saat Arga baru saja menutup pintu mobil.
Hal itu membuat Arga langsung berlari menghampiri Shanum dan menutup mulut istrinya langsung.
"Jangan kuat-kuat! Kedua orang tuaku tidak tahu tentang hal itu. Kalau mereka tahu bahwa kita menikah dengan kontrak, matilah aku!" ucap Arga berbicara pelan, tetapi penuh penekanan.
"Oke, tetapi tolong singkirkan tanganmu dari mulutku! Tanganmu terasa asin!" cecar Shanum.
Arga pun langsung menyingkirkan tangannya dari mulut Shanum. Ia juga mengelap tangannya yang sedikit basah karena terkena air liur Shanum.
"Liurmu juga bau!" balas Arga yang tak mau kalah.
Shanum mendengkus kesal. Ia pun membuang muka, berjalan sendirian hendak masuk ke dalam. Namun, sepersekian detik kemudian, ia kembali lagi ke hadapan Arga.
"Aku tidak mau membuat papaku sakit lagi dan kedua orang tuamu tahu tentang pernikahan kontrak kita. Mari memperdalam sandiwara!" ucap Shanum yang melingkarkan tangannya di lengan suaminya itu.
Arga sedikit terkejut saat tangannya ditarik paksa oleh Shanum, lalu kemudian melingkarkan tangannya di pergelangan tangan Arga. Ia hanya pasrah, akan tetapi tanpa Shanum sadari, senyum Arga terbit saat itu juga.
Saat masuk, kedua orang itu mengucapkan salam. Dilihatnya kedua orang tua mereka masing-masing tengah memperbincangkan sesuatu. Arga dan Shanum menyalami tangan mereka secara bergantian, lalu kemudian duduk di sofa berdekatan dengan saling menggenggam tangan.
Pak Bayu dan Bu Lina hanya bisa melirik sembari mencebikkan bibir mereka. Hal itu dilakukan karena mereka tahu tentang pernikahan kontrak keduanya, dan bersikap demikian dikarenakan ada kedua orang tua Arga.
"Papa dan mama kenapa kemari?" tanya Arga tanpa berbasa-basi sama sekali. Pria itu memang sedikit blak-blakan dalam berbicara.
Mendengar hal tersebut, Shanum langsung menyenggol kaki Arga sembari berbisik, "Tidak perlu berbicara seperti itu! Sikapmu seolah-olah menunjukkan kecurigaan saja," bisik Shanum.
"Dasar kamu! Wajar jika kami ke sini. Kami ingin menjenguk besan. Lagi pula kenapa kamu tidak memberitahukan mama ataupun papa jika mertuamu masuk rumah sakit!" protes Bu Risa.
"Dasar bodoh!" batin Shanum mengatai suaminya.
"Tidak apa-apa, Bu. Lagi pula saya juga sudah enakan. Kemarin kambuh hanya karena sesuatu yang cukup mengejutkan," tutur Pak Bayu.
Pandangan Bu Lina langsung menatap tajam kedua pasutri yang ada di sebelahnya. Arga dan Shanum hanya menundukkan kepala karena merasa bersalah. Arga mencoba menyeruput teh hangat yang baru saja dibawakan oleh pelayan yang ada di rumah itu, untuk memperkecil rasa gugup dan juga kecurigaan kedua orang tuanya.
"Memangnya ada apa? Sepertinya kedua anak kita melakukan kesalahan?" kali ini Pak Dendi lah yang berucap.
"Tidak apa-apa. Hanya saja tingkah mereka berdua seperti anak kecil. Biasalah namanya juga pengantin baru," jelas Bu Lina sembari memperlihatkan senyum simpulnya.
Bu Risa dan Pak Dendi saling berpandangan, mereka langsung tertawa seolah mengerti akan ucapan dari Bu Lina tadi.
"Apakah mereka lupa mengunci pintu saat ...." Bu Risa memperagakan tangannya yang membuat semua orang yang ada di sana cukup terkejut.
Shanum yang baru saja memasukkan satu buah anggur ke dalam mulutnya, akan tetapi saat mendengar gerakan tangan dari mertuanya itu membuat anggur tersebut keluar lagi dari dalam mulut Shanum.
Pak Bayu dan Bu Lina hanya menanggapi ucapan Bu Risa dengan tawa kecil. Untunglah besannya itu mengartikan hal tersebut ke arah sana, membuat Bu Lina tak perlu mengarang indah untuk membohongi besannya itu.
"Sebenarnya kami sudah mempersiapkan sesuatu untuk kedua anak kita," ucap Bu Risa. mengeluarkan sebuah kertas yang ada di dalam tasnya.
Arga dan Shanum memperhatikan benda tersebut. Mereka melihat bahwa kertas itu tak lain adalah tiket pesawat.
"Sebaiknya kalian berbulan madulah dulu. Agar tidak ketahuan seperti kemarin-kemarin," lanjut Bu Risa sembari terkekeh geli.
Shanum langsung membulatkan matanya, begitu pula dengan Arga. Mereka saling berpandangan dan hendak membuat suatu alasan.
"Sebenarnya kami masih sibuk dengan ...."
"Arga, papa bisa menghandle perusahaan saat kamu pergi," sela Pak Dendi.
"Begini Pa, butik ...."
"Tenang saja, mama bisa melakukannya. Pergilah berbulan madu bersama suamimu!" kali ini ucapan Shanum langsung dipotong oleh ibunya sendiri.
"Kami ingin punya cucu!" Kali ini Pak Bayu bersuara.
"Hah?!" Shanum langsung tercengang dengan ekspresi wajah bodohnya. Sementara Arga, pria itu berusaha untuk tetap tenang meskipun ia juga merasa gelisah.
"Bagaimana Arga? Kamu mau kan berbulan madu?" tanya Pak Dendi.
Shanum menatap ke arah Arga. Wajahnya memelas, seolah memberitahukan atau lebih tepatnya memohon pada suaminya itu untuk tidak menerima tawaran tersebut.
"Baik, Pa. Aku dan Shanum akan berangkat," ucap Arga dengan tegas.
"Dasar Arga sialan!!" batin Shanum.
Maafkan aku ya gengs, karena membuat kalian menunggu sampai bertahun-tahun 😅 Terima kasih banyak buat kalian yang sudah membaca karyaku sampai selesai. Berkat dukungan dari kalian, aku bisa menamatkan kisah Arga dan Shanum. Berat sih, sangat berat namatinnya karena aku dilanda mager bgt, ngga cuma itu aja aku juga males mikir. Astaga🤦....
Sebenarnya kisah Shanum dan Arga ini diambil sedikit dari kisahku, dimana aku yang sampai saat ini masih menjadi pejuang garis dua. Semoga saja ya, Allah mempercepat karena umurku hampir kepala 3😅
Intinya aku berterima kasih sebanyak-banyaknya sama kalian, tanpa kalian aku hanyalah remahan rengginang yang berada di kaleng Khong Guan. Udah dulu ceramahnya, semoga kita berjumpa lagi di karya aku yang lainnya. Biar ngga bosen nunggu, baca aja yg tamat wkwkwk. Itu pun kalau kalian berkenan hahaha ....
Udah ya, udah sangat panjang. Ngetiknya di kolom komentar biar nanti jadi top komen wkwkwkw. Sekian dan terima kasih. Ketjup manjahhh dari othor termager ini 💋💋💋💋💋♥️♥️♥️